Demokrasi Bobrok Rakus Kekuasaan


Oleh: Umi Fia (alumni PP.Raudhotul Ulum Sbr Wringin Sokowono Jember).

Calon Presiden (capres) nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi), mengajak pendukungnya untuk lebih militan dalam menggaet dukungan dari masyarakat yang belum menentukan pilihan untuk pilpres nanti. Jokowi meminta relawan untuk ramai-ramai mengajak tetangga dan saudaranya untuk menngunakan hak pilihnya pada 17 april 2019.

Menurut pernyataan pengamat politik Muslim Arbi,"Jokowi terlihat panik dengan menyebut ada organisasi tertentu mendukung Prabowo". Suaranasional sabtu (23/3/2019). 

Muslim juga mengatakan "rakyat makin tidak simpati kepada Jokowi, saat ini terlihat Jokowi ambisius mempertahankan kekuasaan dengan berbagai cara.

Bahkan sebelumnya, Jokowi mengingatkan rakyat untuk tidak memilih pemimpin yang didukung oleh organisasi berbahaya.

Bapak ibu mau, memilih yang di dukung oleh organisasi-organisasi yang itu? mau? mau? mau? saya nggak nyebut, tapi sudah tau sendiri kan? "kata Jokowi dalam acara yang di hadiri para pengusaha di istora senayan, kamis (21/3).

Jokowi meminta agar tidak takut terhadap hasutan atau teror yang di terima dari oknom-oknom  tidak bertanggung jawab.

Ia menegaskan telah meminta TNI dan Polri mengamankan jalannya pesta Demokrasi agar setiap masyarakat bisa menyalurkan aspirasinya melalui pemilu.

Inilah bukti kebobrokan dan kebatilan Demokrasi. Rezim refresif, mengadu domba, rakus kekuasaan. Demi meraih kekuasaan mereka semena-mena menggunakan fasilitas negara dalam kampanye, produksi kaos paslon secara besar-besaran. Mereka menghalalkan segala cara, berbangga diri demi meraih kekuasaan dan jabatan.

Berbeda dengan sistem Islam. Dalam Islam kekuasaan bukanlah suatu kebanggaan yang patut di perebutkan, akan tetapi jabatan kekuasaan adalah sebuah amanah besar yang harus di pertanggung jawabkan kelak di hadapan Allah swt.

Sebagaimana sejarah khalifah Umar bin Abdul Azis ketika di angkat menjadi kholifah /  pemimpin negara, bukannya bangga, bahagia dengan mengucapkan alhamdulillah, atau mengadakan pesta, sebagaimana pejabat negeri saat ini. 

Beliau justru terkejut seperti mendengar petir di siang bolong, menangis dengan terisak - isak, memasukkan kepalanya kedalam dua lututnya dan menangis sesugukan, dengan mengucapkan inna lillahi wainna ilaihi rojiun...

Jika kebanyakan pejabat berpesta ria saat kenaikan jabatan dan meraih kekuasaan, Umar bin Abdul Azis malah banjir air mata kerena takut pertanggung jawabannya di hadapan Allah pada hari kiamat kelak tak mampu dipikulnya.

Inilah sistem Islam, Islam membangun kekuasaan politik di atas kesadaran umat. Atas keshohihan ideologi Islam dan kemampuannya dalam menyelesaikan prolem kehidupan. Sehingga kekuasaan diraih justru untuk menegakkan ketaatan bukan menang - menangan. Dan dengan kekuasaan itulah kesejahteraan dan keberkahan bisa terwujud.

wallahu a'lam bi as-sawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak