Kartini vs Asma' binti Yazid Al-Anshari



Oleh: Rosmita (Aktifis Muslimah Peduli Umat)

Setiap tanggal 21 April orang Indonesia memperingati hari Kartini. Biasanya murid-murid TK dan SD mengadakan karnaval dengan baju adat daerah. Apa sih yang istimewa dari Kartini hingga hari lahirnya diperingati? Yuk kenalan dengan sosok Kartini! Lalu siapa Asma binti Yazid Al-Anshari? Simak tulisan dibawah ini! 👇

🌷Mengenal sosok Kartini

Raden Ayu Kartini atau yang lebih dikenal dengan Raden Adjeng Kartini lahir di Jepara, 21 April 1879 dan meninggal di Rembang, 17 September 1904. Ayahnya bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, dan ibunya bernama M. A. Ngasirah. Kartini anak ke-5 dari sebelas bersaudara kandung dan tiri. Kartini mengenyam pendidikan di ELS (Europese Lagere School) sampai usia 12 tahun. Setelah itu beliau tidak sekolah lagi karena harus dipingit didalam rumah. Kartini menikah dengan bupati Rembang yang bernama K.R.M. Adipati Ario Singgih dan memiliki seorang putra bernama Soesalit Djojo Adhiningrat.

🌷Pemikiran Kartini

Keinginan Kartini untuk bisa menuntut ilmu dan sekolah setinggi-tingginya diungkapkan dalam surat-surat yang dikirimkannya kepada teman-temannya di Eropa. Sebagian besar surat-suratnya berisi tentang keluhan menyangkut budaya  Jawa yang dianggap sebagai penghambat kemajuan perempuan. Kartini ingin perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam menuntut ilmu dan belajar. Setelah Kartini wafat, surat-surat Kartini dikumpulkan dan dibukukan oleh J.H. Abendanon, buku tersebut diberi judul Door Duisternis tot Licht artinya Dari kegelapan menuju cahaya. Kemudian balai pustaka menerbitkannya dalam bahasa melayu dengan judul Habis gelap terbitlah terang. 

🌷Propaganda dibalik surat-surat Kartini

Sebenarnya tak ada yang salah dengan pemikiran Kartini yang ingin perempuan Indonesia maju dan punya hak untuk menuntut ilmu dan  belajar.
Namun apabila emansipasi wanita yang dimaksud adalah persamaan hak wanita dalam segala bidang atau kebebasan wanita dalam segala hal tentu ada propaganda yang dihembuskan kaum kafir untuk menghancurkan wanita muslimah di Indonesia. Apalagi orang yang membukukan surat-surat Kartini adalah seseorang yang berkuasa di pemerintahan kolonial Belanda yaitu J.H.Abendanon yang saat itu menjabat sebagai menteri kebudayaan, agama, dan kerajinan Hindia Belanda. Bisa jadi ada rekayasa di balik surat-surat Kartini karena sampai saat ini sebagian besar naskah asli surat tidak diketahui keberadaannya. Apalagi kematian Kartini yang mendadak menimbulkan spekulasi negatif tentang kebenaran surat Kartini. 

🌷Emansipasi wanita dalam islam

Secara garis besar emansipasi wanita terbagi dalam dua bidang, yaitu bidang pendidikan dan bidang pekerjaan. Emansipasi dalam bidang pendidikan diperbolehkan karena dalam islam laki-laki dan perempuan memiliki kewajiban yang sama dalam menunut ilmu. 

Sebagaimana hadits Nabi saw : 
"Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun perempuan." (HR. Ibnu Abdil Barr) 

Bahkan Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu, sebagaimana firman Allah swt :
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Qs. Al-Mujadalah : 11)

Seperti kita ketahui para shohabiyah di masa Rasulullah mempunyai semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu, salah satunya adalah Aisyah ra. beliau adalah wanita yang cerdas dan banyak meriwayatkan hadits, luasnya ilmu yang dimiliki Aisyah sehingga beliau menjadi rujukan para sahabat lain untuk bertanya soal agama. 

Namun emansipasi wanita dalam bidang pekerjaan tidak diperbolehkan karena tidak semua pekerjaan bisa dikerjakan oleh perempuan dan tidak semua jabatan boleh dipegang oleh perempuan. Perempuan hanya boleh bekerja dalam bidang tertentu  misalnya guru, perawat, dokter, dan lain-lain yang memang dibutuhkan untuk kaum perempuan. 

Namun perempuan tidak boleh memegang jabatan dalam pemerintahan. 
Sebenarnya laki-laki dan perempuan memiliki peranan yang berbeda di dalam rumah tangga. Laki-laki sebagai kepala rumah tangga punya kewajiban untuk mencari nafkah untuk keluarganya, sedangkan istri punya kewajiban mengurus rumah dan anak-anak. Seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, ibulah yang bisa mencetak generasi unggul untuk umat. Makanya seorang ibu harus memiliki banyak ilmu untuk mendidik anak-anaknya, kalau ibu yang berpendidikan tinggi malah sibuk bekerja diluar sedangkan pengasuhan anaknya malah diserahkan kepada orang lain yang  tidak berpendidikan malah akan menghancurkan generasi Islam. Inilah yang diinginkan oleh orang-orang kafir, mereka sengaja menghembuskan ide emansipasi wanita untuk menghancurkan generasi Islam.

Seorang shahabiyah di zaman Rasulullah bernama Asma binti Yazid Al-Anshari pernah mangajukan pertanyaan yang berhubungan dengan emansipasi wanita. Beliau meminta persamaan hak dalam mendapatkan pahala yang sama dengan laki-laki. Jika laki-laki bisa sholat berjama'ah 5 waktu di masjid, pergi haji dan umroh, berjihad fii sabilillah dan lainnya sedangkan perempuan hanya dirumah mengurus pekerjaan rumah, menjaga anak-anak dan harta suaminya maka Rasulullah katakan bahwa perempuan memliki pahala yang sama dengan laki-laki atas pengabdian mereka kepada suami mereka. Inilah emansipasi wanita dalam Islam bahwa perempuan mendapatkan pahala yang sama dengan laki-laki meski apa yang mereka kerjakan berbeda. 

Allah berfirman :
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (Qs. An-nahl:97)

Wallahu a'lam bishawab.


Note: Dikutip dari berbagai sumber.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak