Oleh : Yuli Ummu Raihan
Lagi, dan lagi umat Islam menjadi korban, Jumat 15 Maret 2019 terjadi aksi penembakan secara brutal dan terencana bahkan disiarkan secara live melalui facebook pelaku, yang terjadi di dua mesjid Kota Christchurch Selandia Baru pukul 13.40 waktu setempat.
Tercatat ada dua WNI yang menjadi korban dalam aksi ini yang sekarang sedang menjalani perawatan di rumah sakit Christchuch Public Hospital. KBRI Wellington terus berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk update info terbaru.
Sedikitnya ada 40 korban tewas, 30 di antara mereka meninggal dunia di mesjid Al Noor dekat Hagley Park, pusat Kota Christchurch dan 10 lainnya meninggal di Mesjid Linwood, pinggiran kota. Selain itu juga ada 20 orang yang mengalami cidera.
Aksi ini kontan menimbulkan reaksi luar biasa dari dunia tak terkecuali Indonesia, beragam kecaman, kutukan dan Bela sungkawa menghiasi headline berita, status di medsos dan perbincangan dunia nyata.
Ini bukan aksi pertama dan mungkin bukan yang terakhir dan seperti biasa aksi ini pun hanya disebut penembakan brutal, penyerangan bersenjata bukan TERORIS padahal aksinya sudah jelas-jelas menimbulkan ketakutan( teros) terhadap umat Islam, bagaimana tidak aksi ini dilakukan ditempat ibadah, saat sholat Jumat, tempat yang menjadi wilayah khusus kaum Muslim.
Breton Tarrant adalah wajah teroris yang sesungguhnya. Motifnya jelas politis sebagaimana yang ia tulis di dalam manifestonya bahwa ia tak mau para imigran ( muslim) memasuki wilayah yang ia sebut milik orang kulit putih, maka mereka harus pergi atau dibunuh. Apakah ia psikopat (punya kelainan jiwa) atau tidak aksinya jelas menimbulkan ketakutan.
Ia memang bukan muslim, berjenggot, celana cingkrang, membawa atribut Islam, atau menyebut Asma Allah saat beraksi.
Inilah yang terjadi ketika umat Islam tercerai berai, tanpa ada institusi yang melindunginya.
Umat Islam banyak tapi hanya bak buih di lautan, Sekat Nasionalisme membuat rasa persatuan menjadi renggang tak ada lagi umat Islam ibarat satu tubuh. Umat Islam selalu dituding radikal, teroris padahal umat Islamlah yang selalu menjadi korban teroris.
Akan berapa banyak lagi nyawa-nyawa saudara kita melayang, berapa banyak lagi airmata dan darah yang tertumpah, Masih belum cukupkah penderitaan kaum Muslim selama ini di Palestina, Suria, Rohingya, Xinjiang, dan bumi Islam lainnya.
Kita butuh Khilafah yang akan melindungi darah dan kehormatan umat Islam.
Sungguh tidak ada yang bisa menjaga dan melindungi Umat Islam kecuali Khilafah.
Rasulullah saw bersabda, " Sesungguhnya al imam itu laksana perisai, dimana orang-orang akan berperang dibelakangnya dan berlindung dari musuh dengan kekuasaannya. ( HR. Al Bukhari dan Muslim)
Semenjak Mustafa Kemal laknatullah alaih 1924 lalu berhasil meruntuhkan Khilafah umat Islam bagai ayam kehilangan induknya, menjadi mangsa dan santapan lezat yang diperebutkan oleh musuh-musuh Islam, meski jumlahnya mayoritas tapi bak buih dilautan tidak memiliki kekuatan.
Hari ini darah dan kehormatan sera harta kaum muslimin begitu mudah dirampas oleh kafir penjajah, bahkan kaum muslimin ditindas, dipersekusi, bahkan didzolimi dan sesama Muslim hanya mampu mengecam, mengutuk atau menggalang dana sebagai penghibur derita mereka.
Sampai kapan kita terus begini sudah saatnya umat Islam bersatu dibawah sebuah Kepemimpinan yang akan mengemban risalah Islam keseluruh penjuru dunia dan membumikan Islam yang rahmatan lil alamin Allahu akbar.