Kembali Pada Makna Hakiki Politik

Oleh: Aisyah Yusuf


Dunia perpolitikan saat ini sedang panas-panasnyna, mulai dari perhelatan sebelum kampanye, hingga selepas kampanye.

Pada saat kampanye berlangsung, antara 2 kubu saling melontarkan visi dan misi, saling serang untuk menjatuhkan lawan, sampai pada money politik pun turut turun tangan, agar apa yang menjadi tujuan mereka tercapai. Yaitu masuk dalam kancah legislatif ataupun presiden.


Ada hal yang sangat menarik dalam pemilihan kali ini, selain dari pemilu serentak, yaitu untuk pertama kalinya orang orang yang sakit jiwa pun diberikan hak untuk turut memilih. Belum lagi dari hal sarana pun menjadi sorotan masyarakat, yaitu kotak suara yang terbuat dari kardus.

Entahlah apa maksud dan tujuan kubu Petahana melakukan hal tsb. Yang jelas hal tersebut akan mempermudah tindak kecurangan.


Belum lagi perbuatan tersebut diatas dapat diusut dengan jelas, kini muncul permasalahan baru selepas pemilihan berakhir,  yaitu perhitungan hasil suara yang sangat menyita perhatian masyarakat indonesia.


Dalam perhitungan suara kali ini terjadi kejanggalan antara quick count  dan real count. Juga terjadi kejanggalan dlm acara di beberapa media electronik perhitungan suara bisa secara drastis berubah dan bertukar posisi dalam sekejap.

Bahkan disinyalir jg dalam media sosial bahwa hasil pilpres kali ini di intervensi oleh pihak luar( asing), yang mana, yang satu membayar pihak luar, dan yang satu meminta tolong kepada pihak luar. Sehingga terjadilah perang satu sama lain.


Politik Demokrasi Penyebab Kecurangan


Beginilah potret politik dalam demokrasi, yang sudah sangat jauh dari hakikat Demokrasi itu sendiri. Yang menurut para pengusungnya dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat, itu bohong!!!.

Karena suara rakyat sudah lagi tidak didengar, yang ada hanya suara para kapitalis lah yang akan dimenangkan.


Benar sekali seperti yang dikatakan oleh Harold D Laswell dan A. Kaplan, mereka mengartikan politik sebagai ilmu yang mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan, atau dengan kata lain adalah perjuangan bagaimana untuk mencapai kekuasaan, mempertahankan, melaksanakan atau menentang pelaksanaan kekuasaan tsb.

Yang akhirnya mereka berfikir bagaimanapun caranya asal mendapatkan kekuasaan.


Oleh karena itu, adalah suatu hal yang wajar jika dalam perpolitikan demokrasi " Tidak ada kawan atau lawan yang abadi dalam politik".


Dengan demikian tidak sedikit dikalangan kaum muslimin menganggap bahwa politik adalah hal yang kotor bahkan najis. Bahkan adapula yang berpendapat disebagian kaum muslimin bahwa politik bukan bagian dari Islam, Islam mengharamkan politik dan aktivitas politik.


Makna Politik Dalam Islam


Islam adalah agama yang unik,berbeda dengan agama yamg lainnya. Karena Islam adalah Agama yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya dan yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Atau dengan kata lain Islam bukan hanya mengatur urusan ruhiyah saja, akan tetapi juga mengatur urusan politik.


Oleh karenanya, Islam sangat memperhatikan urusan politik, namun berbeda dengan politik ala Demokrasi.

Politik dalam Islam bermakna Pengaturan urusan ummat ( riayah syu'unil ummah) dengan aturan aturan Islam, baik dalam maupun luar negri.


Dalam Islam, aktivitas politik dilaksanakan oleh :1, pemerintah ( negara), dimana pemerintah ( negara) merupakan lembaga yang mengatur urusan rakyat secara praktis.

2, Ummat, yang bertugas untuk mengontrol sekaligus mengoreksi pemerintah dalam menjalankan tugas nya.


Seperti sabda nabi saw.

 

" Tidaklah seoranng hamba ditetapkan oleh Allah untuk mengurus Rakyat, lalu mati dalam keadaan menipu mereka, kecuali Allah akan mengharamkan dirinya masuk syurga.( HR Bukhari dan Muslim dari Ma'qil bin yasar ra).


" Akan ada para penguasa, lalu diantara kalian ada yang mengetahui kemungkarannya dan adapula yang mengingkarinya. Siapa saja yang mengetahui kemungkarannya dan tidak membenarkannya maka dia tidak berdosa, siapa saja yang mengingkari kemungkaran nya dan berusaha meluruskannya maka dia akan selamat. Namunsiapa saja yang meridhoi dan mengikuti kemungkarannya maka di berdosa. Para sahabat bertanya, apakah kita tidak memerangi saja mereka? Nabi saw menjawab " tidak,selama mereka menegakkan sholat( hukum hukum Allah) ( HR. Muslim dari ummu salamah ra).


Jadi jelaslah politik dalam Islam berbeda dengan politik ala demokrasi, yang menghalalkan segala cara, menerapkan dan membuat hukum" buatan manusia,serta mengabaikan hukum" Allah.

Sedangkan politik dalam Islam bertujuan untuk menegakkan hukum" Allah dengan menjadikan Islam sebagai Rahmatan lil Alamin.


Dengan demikian saatnya kembali kepada ma'na hakiki Politik sebenarnya, yang tidak memisahkan urusan agama dan pemerintahan.


Wallahu a'lam bi showab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak