Oleh: Kunthi Mandasari
(Member Akademi Menulis Kreatif)
Masih segar dalam ingatan penembakan secara brutal di dua masjid Christchurch, New Zealand. Ada puluhan orang yang meninggal serta terluka. Lebih memprihatikan ketika kegiatan ini disiarkan secara live streaming di Internet.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (15/3/2019), Komisioner Kepolisian Selandia Baru, Mike Bush, dalam konferensi pers menyebut korban tewas dalam serangan teroris itu mencapai 49 orang. Perdana Menteri (PM) Jacinda Ardern telah menyebut penembakan brutal ini sebagai 'serangan teroris' dan mengecamnya, (detik.com, 15/03/2019).
Tak kalah sadis dari penembakan di New Zealand, aksi sejumlah pria menyamar sebagai pemburu dan membantai setidaknya 134 petani dan penggembala Muslim di Ogossogou, Mali tengah, pada hari Sabtu menyisakan cerita mengerikan. Menurut PBB, wanita yang sedang hamil ikut dibunuh dan beberapa korban dibakar hidup-hidup, (sindonews.com, 25/03/2019).
Bukan kali pertama muslim dijadikan sasaran kekerasan. Semenjak runtuhnya khilafah Turki Ustmani umat Muslim menjadi bulan-bulanan kekerasan. Mulai dari Palestina, Rohingnya, Uighur, Suriah, Irak, India dan negeri Muslim lainnya. Yang menjadi pertanyaan, Sampai kapan darah mereka dengan mudah ditumpahkan?
Hingga kini pun belum ada solusi tuntas. PBB, HAM dan OKI hanya mampu sekedar memberi kecaman tanpa ada tindakan nyata. Pemimpin Dunia Islam lebih sibuk bermesraan menjalin kerjasama dengan negara-negara yang nyata-nyata menganiaya kaum muslim, seperti Cina, Rusia, Amerika Serikat atau Israel.
Motif penyerangan di Christchurch serta di Mali tidak lain didorong oleh rasa kebencian pelaku terhadap Islam. Memang tidak semua non-Muslim membenci Islam. Namun kebencian terhadap Islam (Islamophobia) di Amerika dan Eropa semakin meningkat adalah sebuah fakta.
Dimulai sejak terjadinya penyerangan terhadap menara kembar WTC 11 September 2001. George Bush menyatakan perang terhadap kelompok teroris. Kemudian pada 2003 mulai menginvasi Irak dan berlanjut ke beberapa negara lainnya dengan dalih memerangi teroris. Hingga kini jumlah korban tewas sudah tidak terhitung lagi. Mereka dibantai dengan tanpa pembelaan dan perlawanan.
Selain itu sejumlah kejadian pengeboman juga selalu dikaitkan dengan Muslim. Alhasil di Indonesia sendiri dibentuklah UU Terorisme dan mulai terjadi penangkapan besar-besaran terhadap kaum Muslim. Meskipun tanpa bukti yang cukup. Bahkan tanpa ragu mereka menarik pelatuk, mengambil nyawa tanpa pembuktian seperti yang terjadi pada Siyono di Jawa Tengah beberapa tahun yang lalu.
Kenapa mereka selalu memerangi Islam? Jawabannya agar umat Islam tidak kembali bangkit. Karena kebangkitan umat Islam merupakan momok bagi Barat dan antek-anteknya. Mereka tidak akan mampu menjarah kekayaan kaum Muslim lagi. Cengkeraman mereka terhadap kaum Muslim akan lepas dan Islam akan kembali menjadi mercusuar peradaban.
Bagi Islam sendiri nyawa merupakan sesuatu yang sangat berharga. Allah SWT menetapkan pembunuhan satu nyawa tak berdosa sama dengan menghilangkan nyawa seluruh umat. Sebagaimana firman-Nya yang artinya:
"Siapa saja yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi ini, seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia." (TQS al-Maidah: 32)
Dalam firman-Nya yang lain Allah SWT juga mengancam orang yang menghilangkan nyawa seorang Mukmin dengan ancaman yang sangat keras:
"Siapa saja yang membunuh secara Mukmin dengan sengaja, balasannya ialah Neraka Jahanam. Dia kekal di dalamnya. Allah murka kepada dia dan menyediakan bagi dia azab yang besar." (TQS an-Nisa':93)
Sejalan dengan perintah Allah SWT, pembelaan terhadap kehormatan dan darah kaum Muslim terus dilakukan oleh penguasa Muslim sepanjang sejarah. Mulai dari Rasulullah SAW, Khulafaur Rasyidin serta para khalifah setelahnya.
Adakah kini pemimpin Muslim yang meneladaninya?
Padahal umat muslim tidak mampu melindungi diri mereka sendiri. Mereka memerlukan penguasa yang siap melindungi. Umat membutuhkan Khilafah yang dipimpin seorang Khalifah yang berperan sebagai perisai untuk menjaga kehormatan mereka. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
"Sungguh Imam (khalifah) itu (laksana) perisai; orang-orang akan berperang di belakang dia dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya." ( HR al-Bukhari, Muslim, an-Nasa'i, Abu Dawud dan Ahmad).
Wallahu 'alam bishowab.