Oleh : Sabingah
(Aktifis Dakwah Remaja)
Revolusi industri 4.0 tak mampu ditepis. Kebutuhan masyarakat akan gadget semakin meningkat. Hampir seluruh lapisan masyarakat memiliki gadget.j Memang tidaklah salah gadget menjadi primadona diabad ini. Tapi ada kesalahan-kesalahan kebijakan yang perlu dikritisi dalam menyikapi kehadiranya. Kini handpon memiliki multi fungsi. Selain sebagai alat komunikasi, kini handpone juga merupakan alat rekreasi. Namun, penggunaan ITj secara berlebihan dapat mengakibatakan kecanduan dan kelainan. Emak-emak dibuat kelabakan dengan fenomenaj kecanduan gadget. Kini disaat emak-emak sedang berjuang menjauhkan (meminimalisir) gadget agar tidak terpapar radiasi sinar biru yangd terbukti merusak saraf. Justru pada beberapa waktu yang lalu orang no satu dinegeri ini baru saja mengadakan lomba e-sport (internet sport). E-sport konon disebut-sebut sebagai lahan bisnis baru para pemuda untuk menepatkan pundi-pundi rupiah, sekaligus penunjang ekonomi negara dalam memajukan bangsa. Bahasan ini semakin menambah panasnya debat capres-cawapres lalu.
https://www.cnbcindonesia.com/fintech/20190415120750-37-66751/ketika-mobile-legends-pubg-jadi-perdebatan-jokowi-dan-sandi
*
Perbedaan Game dan Sport
Game dan Sport nampaknya hampir merujuk aktivitas yang sama, tetapi sebenarnya berbeda. Sport secara leksikal berarti olahraga dengan ditandai adanya aktivitas fisik. Umumnya mereka diorganisasi dengan jelas, misalnya aturan-aturan, tempat, dan lainnya. Sedangkan game memiliki aktifitas fisik dan non fisik, dan tidak terorganisasi (seperti game online dan game-game semisalnya).
Sekali lagi. Tak ada yang salah dari hadirnya perkembangan teknologi terbarukan. Generasi tanpa teknologi juga akan tertinggal zaman. Kehadiran teknologi terbukti memudahkan berbagai bidang, mulai dari urusan dapur sampai urusan sumur semua membutuhkan teknologi. Akan tetapi menjadikan games (teknologi gadget) sebagai ajang perlombaan semakin memperlihatkan rezim atas kedunguan. Mengapa? Mari kita simak.
Sudah tidak heran jika bermain games melalui Gadget bisa menimunbulkan kecanduan. Dikenal sebagai excessive usagd of handphoned (gangguan ponsel secara berlebihan) akan berdampakan negatif pada generasi. Terlalu banyak bermain games bisa merusak sistem saraf.
Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi Perdossi Pusat Dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K) menjelaskan, aktivitas dengan gerakan berulang dapat menjadi faktor risiko neuropati atau kerusakan saraf tepi.
Saraf tepi sendiri merupakan penghubung organ tubuh dengan syaraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang dengan seluruh organ tubuh.
"Kebiasaan terlalu banyak menggunakan gadget memberikan potensi kerusakan saraf tepi atau jaringan lain. Salah satunya memicu terjadinya kerusakan saraf tepi atau neuropati."
Demikian diungkapkan Manfaluthy dalam sebuah diskusi mengenai neuropati.
Adapun gangguan-gangguan akibat kecanduan games seperti obesitas, gangguan sistem saraf (motorik dan sensorik), gangguan pendengaran dan penglihta dan susah tidur. Penelitian menunjukan perkembangan IT membuat pengguna kaca mata anak-anak meningkat 20 persen, yang parahnya lagi bisa menyebabkan rabun akut saat dewasa.
Harapan maju lewat para gamer (pecandu game) merupakan cara fikir yang terlalu dangkal, karena realitasnya menunjukan mayoritas pemuda negeri adalah penikmat saja. Belum lagi konten-konten kekerasan (vandalisme), pornografi dan pornoaksi serta tindakan menyimpang LGBT merupakan ciri game yang tidak mungkin terpisahkan. Sebagai contoh GTA, PUBG, Mobil Legend dan sejenisnya.
Mengarahkan pemuda kepada kecenderungan game, bisa melahirkan pemuda-pemuda tanpa tujuan hidup yang jelas. Berimajinasi layaknya tokoh yang disukai tak peduli dengan keadaan negeri, dengan menghabiskan waktu duduk berjam-jam demi mendapatkan kepuasan dan kemenangan semu dalam dunia fantasi.
