Oleh : Nuril Hafizhah (Siswi SMA IT Ar-Rahman Banjarbaru Kalsel)
21 April, tanggal bersejarah bagi Indonesia, terutama bagi para wanita. Di peringati sebagai hari kelahiran pahlawan wanita Indonesia sekaligus mengenang perjuangan besarnya untuk bangsa dan negara. Yaitu kelahiran R. A. Kartini yang akhirnya dikenal dan diperingati sebagai Hari Kartini.
Hari Kartini telah dikenalkan sejak dini pada anak bangsa bahkan ketika mereka memasuki taman kanak-kanak. Maka dibuatlah berbagai kegiatan sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa Kartini. Kegiatan itu meliputi pawai dengan menggunakan baju adat ataupun baju profesi sesuai cita-cita, menyanyikan lagu "Ibu Kita Kartini", serta memberi ucapan "Selamat Hari Kartini".
Adapun makna dari perayaan tersebut bagi bangsa Indonesia diantaranya :
1) Hari untuk memperkuat Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT) dari muka bumi. Biasanya pada Hari Kartini, banyak wanita Indonesia yang berparade menggunakan Kebaya Kartini Masa Kini. Tak lupa, sambil melakukan sosialisasi tentang penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Hal ini adalah bukti bahwa wanita mampu berdiri tangguh melawan kriminalitas.
2) Memperluas pemberdayaan perempuan di Indonesia. Dengan meningkatkan SDM perempuan, maka akan terbentuk sebuah kemampuan serta keamanan. Melalui kepribadian tersebut, wanita tentunya memiliki rasa tanggung jawab dalam menjalankan kehidupan yang hakiki.
3) Mendorong Kesadaran Pria untuk Ikut Mewujudkan Kesetaraan Gender. Dalam memeriahkan Hari Kartini, wanita Indonesia beserta para aktivis biasanya mengkampanyekan kesetaraan gender perempuan. Menjadikan tokoh Kartini sebagai legalisasi atas kampanye emansipasi juga feminisme, kesetaraan gender pada perempuan.
4) Aksi yyata dalam peningkatan pendidikan formal. Merupakan ujung tombak dalam pembangunan. Perempuan harus memiliki pengetahuan luas agar bisa mendidik generasi muda. Tentunya yang berkualitas sebagai penerus pembangunan bangsa.
5) Membangkitkan peningkatan kualitas hidup perempuan. Sosok R.A Kartini memberikan inspirasi bagi wanita Indonesia. Banyak hal yang dapat dilakukan dan dicapai untuk berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas hidup. Sehingga, kesejahteraan dapat dirasakan merata oleh seluruh kaum perempuan.
Kilas sejarah, benarkah inspirasi yang diperoleh tersebut merupakan perjuangan R.A. Kartini?
Kartini besar dan belajar di lingkungan adat istiadat serta tata cara ningrat jawa, feodalisme, ia hanya boleh bergaul dengan orang-orang Belanda atau orang-orang yang terhormat dan tidak boleh bergaul dengan rakyat.
Kartini tidak menyukai lingkungan yang demikian, ini terlihat dari isi suratnya yang ditujukan kepada Stella, tanggal 18 Agustus 1899 :
“Peduli apa aku dengan segala tata cara itu, segala peraturan-peraturan, semua itu bikinan manusia dan menyiksa diriku saja”.
Kartini mendobrak adat keningratan, karena menurutnya setiap manusia sederajat dan mereka berhak untuk mendapat perlakuan sama.
Kartini yang berupaya untuk memajukan kaum wanita dimasanya (masa penjajahan). Pada saat itu wanita tidak mendapatkan hak pendidikan yang sama dengan laki-laki, mereka dinomorduakan, bahkan dalam segala aspek kehidupan. Perjuangan Kartini tidaklah berarti untuk menyaingi laki-laki, namun memberi kontribusi bagi perbaikan masyarakat. Cita-citanya ini diungkapkan melalui suratnya kepada Prof Anton dan Nyonya Abendon pada tanggal 4 Oktober 1902 :
“Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan. Bukan sekali-sekali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tetapi, karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam (sunnatullah) sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.”
Pada sejarah singkat tersebut, poin yang dapat kita ambil adalah maksud Kartini dalam perjuangan yang ia lakukan. Benar bahwasanya perjuangan itu untuk kaum wanita, upaya yang dilakukan untuk memperjuangkan hak-hak wanita yang harus sama dengan pria. Namun cukup dalam hak pendidikan yang akan memberi kontribusi bagi perbaikan masyarakat.
