Oleh : Lilik Yania
Al-Qur'an adalah mukjizat istimewa yang Allah turunkan melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah saw, untuk disampaikan kepada umat manusia di seluruh alam semesta.
Al-Qur'an turun dalam bahasa Arab, sesuai bahasa Rasulullah saw yang mengembannya. Tapi bukan berarti al-Quran hanya untuk orang-orang Arab saja. Melainkan untuk seluruh umat dimanapun berada, hingga akhir zaman nanti.
Karena al-Qur'an berbahasa Arab. Maka hendaknya kita memahami kaedah bahasa Arab. Dalam hal ini harus meluangkan waktu tersendiri untuk mempelajarinya. Hendaknya setiap diri mengupayakan untuk belajar bahasa Arab karena merupakan bahasa al-Quran, juga bahasa penduduk Surga.
Jika masih belum begitu memahami bahasa Arab, kita memakai solusi lain yaitu dengan membaca terjemah al-Quran, agar mengetahui makna ayat yang kita baca. Karena kalau kita hanya membaca lafal Arabnya saja, maka kita tidak akan mengetahui apa kandungan yang ada dalam ayat tersebut.
Ada yang bertanya, mengapa harus repot-repot mempelajari bahasa arab atau harus membaca terjemah segala? Bukankah dengan membaca ayat-ayat al-Qur'an saja, sudah mendatangkan pahala berlimpah?
Dari Sayyidina Ibnu Mas'ud Ra, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah SWT, maka baginya satu kebaikan. Satu kebaikan itu pahalanya sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif laam miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf." (HR Tirmidzi)
Atas dasar hadis tersebut, maka umat cukup puas dengan pahala kebaikan yang sudah berlipat-lipat banyaknya itu. Mereka belum paham kalau kabar gembira itu diberikan sebagai motivasi atau daya tarik agar umat terpikat dan tertarik untuk membaca kalamullah yang mulia itu.
Jika umat sudah tertarik dan bisa istiqomah untuk tilawah ayat-ayat cinta dari Allah tersebut, maka perintah ditingkatkan lagi. Umat diajak berfikir, apakah mereka ingin selamat perjalanan dunia akheratnya? Jika iya, kira-kira perlu pedoman tidak, dalam menapaki perjalanan panjang itu? Kalau dipikir dengan akal sehat, untuk berjalan ke suatu tempat tanpa membawa kompas atau petunjuk arah maka kita bisa tersesat. Apalagi perjalanan panjang menuju akherat, jika ingin selamat pastinya harus menggunakan panduan atau petunjuk arah yang benar.
Dalam hal ini, Allah menurunkan al-Quran sebagai panduan hidup manusia. Jika al-Quran menggunakan bahasa Arab. Walaupun kita sudah membacanya hingga berulang-ulang, manalah bisa paham maksudnya? Jika kita tidak mengerti bahasa Arab yang baik.
Maka dari itu, walau sangat bagus membaca ayat-ayat suci al-Qur'an, tapi karena menggunakan bahasa Arab, maka kita harus membaca terjemah al-Qur'an, agar kita bisa mengetahui makna ayat yang kita baca. Sambil terus mengasah kemampuan bahasa Arab kita, agar suatu saat ketika kita membaca ayat langsung tahu maksudnya.
Jika belum memahami bahasa Arab, maka dengan perantara terjemah al-Qur'an, kita akan mendapat pencerahan, karena mengetahui maksud ayat yang dibaca.
Setelah membaca terjemah, agar lebih jelas dan paham kandungan ayat, maka bisa dilanjutkan dengan membaca tafsir al-Qur'an. Bisa tafsir Ibnu Katsir, tafsir al-Qurtubi atau yang lain. Dalam hal ini tujuannya adalah kita bisa memahami maksud ayat itu bagaimana, apakah suatu perintah atau larangan? Berita gembira atau peringatan?
Apapun makna ayat kalamullah mulia itu adalah terbaik buat kita. Karena Allah hanya menghendaki kebaikan buat hamba-Nya. Jika maknanya suatu perintah, artinya kita disuruh untuk menjalankan. Jika suatu larangan, maka kita disuruh untuk menjauhi, agar terhindar dari bahaya yang mengancam.
Saudaraku, itulah bedanya membaca dan memahami makna. Kalau hanya dibaca saja, walaupun diulang-ulang tidak memberi efek perubahan diri. Yang diraih adalah pahala saja, semakin banyak yang dibaca maka semakin banyak pahala yang dikumpulkan. Tapi keindahan Islam belum bisa dirasakan karena belum diamalkan.
Dengan kita membaca terjemah dan tafsir, kemudian mempelajari, mengkaji, mentadabburi setiap ayat maka akan memahami makna dan
kandungan ayat, kemudian diamalkan dalam realitas yang nyata. Sehingga keindahan syariat Islam akan bisa dirasakan.
Misalkan ayat perintah berpuasa :
يأَيُّهَا الَّذِينَءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS al-Baqarah : 183)
Jika kita hanya mengejar pahala berlipat-lipat dari lafadz yang disuarakan, maka tak ada amalan berpuasa. Tak akan tahu nikmatnya perut lapar dan mulut kering kehausan. Tak akan bisa merasakan nikmatnya setetes air ketika berbuka puasa setelah menahan dahaga seharian.
Dan puncaknya tak ada orang yang disebut taqwa. Karena perintah untuk berpuasa yang berupa lafadz Arab dan berbahasa Arab itu hanya dibaca saja, walaupun berulang-ulang. Tapi tak memberi efek karena belum diketahui maknanya, belum dipahami maksudnya, belum diterapkan dalam amalan nyata. Seindah apapun itu aturan, jika hanya dibaca tanpa dipahami maksudnya, mana mungkin bisa diamalkan?
Hingga nanti kalau sudah diketahui makna dan dipahami maksudnya, tapi masih belum diamalkan dalam aktivitas nyata, maka itupun juga tak akan membawa pada perubahan yang berarti. Artinya keindahan syariat Islam hanya akan bisa dirasakan umat di seluruh dunia, jika sudah dipahami makna dan maksudnya, kemudian diterapkan dalam perbuatan nyata. Tidak cukup hanya beriman, karena belum tampak wujudnya. Maka harus ada amal sholeh yang nyata, amalan yang bisa dilihat dan dirasakan seluruh umat manusia.
Itupun tidak cukup berhenti pada sebagian ayat yang disuka dan meninghalkan ayat-ayat lain yang dirasa cukup memberatkan atau khawatir mendapat perlawanan. Dalam hal ini kita tidak boleh memilah-milah ayat. Karena Allah menurunkan ayat-ayat al-Quran itu semua baik dan bermanfaat untuk manusia.
Jika menemukan ayat yang sepertinya bertentangan dengan akal pikiran kita, itu bukan ayatnya yang salah. Tetapi akal kita yang belum sampai pada pemahaman yang benar. Jadi tetap harus husnudzon pada semua aturan yang diberikan Allah. Dengan tetap yakin bahwa Allah hanya menghendaki kebaikan pada hamba yang dicintai-Nya.
Wallahu a'lam bisshowab.
Surabaya, 30 April 2019
#BacalahAlQuranDanTerjemahnya
#PelajariBahasaArabUntukPahamiAlQuran
#MesraBersamaAlQuran30