Oleh: Wity (Anggota Revowriter dan Aktivis Muslimah Pembelajar Islam Kaffah Purwakarta)
Doktrin anti khilafah kembali digaungkan. Upaya mengubur sejarah kegemilangan Islam seakan tak pernah usai. Tentu saja. Setelah berabad-abad berupaya menghancurkan perisai umat, akankah mereka membiarkan Khilafah kembali tegak? Mustahil. Mereka tentu akan terus berupaya mengubur sejarah emas itu sedalam-dalamnya. Merintangi kebangkitannya. Mematahkan setiap benih yang tumbuh sekecil apapun dengan cara apapun.
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono menuturkan, ada perbedaan mendasar di Pemilu kali ini dengan periode sebelumnya. Yakni, adanya pertarungan ideologi Pancasila melawan Khilafah. (JawaPos. Com)
Pernyataan tersebut jelas merupakan provokasi. Mengangkat isu anti khilafah dalam pertarungan pemilu adalah upaya untuk menjatuhkan lawan politik. Di samping itu, pernyataan tersebut merupakan upaya mendiskreditkan khilafah. Seolah-olah khilafah itu sangat menakutkan, radikal dan membahayakan. Padahal, tudingan bahwa Khilafah bertentangan dengan Pancasila hanyalah asumsi belaka.
Khilafah bukanlah ideologi, melainkan bagian dari ajaran Islam. Perlu dipahami bahwa Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan ini tampak dari aturan-aturannya. Islam tak hanya mengatur urusan ibadah semata, melainkan seluruh aspek kehidupan yang ada. Mulai dari aturan hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hingga hubungan manusia dengan sesama manusia. Islam bahkan mengatur urusan manusia mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar. Mulai dari urusan bangun tidur hingga bangun negara. Dalam urusan bernegara inilah Islam mengenalkan bab khilafah.
Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang menerapkan aturan dan menjalankan pemerintahan sesuai Alquran dan Sunnah. Sistem inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin dan para khalifah setelahnya. Sejarah telah membuktikan bahwa kekhilafahan Islam mampu memimpin dunia selama 13 abad.
Kegemilangan Islam di bawah naungan Khilafah telah tercatat dalam buku-buku sejarah. Sebut saja Baghdad. Kota 1001 Malam ini menjadi ikon kejayaan Islam di Asia, sekaligus kiblat peradaban dan kebudayaan dunia. Tak hanya unggul dalam bidang arsitektur, Baghdad juga melahirkan banyak ilmuwan Muslim yang karyanya menjadi rujukan para ilmuwan Barat saat ini.
Di Eropa, masa keemasan Islam diwakili Andalusia (sekarang Spanyol dan Portugal). Seperti halnya Baghdad, Andalusia juga terkenal unggul dalam bidang pembangunan dan intelektualnya. Adalah Istana Al-Hambra, yang berdiri kokoh di Bukit La Sabica, Granada, salah satu bukti keunggulan arsitektur Islam. Tak hanya itu, Andalusia juga terkenal sebagai kota yang paling toleran terhadap agama lain. Kaum Yahudi, Nasrani, dan Islam hidup rukun berdampingan.
Afrika, masa keemasan Islam diwakili oleh Timbuktu. Kota yang mulai terlupakan dalam peta dunia ini, pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia. Disaat Barat masih berada dalam kegelapan dan kebodohan, Timbuktu telah melahirkan banyak hakim, doktor, dan ulama. Luar biasa bukan?
Itu hanya sebagian kecil dari prestasi yang diraih oleh kekhilafahan Islam. Prestasi ini tak hanya menjadi klaim sepihak umat Islam, tapi juga diakui dunia. Bahkan beberapa orang Barat tak malu mengakui dan memuji kehebatan negara khilafah.
Will Durant, seorang sejarawan Inggris pernah mengakui kehebatan khilafah dalam menjaga keamanan dan kesejahteraan rakyatnya selama berabad-abad. Pernyataan tersebut dituangkan dalam bukunya, Story of Civilization. Buku tersebut ia tulis bersama istrinya, Ariel Durant.
Karen Amstrong, seorang mantan biarawati mengakui bahwa kehidupan umat selain Islam yang ada di bawah naungan khilafah sangat baik. Adapun Mary McAleese, presiden ke-8 Irlandia, memuji bantuan Khilafah Turki Ustmani ke negaranya sekitar tahun 1847. Saat itu Irlandia tengah mengalami bencana kelaparan hebat. Satu juta penduduknya tewas dalam musibah tersebut.
Sejarah telah membuktikan, bahwa Khilafah tidaklah menakutkan. Keberadaan Khilafah justru menjadi pelindung bagi seluruh umat yang berada di bawah naungannya. Jika demikian, masihkah kita akan termakan doktrin anti Khilafah? Bukankah seharusnya kita memperjuangkan tegaknya kembali Khilafah sebagaimana janji Allah Swt. dan bisyarah Rasulullah saw.?
ثُمَّ تَكُوْنُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
“Kemudian akan ada Khilafah yang berjalan atas metode kenabian.” (HR. Ahmad)[]