Oleh : Nuril Hafizhah (Siswi SMA IT Ar-Rahman Banjarbaru Kalsel)
Lagi, masalah terjadi datang silih berganti menyapa negeri ini. Peristiwa berulang datang dari pelajar Indonesia. Sebuah kasus yang berawal dari bulying di dunia maya, hingga berujung pada penganiayaan di dunia nyata. Dengan sumber masalah yang selalu berulang dari setiap kejadian, tidak jauh dari hal percintaan, baik itu cowok atau cewek.
Dilansir dari Kompas.com, Sejumlah siswi sekolah menengah atas (SMA) nekat mengeroyok seorang siswi sekolah menengah pertama (SMP), Audrey di Kalimantan Barat (Kalbar) hanya karena komentar di Facebook.
Akibatnya, korban dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan di bagian kepala dan dada di Unit Radiologi Rumah Sakit Mitra Medika pada Senin (8/4/2019).
Seperti dikutip dari Tribunnews, Manalu menjelaskan, pemicu pengeroyokan tersebut adalah masalah asmara antara kakak sepupu korban dan salah satu pelaku pengeroyokan.
Saat itu korban turut berkomentar di laman Facebook kakak sepupunya. Namun, komentarnya dianggap menyinggung salah satu pelaku.
"Permasalahan awal karena masalah cowok. Menurut info, kakak sepupu korban merupakan mantan pacar dari pelaku penganiayaan ini. Di media sosial mereka saling komentar sehingga pelaku menjemput korban karena kesal terhadap komentar itu," katanya.
Mengapa hal ini bisa terjadi ?
Akar masalahnya adalah karena umat, khususnya kaum muslim jauh dari nilai-nilai Islam, terutama remaja.
Suguhan berbagai tayangan di televisi baik sinetron maupun film, drama percintaan, hingga medsos yang dipenuhi dengan tema tentang cinta. Menurut mereka semua itu adalah kesenangan, hingga akhirnya mereka dengan bebas melakukan yang tak selayaknya dilakukan. Terlebih lagi didukung dengan fasilitas yang ada. Maka wajar remaja saat ini yang katanya generasi milenial teralihkan dengan hal-hal yang menyenangkan bagi mereka, terlepas dari tolak ukur halal haram.
Remaja atau istilah lainnya Anak Baru Gede sangat rentan dengan dunia luar. Masih memiliki kebingungan dalam membawa diri di lingkungan dan masyarakat. Apalagi dalam sistem saat ini yang mana agama dijauhkan dari kehidupan (sekularisasi).
Maka diperlukanlah peran banyak pihak untuk membimbing mereka.
Pertama peran keluarga, orang tua memiliki kewajiban utama untuk memberikan pemahaman tentang Islam kepada anak, sebab orangtua terutama ibu adalah sebagai madrasatul ula, tempat pertama yang dilihat anak ketika lahir di dunia.
Dilanjutkan dengan peran lingkungan dan masyarakat. Tidak cukup hanya dari faktor internal untuk mendidik anak, sebab mereka pastilah berinteraksi dengan lingungannya, baik masyarakat maupun sekolah. Maka haruslah lingkungan pun diliputi dengan nilai-nilai keIslaman sebagai penunjang tumbuh kembang anak, baik di lingkungan masyarakat maupun sekolah.
Dan terakhir peran yang sangat penting yaitu negara. Bagaimana bisa keluarga yang Islami dengan lingkungan dan masyarakat yang Islami tercipta jika negara tidak berdiri dengan dasar-dasar keislaman. Sebab negara adalah penentu moral bangsa, sumber dari perilaku masyarakat yang tercipta. Negara memiliki kekuatan besar sebagai penentu segala aspek, dengan kebijakan yang dijalankannya.
Hari ini umat jauh dari nilai-nilai keislaman, karena negara yang hanya menerapkan hukum-hukum Islam itu sendiri belum ada. Maka wajarlah tak berbilang masalah yang datang tak kunjung usai dan silih berganti melanda seluruh negeri. Bahkan belum tutup satu masalah ditumpuk lagi dengan masalah baru yang lebih memusingkan kepala.
Bukan hanya tentang Audrey, korban dari kekerasan fisik yang harus dikrikitisi dan diselesaikan berdasarkan hukum-hukum Ilahi. Namun, segala aspek kehidupan haruslah merujuk pada ketentuan Sang Pemilik bumi.
Saat ini, Islam belum menjadi sumber dan muara atas sendi kehidupan.
Maka dengan begitu, tugas kita adalah senantiasa mendakwahkan dan memperjuangkan Islam Kaffah agar Islam kembali seperti pada masa Rasulullah dan para shahabat yang diliputi dengan keberkahan dan rahmat. Mengembalikan jati diri umat dalam naungan Islam itu sendiri.
Wahai generasi muda, saatnya kita berbenah diri, upgrade diri dengan mengkaji tsaqafah Islam agar tujuan hidup terwujud pasti.
Karena sejatinya memperjuangkan Islam bukan karena banyaknya kekacauan yang terjadi. Namun lebih dari itu, penegakkan Islam adalah tugas mulia dari Tuhan seluruh alam. Perintah mulia untuk umat nabi yang mulia.
Maka mengembalikan Islam hanya diemban oleh orang-orang yang diliputi kemuliaan. Memperjuangkannya hingga Islam bisa menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Wallahu'alam bi ashawwab.
Barakallah
BalasHapusSemoga Allah akan sll hadirkan para pemuda pejuang Islam. Yang sll peka terhadap permakanan umat.Sebagai penerus perjuangan ini.. Allahu Akbar