Wanita, yang ditangannyalah lahir generasi penerus bangsa, kewajiban mendidik anak yang pertama kali ada pada wanita, pada seorang ibu.
Namun, tidak sedikit perempuan berpandangan bahwa adaptif dengan gaya hidup hedonis, materialistis merupakan “ciri perempuan modern”.
Memaknai perempuan modern yang dicita-citakan Kartini tentu bukan demikian. Kartini bukan memperjuangkan hedonisme, budaya materialistis, konsumtif, gaya hidup serba mewah, namun memperjuangkan perempuan harus berkualitas, berpendidikan, perempuan harus terus berkarya, berenovasi, perempuan harus partisipatif dalam berbagai bidang, agar dapat menyumbangkan manfaat besar bagi keluarga, bangsa dan negara.
Tetapi bukan untuk menyaingi laki-laki, yang saat ini disalahartikan kebanyakan wanita, serta dimanfaatkan kaum feninis untuk menipu para wanita. Melegalkan kampanye keserataan gender atas nama Kartini, memperjuangkan kesetaraan wanita dengan laki-laki dalam seluruh aspek kehidupan atas perjuangan Kartini.
Maka yang terjadi, perjuangan wanita Indonesia kebanyakan telah menyimpang dari perjuangan Kartini, mereka berusaha menyaingi laki-laki dalam berbagai hal, yang kadangkala sampai di luar kodrat mereka sebagai wanita. Tanpa mereka sadari, wanita-wanita Indonesia telah diarahkan kepada perjuangan Feminisme dengan membawa ide-ide Kapitalisme–Sosialisme, yang pada akhirnya menjerumuskan wanita-wanita itu sendiri, bahkan membawa kehancuran bagi masyarakat dan negaranya. Tidak lain, karena para wanita telah melupakan tugasnya yang utama yaitu ummun wa rabbatul bait (ibu dan pengatur rumah tangga) dan kedudukannya sebagai muslimah yang harus terikat dengan hukum syara'.
Dalam Islam terdapat kesamaan dan perbedaan antara wanita dan laki-laki, tidak bisa harus serasi dalam segala bidang. Sama sebagai hamba Allah, namun beda dalam aturan yang Allah berikan. Dalam satu bidang saja, yaitu pekerjaan. Laki-laki wajib mencari nafkah untuk keluarga dan wanita untuk pengatur rumah tangga, yang dengan demikian mereka dapat meraih kemuliaan dalam bidangnya masing-masing.
Bukan pula untuk meremehkan keahlian wanita, namun melakukan tugas mulia sebagai ummun wa rabbatul bait adalah pekerjaan yang tak ternilai. Justru dibutuhkan banyak keahlian diwaktu yang bersamaan, yakni pendidik generasi muda dan pengatur rumah tangga.
Maka dengan segenap kesamaan dan perbedaan yang dimiliki, wanita dan laki-laki haruslah memiliki tujuan yang sama. Yakni sama-sama berjuang untuk meraih ridha Ilahi, dalam ketaatan yang dilandasi pada hukum syara'. Berjuang di ranah masing-masing untuk satu kebangkitan hakiki.
Semoga hari ini, 21 April 2019, mengingat perjuangan Kartini untuk wanita, kita dapat memaknainya dengan bijak dan sesuai pandangan Islam. Bahwa wanita sebagai muslimah memiliki tugas mulia, peran yang sangat besar untuk negeri, pencetak generasi penerus bangsa untuk suatu kebangkitan.
Namun skala satu negeri (Indonesia) saja tidak cukup. Laki-laki dan wanita bersama untuk suatu kebangkitan umat Islam secara keseluruhan. Sehingga, seharusnya target penegakan masyarakat yang hakiki haruslah bersandar pada Al-Qur'an dan Sunnah nabi.
Sehingga aktivitas muslimah untuk terlibat mewujudkan kebangkitan yang hakiki ini jangan sampai meninggalkan kodratnya sebagai wanita dan fungsi utamanya sebagai ummun wa robbatul bait. Disinilah dituntut bagi muslimah, untuk mampu mengatur diri dan melaksanakan prioritas dalam aktivitasnya, sehingga tidak membawa kemudharatan bagi diri, keluarga, masyarakat dan negaranya.
Wallahu'alam bi ashawwab.