Oleh : Vivi Nurwida
Pemimpin partai sayap kanan Denmark Starm Kurs, Rasmus Paludan, membakar salinan Alquran, Jumat (22/3). Hal itu dia lakukan sebagai bentuk protesnya atas sejumlah Muslim yang menunaikan Shalat Jumat di depan gedung parlemen negara tersebut.(replubika.co.id 23/3/2019)
Masyarakat Muslim di Selandia Baru telah lama mengalami Islamofobia, jauh sebelum tragedi Christchurch pekan lalu yang merenggut 50 nyawa. Masyarakat Muslim telah menghadapi banyak perkataan dan komentar rasis yang telah ditujukan kepada mereka. Pada tahun 2016, seorang penganut supremasi kulit putih lokal bahkan mengirim kepala babi ke Masjid Al Noor, dan mengatakan, “Lakukan pembantaian.” (matamatapolitik.com 22/3/2019)
Tak habis-habis pemberitaan tentang islamoofobia di dunia hari ini. Bahkan di Indonesia dengan negara berpenduduk mayoritas tak luput dari serangan virus ini. Bagaimana tidak sudah terbukti ormas Islam dibubarkan, banyak ulama dikriminalisasi, bendera tauhid dianggap bendera teroris dan masih banyak sederet fakta mencengangkan lainnya.
Islam kini yang tersisa adalah stigma negatif, Islam dianggap agama yang menyebarkan kebencian, mengajarkan terorisme, hingga ajaran-ajarannya yang dianggap tak adil bagi kaum hawa. Padahal Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam bukan hanya membawa rahmat bagi manusia itu sendiri. Aturan yang lahir di dalamnya adalah berasal dari wahyu Allah. Aturan terbaik untuk manusia yang diperintahkan oleh Allah, Sang Maha Pencipta, Sang Maha Pengatur.
Islamofobia yang digencarkan hari ini bukan hanya menjangkiti non muslim, bahkan juga menjangkiti orang-orang yang memeluk aqidah ini (baca: Islam) karena propaganda yang dilakukan orang-orang barat agar umat Islam jauh dari agamanya. Islam hanya dijadikan agama ritual belaka, mengambil sebagian yang ada dalam Al Qur'an dan membuang sebagian lainnya.
Islam adalah agama yang menentramkan, melindungi manusia serta memuliakan manusia. Bahkan ahli dzimmah atau orang-orang yang dalam perlindungan dilindungi dalam Islam. Sejarah emas kejayaan Islam mengukir indah sejarah bagaimana orang-orang kafir yang tinggal dalam daulah Islam mendapatkan perlakuan yang adil, mendapatkan pengayoman sebagaimana warga muslim.
Penduduk Shaqliyah di Italia masih mengenang bagaimana perlakuan khilafah kepada mereka, begitu juga orang Yahudi Spanyol yang pernah memilih tinggal bersama kaum Muslimin di era kekhilafahan. Kaum Yahudi Dunamah di Turkipun pernah merasakan bagaimana kehidupan yang adil di bawah naungan pemerintahan kaum Muslim. Orang Yahudipun tidak takut ketika menyampaikan kezaliman yang dilakukan oleh sang amir, putra penguasa Andalusia. Hal ini membuktikan bahwa orang-orang kafirpun mendapatkan perlakuan yang adil dan baik. Orang Yahudi juga pernah membantu pasukan kaum Muslim ketika hendak menaklukan Barcelona.
Itulah sekelumit sejarah yang pernah terukir indah bagaimana ketika Islam diterapkan dengan adil maka tidak akan terjadi Islamofobia dan warna negara baik Muslim maupun Kafir hidup adil dan sejahtera dalam naungan daulah khilafah. Ketika Islam Kaffah diterapkan pada segala sendi kehidupan.
WalLahu a'lam bisshowab