Oleh : Nuraini ummu rakish
Setiap orang didunia ini pasti mendambakannya. Mereka berupaya siang dan malam, mengerahkan segala kemampuan, mengorbankan berbagai hal bahkan ada yang sampai rela mengorbankan diri mereka sendiri untuk mengejarnya. Ia adalah KEBAHAGIAAN.
Kebahagiaan sendiri diartikan berbeda-beda oleh setiap orang. Ada yang merasa bahwa bahagia adalah ketika bergelimang harta dan kemewahan, ada yang menganggap bahagia adalah ketika memiliki popularitas, atau ketika rumah tangganya harmonis, pasangan setia, anak-anak sehat dan berprestasi, dan masih banyak lagi penampakan bentuk bahagia dalam kehidupan manusia.
Lalu, apakah mengartikan kebahagiaan dengan semua itu adalah wajar? Tentu saja itu adalah hal yang wajar. Karena itu merupakan bentuk ekspresi dari keinginan naluri manusia yang memang sudah Allah jadikan menjadi potensi dan karakter dasar dalam diri seorang manusia. Manusia memang dianugerahi Allah Ghorizah Baqa’ (naluri eksistensi diri).
Hal ini sudah Allah gambarkan dalam Q.S. Ali Imran 14 yaitu
“ Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan dunia, dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik”.
Dari ayat tersebut bisa kita pelajari bahwa adalah sebuah kewajaran ketika manusia merasa bahagia ketika memperoleh semua hal tersebut dalam kehidupannya. Akan tetapi, apakah kebahagian tersebut merupakan Bahagia yang Asli atau Semu?
Setiap saat kita selalu meminta Kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan terselamatkan dari api neraka, Artinya secara tidak disadari kita mengakui bahwa apapun yang kita miliki didunia ini hanyalah sementara dan bersifat fana. Maka kebahagiaan yang sesungguhnya yang harus diraih bukan hanya kebahagiaan dunia namun juga kebahagiaan akhirat yaitu dapat terbebas dari api neraka, yaitu dengan RIDHO Allah SWT. Karena hanya jika Allah Ridho maka kita bisa mendapatkan kebaikan dunia, sekaligus kebahagiaan di akhirat dengan dibebaskan dari siksa neraka.
Jadi kebahagiaan Asli adalah ketika kita mendapatkan Ridho Allah, dengan memperoleh ampunan-Nya sedangkan segala kebahagiaan yang kita dapatkan dalam berbagai bentuk fisik hanyalah kebahagiaan Semu. Bahkan bisa jadi malah semua kebaikan yang kita kira adalah kebahagiaan itu ternyata merupakan awal dari kesengsaraan.
Seorang Hamba yang mengharapkan ridho Allah, sudah pasti dia harus mengetahui syarat dari tercapainya ridho Allah itu. Yaitu yang digambarkan dalam Q.S Al- Bayyinah : 7-8
“ Sungguh orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka disisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Allah ridho terhadap mereka, dan mereka ridho kepada-Nya. Yang demikian itu adalah balasan bagi orang- orang yang takut kepada Tuhannya”.
Dari ayat tersebut kita bisa temukan bahwa kunci mendapatkan ridho Allah SWT ada 4 yaitu : Beriman, Beramal Sholih, Ridho kepada Allah dan Takut kepada Allah.
Beriman, adalah iman yang sempurna dan paripurna, yaitu yang diyakini dalam hati, diucapkan di lisan dan diaplikasikan dalam perbuatan. Ketika seseorang mengakui bahwa Tidak ada Ilah (dzat yang patut disembah dan ditaati) selain Allah, dia yakin bahwa dia diciptakan oleh Allah dia juga paham bahwa dia hidup untuk terikat kepada aturan Allah dzat yang telah menciptakannya. Maka artinya seseorang tadi telah beriman dengan keimanan yang benar dan sempurna.
Beramal Sholih, keimanan yang benar dan sempurna yang telah diyakini dan diucapkan oleh seorang manusia tersebut harus teraplikasi dalam perbuatannya menjalani kehidupan ini, dia akan melakukan semua perbuatan dan aktifitas dalam kehidupannya dengan cara yang benar. Benar yang dimaksud adalah ketika sebuah perbuatan memenuhi 2 syarat yaitu, dilakukan ikhlas hanya karena Allah, dan caranya sesuai tuntunan Al-quran dan sunnah yang diajarkan dan dicontohkan rasulullah SAW. Saat salah satu dari kedua syarat ini tidak terpenuhi maka perbuatannya tidak termasuk amal sholih.
Ridho kepada Allah, seorang hamba harus memiliki keyakinan bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan fungsinya masing-masing, dia sadar bahwa ada hal-hal dalam kehidupannya yang sudah ditetapkan Allah dan tidak bisa diubah oleh makhluk manapun, maka sikapnya selalu bersyukur atas segala kebaikan yang dia rasakan dan bersabar atas segala hal yang tidak disukainya. Lalu manusia itu yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi dan segala aturan yang Allah tetapkan pasti hanya akan mendatangkan kebaikan. Maka hatinya lapang dan tidak bersedih dan gelisah.
Takut kepada Allah, seorang hamba yang ingin mencapai ridho Allah dia harus memiliki rasa takut kepada Allah. Takut jika melanggar aturan Allah, takut membuat Allah murka, takut dengan adzab Allah, takut melakukan hal yang dilarang Allah dalam segala aspek kehidupan. Maka Orang yang takut seperti ini dia akan selalu berupaya melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-NYA secara total.
Nah… jika seorang manusia menjalani kehidupannya di dunia ini dengan bekal 4 hal tersebut. Maka dia pasti akan mendapatkan ridho Allah. Dan itu artinya dia mendapatkan kebahagiaan yang Hakiki karena kebahagiaan ini akan dia temukan dalam bentuk panggilan indah dari Tuhannya ketika dia kembali kepada Allah dengan kalimat dalam Q.S A-Fajr : 27-30 “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoi-NYA, maka masuklah kedalam golongan hamba-hambaKU, dan masuklah kedalam syurgaKU”.
Wallahu a'lam