Bullying, Fenomena Masyarakat Sakit


Oleh : Verawati S.Pd

Praktisi pendidikan dan pengarus opini Islam


Baru-baru ini masyarakat dihebohkan dengan adanya hastag #JuatForAudrey. Hastag yang sempat viral adalah kasus merisak. Yakni  pengeroyokan oleh siswa-siswa SMA terhadap Audrey yang masih di bangku SMP. Awalnya, masyarakat khususnya para netizen simpati dan memberi dukungan terhadap Audrey. namun belakangan, ternyata kasus ini muncul akibat dari ucapan Audrey yang membuat sakit hati pelaku. sehingga muncul hastag #AudreyJugaBersalah.


seperti yang dilansir oleh www.tagar.id. Salah satu netizen @103siren mentweet, "Jika kasus Audrey ini viral bukan karena orang tuanya melaporkan kepolisian.  Namun ada seseorang yang bukan siapa-siapa Audrey mengunggahnya di Twitter."Selain dia juga menambahkan jika dalam media sosial Facebook Audrey kerap melontarkan kata-kata kasar dan vulgar, sungguh melewati batas untuk ukuran orang dewasa, apalagi dia masih SMP. Dalam unggahan foto itu juga disebut jika motif asmara atau berseteru di media sosial hanya berasal dari dugaan keluarga, tidak ada motif aslinya. Bisa jadi mereka telah bermasalah di masa lalu, mengingat perilaku verbal Audrey sendiri. Bisa jadi masalah 'cowok' hanya alibi.


Kasus seperti di atas ini bukanlah hal yang baru. saling membully verbal yang berujung pada kekerasan fisik bahkan pembunuhan. ditambah dengan penggunaan medsos yang tak bijak, seolah tak memiliki nilai, liar dan ganas. Kian hari kasusnya kian menambah bayak.  para pelaku ataupun korbannya  mulai dari  anak-anak hingga orang dewasa.  Maka sungguh perbuatan bullying menunjukkan fenomena individu dan masyarakat sakit. Apa penyebanya dan apa solusinya?


Jika kita cermati, perilaku atau sikap sesorang adalah hasil dari berpikir. Berpikir akan memunculkan pemahaman. Pemikiran akan bersandar pada aqidah tertentu, bisa Islam, Kapitalis ataupun Sosialis. Karena sistem yang diemban saat ini adalah kapitalisme. Maka pola sikap dan pikir yang muncul adalah individualisme dan  hedonisme. Yakni mementingkan kepuasan atau kebahagiaan diri sendiri.  Selama perbuatan ataupun perilaku itu, membuat diri senang dan bahagia, meski menyakiti orang lain akan dilakukan. Inilah pangkal mendasarnya, yaitu sistem hidup kapitalisme. Sehingga saling kasih sayang diantara sesama teman dan saudara atau sesama muslim mulai pudar. 


Selain itu, dalam sistem kapitalisme sekuler mendorong masyarakat untuk menjauhkan nilai-nilai agama dari kehidupan. Agama tak boleh dipakai dalam kehidupan seperti dalam pendidikan, pergaulan politik dan negara. seolah-olah tuhan tidak ada dalam urusan dunia, tidak ada pahala dan dosa dalam dunia mesdos dan lain sebagainya.  orang menghujat, mencaci habis-habisan, memfitnah seolah-olah sah-sah saja. Inilah fakta yang banyak terjadi.  dalam kapitalisme juga, asas dalam perbuatan adalah manfaat. Maka implikasinya adalah saat melakukan pertemanan pun landasannya manfaat, materi semata. Baik buruk seseorang dilihat dari materi yang dimilikinya. Entah harta atau fisiknya. Maka kekurangan dari harta atau fisik ini akan menjadi bahan bully. persis hukum rimba, yang kuat yang menguasai, yang lemah akan ditindas.


Sungguh hal ini bertentangan dengan aturan Islam. Islam sangat menjaga dan meninggikan persaudaraan sesama muslim. sebagaimana daram firman-Nya dan juga Hadist Mulia Rosulallah SAW. “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. “ (Q.S AlHujurat : 10)

Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no.10 dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya”.dan masih banyak ayat-ayat al-quran serta hadis yang berbicara mengenai saling sayang sesama muslim juga saling menghormati antar sesama  serta menjaga lisan dari menyakiti orang lain.


Demikianlah  kapitalisme menghasilkan masyarakat yang rusak dan sakit. Maka sudah saatnya kita tinggalkan dan kembali pada aturan dari Sang Khaliq yaitu Islam. Terbukti Sistem yang diemban oleh daulah khilafah ini pernah tegak selama 13 abad mampu menyejahterakan rakyatnya. mengayomi baik muslim maupun nonmuslim. Hidup rukun dalam Islam serta  Ridho Allah pun akan didapatkan sebagai jalan mendapatkan balasan surga.


Wallahu'alam bishoab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak