Oleh: Yanyan Supiyanti A.Md
(Pengajar di Sekolah Tahfidz & Member Akademi Menulis Kreatif)
"Demokrasi adalah from the people, by the people and for the people (dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat). (Presiden AS Abraham Lincoln, 1860-1865)
Sebelas tahun kemudian Presiden AS Rutherford B. Hayes tahun 1876 menyatakan bahwa yang terjadi di AS adalah "from company, by company and for company" (dari perusahaan, oleh perusahaan dan untuk perusahaan).
Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, itulah jargon dari demokrasi. Tak pernah benar-benar terbukti. Itulah hipokrisi demokrasi. Padahal yang dipakai uang rakyat, tenaga rakyat, tapi pemilu hanya sebagai sarana bagi korporasi dan rezim untuk menguasai rakyat.
Eforia demokrasi membius rakyat dan membisikkan mimpi-mimpi keadilan, kesejahteraan, kemakmuran, pemulihan harkat kemanusiaan dan mimpi-mimpi tentang kebaikan lainnya.
Namun layaknya obat bius, begitu umat kembali kesadarannya, umat pun menyadari bahwa demokrasi sesungguhnya bukanlah solusi, demokrasi justru sistem yang merusak dan gagal. Dan sejak awal sebenarnya tidak dibutuhkan oleh umat Islam.
Dalam sistem demokrasi, rakyat tetap miskin, utang negara semakin besar, korupsi kian menggila, mahalnya sebuah RUU dan terus meningkat, dekadensi moral meningkat, padahal rakyat sudah membayar demokrasi amat mahal.
Demokrasi adalah doktrin sekularisme (memisahkan agama dari pengaturan negara dan kekuasaan) yang merupakan hasil solusi dari kompromi konflik di Eropa.
Demokrasi asalnya adalah khas Eropa dan solusi terhadap penindasan atas nama agama yang melanda Eropa.
Umat Islam tidak butuh solusi demokrasi, karena problem tersebut tidak dialami oleh umat Islam sebagaimana problem Eropa abad pertengahan.
Demokrasi hanya katanya kedaulatan di tangan rakyat. Otoritas rakyat hanya saat pemilu ketika memilih penguasa dan anggota legislatif. Setelah pemilu, kedaulatan riil di tangan pemerintah/penguasa dan anggota legislatif. Dan sejatinya penguasa dan legislatif tunduk pada para kapitalis. Demokrasi sejatinya kedaulatan di tangan kapitalis dan elit partai penguasa.
Penyelewengan pemilu 2019 di sejumlah daerah mengalami kendala. Mulai dari masalah distribusi logistik, kekurangan surat suara, kerusakan kotak suara, kerusakan surat suara, hingga surat suara tercoblos lebih dulu. Deretan kasus ini menunjukkan KPU gagal menjamin pemilu berjalan langsung.
Setidaknya ada belasan kabupaten/kota yang terhambat melaksanakan pemilu, karena kegagalan KPU tersebut. (tirto.id/17/4/2019)
Dilansir oleh kumparan.com pada tanggal 22 April 2019, KPU terus melakukan pendataan terkait jumlah petugas KPPS yang gugur dan sakit saat bertugas pada 17 April 2019. Data yang diupdate pada senin (22/4) pukul 16.15 WIB menunjukkan 90 petugas meninggal, kemudian 374 orang sakit. Laporan KPU memperlihatkan, faktor kelelahan menjadi penyebab yang paling besar petugas sakit.
Kisruh pemilihan umum 2019, membuktikan bahwa rakyat tidak bisa berharap bahwa pemilu benar-benar menjadi sarana untuk melakukan perubahan, sekali pun hanya merubah rezim.
Demokrasi hanya akan berpihak pada penguasa yang akan melanggengkan penjajahan sistematiknya dalam segala aspek baik politik, ekonomi, maupun sosial budaya.
Demokrasi lahir dari rahim sekularisme yang rusak, maka keberadaannya pun cacat sejak awal. Demokrasi merupakan sistem hidup hari ini yang nyata kehancurannya, nyata kerusakannya dan bahkan sebentar lagi akan tumbang.
Syariah-khilafah adalah solusi satu-satunya untuk menggantikan demokrasi. Aturan yang berasal dari sang Maha Benar, ada jaminan kesejahteraan, ada janji keadilan, ada kepastian hukum hingga jaminan keberkahan dalam kehidupan bernegara hingga kehidupan individu.
Janji itu tidak mungkin diingkari oleh-Nya di saat syariah dan khilafah ditegakkan. Inilah sistem yang pernah dijalankan oleh Rasulullah Saw dan generasi terbaik selama 13 abad. Inilah sistem yang diwajibkan kepada kaum muslimin untuk mengatur dunia, dan secara nyata menjadi rahmatan lil'alamin.
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (TQS al-A'raaf:96)
Keimanan dan ketakwaan haruslah total dalam semua aspek kehidupan, baik individu, masyarakat hingga negara yang menerapkan syariah dalam bingkai khilafah.
Wallahu a'lam bishshawab.[]