Masih ingat aksi penembakan yang terjadi di New Zealend diwal Maret lalu? Salah satu penyebab pelaku melakukan tindakan genosida terhadap jama'ah sholat jum'at kala itu adalah akibat terpapar virus game online PUBG. Ngeri bukan?
**
Olahraga Islam Menyehatkan Jiwa-Raga
Riyadhah atau olahraga dalam Islam sebenarnya tak hanya digunakan untuk istilah olah tubuh untuk kebugaran, tapi juga untuk olah jiwa. Imam Ibnu Qayyim al-Jawziyyah (1292-1350 M) dalam bukunya Zad al-Ma'ad menekankan pentingnya berolahraga dan efeknya pada tubuh. Bagaimana olahraga memperkuat dan membentuk imunitas tubuh terhadap penyakit.
Ia menyetarakan penguatan memori melalui membaca dan berpikir dengan seni berolahraga yang melatih pendengaran, komunikasi, observasi, dan gerak. Begitu pula dampaknya bagi pengelolaan emosi, seperti senang, sedih, sabar, waspada, kemampuan memaafkan, dan keberanian. Ajaran Islam juga secara tak langsung mensyaratkan kesehatan fisik guna menopang terlaksananya ibadah yang baik, seperti shalat dan haji.
Salim al-Hassani dalam artikelnya “A 1,000 Years Amnesia: Sports in Muslim Heritage” mengungkapkan, selain sains dan teknologi, banyak yang mengagungkan Eropa sebagai kiblat olahraga. Padahal, tiap kebudayaan memiliki olahraga khas, termasuk Islam.
Olahraga, seperti kriket dan polo, sering diidentikkan dengan Inggris. Padahal, kriket adalah olahraga asli India Utara yang sudah ada sejak 700 M. Polo juga merupakan permainan tradisional bangsa Persia dan Afghanistan.
Banyak yang lupa, tak hanya sains, seni, dan teknologi, tapi juga olahraga ikut bersinar saat Islam berjaya pada 600 M hingga 1600 M. Bahkan, Islam menghapuskan olahraga destruktif seperti gladiator saat merambah Eropa.
Dalam sirah Nabi SAW, kisah perlombaan lari antara Rasulullah SAW dan Aisyah pun menjadi contoh populer bagaimana Rasulullah mencontohkan olahraga. Rasulullah juga menganjurkan orang tua untuk mengajarkan anaknya berenang, menunggang kuda, dan memanah.
Malcolm Wright dalam tulisannya “Who Wrote the First ‘Useful’ Archery Manual?” menduga olahraga memanah bisa jadi merupakan olahraga tertua yang menggunakan alat yang sudah ada sejak zaman batu (20 ribu sebelum Masehi). Variasi bentuk dan material busur serta panah kemudian berkembang dari zaman ke zaman meski bentuk busur tak banyak mengalami perubahan selama ribuan tahun.
Rasulullah memandang kekuatan fisik menjadi salah satu bagian penting seperti pernah disabdakan, yakni Muslim yang kuat lebih baik dari Muslim yang lemah. Rasulullah sendiri merupakan pemanah dan memiliki tiga busur. Memanah pada zaman Rasulullah menjadi kemahiran yang lazim dimiliki seorang Muslim. Sahabat Sa'ad bin Abi Waqas dikenal sebagai pemanah yang handal.
Pada zaman Rasulullah juga dikenal olahraga gulat di kalangan pemuda. Umar bin Khattab dan Khalid bin Walid menjadi dua tokoh yang penah disebut beradu gulat.
Ali bin Abi Thalib terkenal karena ketangkasannya menggunakan pedang di medan tempur dengan pedanganya yang terkenal, Dzul Fiqar. Sampai Rasulullah memujinya, tidak ada pedang yang setera dengan Dzul Fiqar dan tidak ada pemuda yang setangkas Ali bin Abi Thalib dalam menggunakan pedang.
Jadi, Generasi emas bukanlah terlahir dari ajang e-sport, tapi dari sebuah sistem yang mengajarkan pemuda dari mana asal, makna dan tujuan kehidupan serta hubungan tiga unsur diatas dengan apa yang ada sebelum dan setelah kehidupan ini berakhir yakni dengan memanfaat waktu demi meraih ridha Allah. Dialah (Khilafah) satu-satu sistem yang mampu mewujudkanya.
Wallahu a'lam bish-shawab.[]