Oleh : Nurul Rachmadhani
(Revowriter, Member WCWH)
Belum kering luka umat muslim akibat teror yang terjadi beberapa waktu silam di Selandia Baru, kini kabar berdarah kembali mengusik seluruh kaum muslim yang terjadi di Mali, Afrika Barat. Dimana telah terjadi pembantaian terhadap penduduk desa di Mali Tengah pada hari Sabtu (23/3/'19) oleh orang-orang bersenjata tak dikenal, yang telah memakan korban sebanyak 157 orang.
Pelaku pembantaian ini dilakukan oleh sejumlah pria yang menyamar sebagai pemburu, yang ternyata telah menghabisi para petani dan pengembala muslim di Oggossoguo, Mali tengah. Menurut PBB, wanita hamil dan anak-anak pun ikut dibunuh bahkan korban juga dibakar hidup-hidup. (Sindonews.com)
Korban dari kasus pembantaian sadis ini adalah etnis Fulani atau biasa dikenal Peulh, yaitu kelompok etnis nomadik yang sebagian besar muslim. Pembantaian yang terjadi disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya penyerang menuding suku Fulani menyembunyikan para ekstrimis Islam hingga dugaan ada campur tangan Al Qaeda dan ISIS dibalik permusuhan antara Fulani dan Donzo dan juga Burkina Faso dan Niger beberapa tahun lalu. (merdeka.com)
Kaum Muslim Kembali Berdarah
Mendengar keadaan saudara seiman dan seakidah yang mengalami pembantaian sungguh terasa begitu menyayat hati. Bukan hanya di Mali, tapi seluruh kaum muslim di seluruh belahan dunia. Berbagai macam jenis penindasan, teror, hingga pembantaian kerap terjadi secara terus menerus terhadap kaum muslim.
Mirisnya, ketika kaum Muslim yang sedang mengalami penindasan, kita disini tak bisa berbuat apa-apa, padahal umat Islam itu bagaikan satu tubuh dimana ketika ada bagian tubuh yang sakit maka yang lainnya pun ikut merasakan. Tidak akan sempurna ketika ada bagian tubuh yang cacat.
Pemimpin negeri muslim diam seribu bahasa, tak bergeming untuk mengambil tindakan menyelamatkan, rasa nasionalisme sudah memberi sekat yang begitu kuat hingga tak peduli keadaan muslim di belahan dunia lainnya. Sekalipun kaum muslim harus menelan pil pahit dan kembali berdarah, tak ada pertolongan yang bisa mengakhiri teror terhadap kaum muslim yang kerap terjadi.
Semakin Butuh Khilafah
Saat ini, kaum muslim sendirian tidak memiliki perisai yang melindungi, adanya rasa nasionalisme yang begitu kuat membuat kaum muslim menjadi terkotak-kotak, dan inilah yang diinginkan barat. Mereka takut ketika muslim bersatu maka kekuatan Islam akan menghancurkannya.
Kaum Muslim akan bersatu ketika ada pemimpin yang melindunginya, pemimpin seperti di zaman Rasulullah, yang selalu melindungi umatnya dari serangan musuh, menjaga kehormatan wanita hingga melindungi setiap tetes darah kaum muslim. Juga selalu memikirkan rakyatnya dengan penuh tanggung jawab.
Oleh karenanya, saat ini umat sudah sangat membutuhkan pemimpin yang dapat menjaga serta melindungi kaum muslim di seluruh negeri, dan pemimpin seperti ini akan ada ketika khilafah telah berdiri. Dengan begitu, tidak ada lagi penindasan pada kaum muslim di seluruh dunia, dan seluruh muslim dapat merasakan kemerdekaan yang sebenarnya.
Wallahu’alam bishowab.