Julid? Jangan Ya, Dears!

Oleh: Yunita Gustirini

[Muslimah Peduli Generasi]


Lihat postingan temannya yang lagi ikutan kajian, si Ani (bukan nama sebenarnya) langsung komen, "Ihh, sok alim!" Di lain waktu, ketemu teman yang pake baju baru, langsung doi bilang, "Kamu tuh gak pantes pake baju model gini!" Hadeh, salah semua deh di mata si Ani. 


Teman, ternyata banyak ya orang semodel Ani di sekitar kita. Yang hobi kepo, komen pedas, nyinyir hingga mau tau aja urusan orang. Bikin gerah!


Apa yang dilakukan Ani disebut julid. Julid berarti iri hati dan dengki. Biasanya dipakai di media sosial oleh seseorang yang selalu nyinyir dan komen pedas kepada siapapun. Bahkan kapanpun, di manapun. Hobby atau doyan, tuh! 


Julid berasal dari bahasa Sunda, binjulid. Kabarnya dipopulerkan oleh Syahrini yang sering melontarkan istilah khasnya. Julid juga bisa berarti anak-anak. Yaitu seseorang yang sifatnya kekanak-kanakan, nyebelin dan hobinya caper.


Kata "julid" ada sebagai efek dari maraknya penggunaan sosmed zaman now. So, memunculkan banyak kosa kata baru yang dipakai para netizen. 


Kudu hati-hati, ya guys. Julid itu termasuk penyakit hati. Rasanya gak senang lihat teman yang happy. Marah bin benci lihat kelebihan dan keberuntungan orang lain. Lihat temannya getol belajar, dinyinyirin. Ada temannya yang hijrah, dia gelisah. Sebaliknya, girang kalo temannya ada yang kesusahan. Duh!


Teman, Islam melarang julid, lho. Karena julid menunjukkan sikap iri hati dan dengki (hasad). Kedua sikap buruk ini muncul dari hawa nafsu yang dikomporin setan.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,


وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا ۖ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ ۚ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا


"Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. an-Nisa: 32).


Rasulullah SAW pun bersabda :


إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ ». أَوْ قَالَ « الْعُشْبَ »


“Hati-hatilah kalian dari hasad, karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar atau semak belukar (rumput kering)." (HR. Imam Abu Dawud).


Julid sikap yang buruk dan merugikan. Orang lain akan kesal dinyinyirin. Sang nyinyier juga akan rusak image-nya. Bisa-bisa dijauhi teman. Gak ada yang betah berteman dengan tukang julid. 


Sebenarnya manusiawi sih kalo kadang merasa "ingin" seperti orang lain. Tapi gak usah iri hati dan dengki trus julid, ya. Mending pacu diri menjadi lebih baik. Semangat berkarya yang gak kalah dari teman tersebut. Hanya iri dalam kebaikan yang boleh. Iri pengen hijrah juga seperti teman. Iri pengen bisa baca Alquran juga. Iri pengen berprestasi di sekolah. Iri hati model gini, boleh. Bisa memacu diri lebih baik. 


Gimana kalo justru kita yang jadi korban julid? Woles aja, dears. Gak perlu balas dijulidin juga. "Senyumin aja," kata Syahrini. Trus, balas dengan karya. Ehh, tapi tetap berkarya karena Allah, ya. Biar gak hangus amalnya.


Kalau hawa nafsu ngejulid muncul, kudu waspada, ya teman. Karena bisa menghanguskan kebaikan. Daripada julid, lebih baik positif thinking. Sibukkan diri dengan hal bermanfaat. Biar bisa menebar maslahat buat umat. So, jangan julid ya, dears!


Wallahua'lam.


---

[Like and share, semoga menjadi amal sholih]

---

Join Komunitas Muslimah Cinta Islam Lampung di:

⬇️⬇️⬇️

Facebook: fb.com/DakwahMCI

Telegram: t.me/MuslimahCintaIslam

Instagram: @muslimah.cintaislam 

---

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak