Exploitasi Trauma Juno dalam Film Kucumbu Tubuh Indahku

Oleh : Linda Latif

Kamis, 25/04/2019 Kucumbu Tubuh Indahku, film terbaru Garin Nugroho yang masih tayang di bioskop sejak 18 April lalu, diliputi kontroversi. Film itu dikecam netizen karena menampilkan tema LGBT. (cnnindonesia.com, 2019)

Film ini setelah diputar di beberapa negara dan memenangkan banyak penghargaan internasional. Bagi beberapa orang dianggap membanggakan, karena ada karya anak bangsa yang diakui dunia. Namun bagi kebayakan masyarakat muslim, film ini merusak dan sangat berbahaya bagi generasi bangsa. Mengapa ? karena film ini bukan sekadar bercerita tentang perjalanan Juno kecil hingga menjadi seorang penari Lengger (penari yang harus mampu menampilkan sisi maskulin dan feminin dalam satu tubuh). Namun, film ini juga mempromosikan keberadaan penari Lengger adalah seorang laki-lak. Dengan dandanan, prilaku dan busana ala perempuan yang tampil di atas panggung untuk menari.

Dengan mengekploitasi trauma masa kecil Juno, yang dipenuhi dengan kekerasan, pelecehan dan ketidakadilan. Garin ingin menunjukkan bahwa ada penderitaan yang dialami juno hingga menjadikan Juno menjadi penari Lengger dan Gemblok seorang warok. Ada pesan yang ingin disisipkan bahwa apa yang dilakukan Juno saat ini adalah karena masa lalunya yang pahit. Maka terima existensinya sebagai wujud adanya rasa kemanusiaan dalam diri kita. Juno tak butuh penghakiman dan judgement dari siapapun. Apakah hanya sampai sini ceritanya?

Garin lupa bahwa Juno adalah korban, menderita dan traumatik. Bentuk sayang dan empati kita sebagai seorang muslim adalah menyelesaikan traumanya, memberika treatmen prilaku dan pemahaman yang benar terkait fitrah tubuh yang diciptakan Allah kepada Juno. Adanya diskriminasi dan ejekan adalah bagian dari prilaku yang tidak sesuai dengan konsep yang diyakini oleh masyarakat. Juno selamanya tidak akan tenang dan bahagia hidupnya.

Apa yang dialami Juno juga dialami banyak penari Lengger dan penari yang serupa termasuk gemplak dalam seni tari Reog. Mereka terjebak dalam lingkaran lingkungan yang memaksa untuk keluar dari fitrahnya menjadi laki-laki normal.

Film ini justru akan menjadikan bermunculan banyak Juno-Juno lain di belahan negeri tercinta. Sebagaimana di barat yang tidak hanya menerima keberadaan mereka tapi juga melegalkan pernikahan sejenis dan telah diterima masyarakat barat. Maka tidak heran jika film ini mendapat sambutan hangat dan tepuk meriah di barat, karena memang sangat sesuai dengan budaya dan kampanye yang mereka gaungkan.

Juno dan generasi muda kita, butuh keluarga, masyarakat dan negara yang melindungi mereka, dari ganasnya nafsu binal kaum sodom yang berlindung di balik seni dan kebudayaan. Alih-alih menyelamatkan, film ini justru akan melahirkan dan menginspirasi juno-juno lain bermunculan. Waspada!

Penulis adalah Pemerhati Pemuda dan Sosial

Penulis buku Awas ! LGBT Mengincar Anak-anak Kita


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak