Oleh: Liana
(Member Komunitas Remaja Islam Peduli Negeri, Serdang Bedagai)
Setiap 21 April indonesia selalu merayakan "Hari Kartini" sebagai bentuk pengargaan dan jasa pahlawan wanita yang bernama Raden Ajeng Kartini.
Pada zamannya, Kartini menjadi salah satu tokoh Jawa yang berhasil menjadi pahlawan Indonesia atas usahanya sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. ( Tribunnews.com 20/04/2018).
Berbagai acara dilakukan saat ini demi memperingatinya. Mulai dengan beraneka festival dengan pagelaran kebaya dan sanggul atau sering disebut juga dengan konde juga lain sebagainya.
Kaum feminis pun tak pernah ketinggalan. Mereka pun membiuskan ide kesetaraan gender melalui adanya perayaan tersebut. Karena bagi meraka Kartini adalah sosok pahlawan emansipasi yang mendobrak dengan ide kesetaraan gendernya.
Kartini dianggap sebagai figur yang menginspirasi kaum wanita untuk mandiri dan berdikari, dengan role mode yang menginginkan para perempuan terbebas dari penindasan dan deskriminasi.
Maka sah-sah saja jika perempuan ingin mengaktualisasikan diri demi sebuah karier untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sehingga bagi mereka dengan meninggalkan anak-anak dianggap sebuah konsekuensi. Akibatnya tatanan keluarga rusak mudah ditemui. Dengan gamblangnya berupaya menyaingi peran laki-laki dalam suatu hal. Namun terkadang tak jarang dijumpai bahwa beberapa upaya yang dilakoni telah melampaui kodrat.
Tanpa disadari perempuan diarahkan pada perjuangan feminisme yang akan merendahkan dan menghinakan derajat perempuan. Sebab faktanya, mimpi kartini lebih indah dari apa yang digaungkan para pengusung emansipasi. Sejarah mencatat bagaimana sosok Kartini menjadikan perjuangannya sebagai upaya memposisikan perempuan pada tempat yang semestinya.
Mimpi yang diperjuangkan Kartini bukanlah emansipasi dengan kesetaraan gendernya. Tapi justru memperjuangkan keserasian gender. Keserasian yang memandang perbedaan fitrah antara laki-laki dan perempuan sebagai alasan bersanding tuk saling melengkapi, bukan tuk bersaing membuktikan eksistensi.
Sebagai perempuan yang ingin meneladani perjuangan Kartini, ide-ide feminisme yang syarat dengan aroma kebebasan wajib kita tinggalkan. Karena hanya penerapan syariat Islam yang kaffah dalam kehidupanlah yang mampu memastikan terpenuhinya mimpi Kartini.
Ketika masa Rasulullah, kepemimpinannya terbukti mampu menjaga posisi perempuan pada kedudukannya yang mulia.
Wallahu a'lam bish showab