Kesetaraan Gender dalam Pembangunan


Oleh: Masliati,  S. Pd

Gubernur Kalimantan Selatan berharap permpuan di daerahnya berupaya meningkatkan kiprahnya dalam mendukung berbagai program pembangunan di daerah, Banjarmasin (Antaranews Kalsel).

Banjarhits, ID, Banjarmasin, jalan sehat dalam rangkaian hari ibu ke 90 tahun 2018 di Siring Nol Kilometer (14/12) , Paman Birin berharap pada momentum hari ibu, dijadikan momentum kebangkitan kaum perempuan khususnya di Kalimantan Selatan untuk lebih berperan aktif dalam segala aspek, termasuk pembangunan. Lanjut beliau, kesetaraan gender merupakan cita-cita yang harus diwujudkan bersama-sama agar tidak ada lagi perbedaan atau yang lebih tinggi antara kaum laki-laki dan perempuan, semuanya mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

Beberapa Ahli pun mengartikan pembangunan itu menurut Ginanjar Kartasasmita “1994”  adalah Memberikan pengertian yang lebih sederhana yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana. Pendapat lain menurut Alexander “1994” Pembangunan “development” ialah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan dan budaya. (www.dosenpendidikan.com).

Jika melihat dengan pandangan kapitalis saat ini, dengan menjadikan kesetaraan gender sebagai jalan untuk meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan adalah wajar saja, sebab yang dituntut adalah bukan sekedar hak dan kewajiban yang sama, peran dan fungsi yang sama, tapi lebih dari itu yakni tercapainya kesejahteraan dengan meningkatkan materi yang diperoleh baik secara individu, kelompok atau masyarakat.

Dalam konteks ini pembangunan dipandang sebagai suatu proses yang kompleks yang melibatkan upaya-upaya perbaikan individu secara sosial, ekonomi, politik, dan budaya dan juga upaya perbaikan masyarakat itu sendiri di dalam mana perempuan dan laki-laki merupakan subyek yang aktif dan bukan penerima pembangunan yang pasif. Dalam pengertian ini, perbaikan adalah memberdayakan mereka yang dirugikan termasuk perempuan, dan merubah relasi-relasi yang tidak setara termasuk relasi-relasi antar gender. Tujuannya merubah hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara perempuan dan laki-laki dengan memperhatikan potensi-potensi dan kebutuhan-kebutuhan mereka.(www.koalisiperempuan.or.id).

Faktanya kesetaraan gender yang diharapkan agar bertumpu pada kemajuan pembangunan disegala bidang, sangat sulit bahkan tidak bisa diwujudkan. Sebab, kesetaraan gender ini memang dari satu sisi bisa dilihat sepertinya memajukan perempuan, tak ada perbedaan peran laki-laki dan perempuan di ruang publik, namun disisi lain jika dilihat secara seksama tentu akan memperlihatkan posisi-posisi yang tertukar antara peran dan fungsi laki-laki dan perempuan sebagaimana fungsinya masing-masing.

Perempuan jelas harus memiliki kontribusi dalam pembangunan, sebab setiap manusia ketika berjalan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing, sesuai dengan koridor kebenaran , maka yang nampak dan terlihat dimasyarakat bahkan bisa dirasakan adalah kebaikan untuk manusia itu sendiri dan lingkungannya.

Pandangan Islam terhadap perempuan dalam perannya pada pembangunan adalah pertama, harus mengerti dulu tentang hakikat dirinya diciptakan di dunia ini, sehingga dengan memahami hal ini akan terbentuk pola pikir dan sikap yang hanya menstandarkan dalam kebenaran karena yakin bahwa apa yang dilakukannya selama hidup akan dipertanggung jawabkan kelak di akhirat. Kedua, berpikir politik dalam rangka perubahan umat dan bangsa, dengan turut ambil bagian dalam aktivitas amar ma'ruf nahi munkar, dan bersama-sama dalam memperjuangkan Islam sebagai Rahmatan lil 'Alamin. Ketiga, berperan serta aktif dalam melayani dan membantu masyarakat, ketika seorang perempuan berpendidikan, maka tentu dia tidak akan tinggal diam, akan memaksimalkan kemampuan dan potensi yang dimiliki untuk pembangunan bangsa, baik dia sebagai tenaga kesehatan, tenaga pendidik, tenaga ahli dan profesi lainnya yang memang mengharuskan dilakukan oleh perempuan.

Tentu saja, ketiga hal diatas bisa dan akan terwujud jika memang didukung oleh sistem yang handal. Tentu tidak perlu ada kesetaraan gender untuk meningkatkan peran perempuan dalam pembanguan. Justru ketika perempuan dimuliakan dengan aturan yang benar, maka akan lahir generasi-generasi penerus pembangunan dari perempuan-perempuan yang juga melibatkan diri aktif dalam urusan domestik dan publik, bukan sekedar materi dan pangkat yang dikejar, tapi apa dan bagaimana yang bisa dilakukan untuk kemajuan bangsa.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak