Oleh: Ratna Nurmawati
(Muslimah Peduli Umat)
Masyarakat Muslim Selandia Baru telah lama mengalami islamopobia, jauh sebelum tragedi Cristchurch pekan lalau yang merenggut 50 nyawa.
Islamopobia tidak hanya terjadi di Eropa dan Amerika, tetapi terjadi juga di Indonesia. Indikasinya sudah muncul.
Orang - orang yang ingin berkontribusi dan mencintai agama ini bisa dituduh konservatif, fundamentalis, radikal, anti kemajuan, anti barat, anti NKRI, dan fitnah-fitnah serupa.
Pasca reformasi, baru di era pemerintahan jokowi inilah umat islam terasa seringkali di diskreditkan (dijelekkan / dilemahkan). Berbagai isu dibenturkan untuk melemahkan eksistensi umat islam.
Ini adalah ujian berat bagi umat islam ditengah iklim demokrasi. Disatu sisi ia mempunyai hak untuk meyakini agama, disisi lain ia dipaksa untuk menghargai keyakinan orang lain yang tidak sependapat dengannya. Lau apa yang harus dilakukan umat islam saat ini?
Hal pertama yang harus dilakukan adalah meluruskan sejarah negatif yang sudah terlajur ada. Umat harus mampu meyakinkan masyarakat, bahwa anggapan negatif tentang islam adalah salah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan dakwah secara langsung maupun melalui media /gadget saat ini.
Jika hari ini hak masyarakat dalam beribadah terasa terganggu, maka kedepannya umat islam harus lebih selektif dalam menentukan pemimpinnya. Salah memilih pemimpin itu sial, dan bertahan pada pilihan yang salah adalah kebodohan.
Islamopobia hanya bisa dihentikan bila islam diterapkan secara kaffah karena islam berasal dari wahyu Allah yang membawa rahmat atas sekalian alam dan hukum yang fitrah menentramkan serta membawa damai.
Bukti sejarah penerapan khilafah yang meniscayakan khalifah mengayomi semua agama dan ras, higga tak ada rasa takut akan keberadaan orang asing.
Wallahu'alam bi ashshowaab.