Amal Jariyah


Oleh: Shiren Hilya Azura


Segala sesuatu yang kita dilakukan di dunia kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt oleh sebab itu kita layak mengetahui apakah amalan kita bisa diterima Allah atau tidak. Sebab Islam telah diturunkan sebagai agama yang paripurna mengatur seluruh aspek kehidupan. 


Dalam Islam, segala sesuatu amalan tergantung pada niatnya yaitu hanya mengharap keridaan Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda :


“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya.” (Bukhari dan Muslim).


Kita adalah manusia yakni makhluk ciptaan Allah Swt yang begitu istimewa dari makhluk ciptaan Allah lainya. Dengan disematkan akal pada diri kita yang memiliki fungsi untuk membedakan mana yang baik dan buruk.


Allah berfiman:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ


Artinya:

 “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS Al-Mulk 67: ayat 2)


Dari ayat tersebut sudah jelas, kita sebagai makhluk yang berakal sepatutnya kita maksimalkan amal baik yang dapat memberatkan timbangan amal kebaikan kita di yaumul hisab nantinya.


Salah satu cara bagaimana kita bisa mengumpulkan bekal untuk ke akhirat kelak salah satunya dengan beramal baik yang pahalanya dapat mengalir terus menerus walaupun kita sudah meninggal. 


Contoh sederhana, kita berbuat baik kepada orang lain lantaran orang itu telah berjasa dalam hidup kita, dalam rangka keta’atan kepada Allah dan orang tersebut masih melakukanya sampai kita meninggal maka pahalanya akan terus mengalir atau dengan kita menulis berisi tentang kebaikan dan orang yang membaca melakukanya maka bisa menjadi amalan jariyah.


إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثَةٍ : إِلا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ


Artinya: 

“Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang diambil manfaatnya, (3) anak shalih yang selalu didoakan orang tuanya.” (HR. Muslim, no. 1631)


Sedangkan niat bukanlah perkara yang remeh. Banyak perbuatan besar yang menjadi kecil karna niatnya dan sebaliknya banyak perbuatan kecil yang menjadi besar lantaran niat. 


Para ulama sekalipun sangat hati-hati dengan niat. Untuk menjaga niatnya, mereka selalu berupaya menyembunyikan kebaikan-kebaikannya lantaran takut ada orang lain yang memujinya. Sehingga para ulama berusaha menyembunyikan amalanya agar tidak terjebak dalam perkara riya’. 


Nah dari sini jelas bahwa amalan yang baik ini haruslah memenuhi dua syarat yakni niat yang ikhlas dan cara yang benar sesuai hukum syara’. Wallahu’alam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak