Oleh: Surfida, S.Pd.I (Pengajar)
Debat kedua presiden kembali digelar pada tanggal 17 Februari 2019. Debat yang digelar pada minggu malam tersebut mengangkat tema energi, pangan, infrastruktur, lingkungan hidup dan sumber daya alam. Di debat kedua ini masing-masing capres tidak didampingi oleh cawapresnya.
Di akhir acara debat, capres petahana mengungkapkan bahwa dirinya hanya takut pada Allah SWT. Sehingga ia menegaskan bahwa butuh keberanian dan ketegasan dalam mengelola negara Indonesia. Jokowi menekankan tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah SWT.
Beliau juga mengungkapkan bahwa dirinya sudah memiliki pengalaman menjadi walikota dan gubernur. Sebagaimana dikutip dari http://sinarharapan.com, “ Rakyat Indonesia yang saya cintai, mengelola negara Indonesia ini tak mudah, tak gampang. Sangat beruntung sekali saya punya pengalaman mengelola kota sebagai walikota, provinsi dan 4,5 tahun ini mengelola negara kita Indonesia,” kata Jokowi di panggung debat di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019).
Selanjutnya, beliau menambahkan, “Kita ingin negara ini semakin baik dan saya akan pergunakan seluruh tenaga yang saya miliki, kewenangan yang saya miliki. Tidak ada yang saya takuti untuk kepentingan nasional, rakyat, bangsa dan negara. Tidak ada yang saya takuti kecuali Allah SWT untuk Indonesia maju.
Akibat pernyataannya tersebut, capres petahana ditantang oleh bapak Muhammad Said Didu. Dalam twitternya, beliau menulis,”Karena bapak Presiden katanya hanya takut sama Allah maka mari kita dukung usulan Capres 01 untuk mengembalikan HGU-HGU besar yang dimiliki konglomerat. Kita dukung, karena ini saat yang tepat bapak Presiden buktikan bahwa hanya takut pada Allah. (SUARA.com. selasa, 26/2/2019).
Jika melihat pernyataan capres 01 tersebut sangat baik dan bagus, namum perlu pembuktian secara nyata, jangan sekedar ungkapan penghibur saja. Sebagaimana juga di ungkapkan oleh Wakil Ketua Majelis Syuro partai PKS, Hidayat Nurwahid, saat mengomentari pernyataan capres 01,” Penegasan beliau tidak takut pada Allah SWT, pernyataan ini sesungguhnya pernyataan yang sangat baik dan sangat harus. Tetapi juga harus terwujud dan terbukti, Jakarta(selasa/19/2/2019,iNews.id).
*Demokrasi Membuat Manusia Dusta*
Saat ini, banyak orang suka membual atau bohong untuk mencapai keiginannya, itu di anggap wajar. Karena aturan yang diterapkan juga tidak memberikan sanksi tegas kepada orang yang suka berbohong. Di mana aturan yang diterapkan saat ini memisahkan agama dari kehidupan (sekularisme), sehingga agama itu diambil jika menguntungkan dirinya atau kelompoknya.
Dengan menerapkan sekularisme tersebut, membuat manusia (umat Islam) tidak memiliki ketaqwaan individu dalam dirinya. Karena negara juga membolehkan. Apalagi saat ini adalah tahun politik. Para kandidat akan berusaha supaya mendapatkan simpatisan dari rakyat, meskipun pada kenyataannya apa yang diungkapkan tidak sesuai yang ada pada dirinya.
Maka dari itu, ketika seorang pemimpin mengaku takut pada Allah SWT harus ada bukti bukan sekedar bualan semata.
Pemimpin yang mangaku takut harus berani menerapkan aturan dari sang Pencipta dalam semua lini kehidupan. Ia tidak boleh melanggar seluruh hukum syara’. Misalnya dalam hal mengelola negara atau membangun negara, ia tidak boleh menggunakan sistem riba (utang yang memiliki bunga). Saat menerapkan hukum harus adil. Baik itu terhadap pendukungnya maupun yang kontra dengannya. Seperti apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah, beliau mengatakan, “Jika Fatimah putri Muhammad mencuri, aku akan memotong tangannya.”(H.R Bukhari dan Muslim). Ini membuktikan bahwa Rasulullah tidak pilih kasih dalam menerapkan hukum.
Selain itu, pemimpin yang merasa takut sama Allah SWT, tidak boleh mengkriminalisasi kelompok dakwah yang berusaha untuk memperjuangkan tegaknya Islam di seluruh dunia. Juga tidak boleh melindungi para penista agama atau melindungi para penjajah negerinya.
Namun, ternyata ungkapan takut pada Allah hanya slogan semata. Karena saat ini banyak kebijakan yang dikeluarkannya plin-plan. Sehari dikeluarkan, sehari direvisi lagi. Ajaran Islam dituduh radikal. Bila ada umat Islam yang mau menerapkan ajaran Islam, misalnya pelihara jenggot, memakai celana cingkrang atau cadar maka akan disebut sebagai teroris. Ulama –ulama yang bersebrangan dengannya akan diburu. Para mafia korupsi, sabu-sabu dibiarkan merajalela bahkan dibebaskan dari jeratan hukum. Dia juga harus berani mengusir para penjajah SDA Indonesia, juga para TKA harus diusir dari negara ini.
Dengan banyaknya pemimpin mengkriminalisasi ajaran Islam, pejuang Islam, kelompok Islam ini membuktikan bahwa dia bukanlah seorang yang takut pada Allah tapi takut kepada orang-orang yang berada dibelakangnya. Dan jika ia mengungkapkan takut pada allah SWT hanya untuk meraih suara rakyat, maka Allah akan murka padanya. Bisa saja negeri yang ia kelola tidak pernah membawa keberkahan, selalu mencul masalah.
*Islam Melahirkan Pemimpin Shaleh*
Apa yang diungkapkan pemimpin sekaligus capres saat ini, sangat berbeda jauh dengan pemimpin dalam sistem Islam. Pemimpin dalam Islam akan menjalankan seluruh pemerintahannya berdasrakan hukum syara’. Karena itu adalah bukti ketakutan mereka kepada Allah SWT. Apa yang mereka ucapkan akan dimintai pertanggungjawabannya diakhirat nanti. Seorang Khalifah tidak akan mengkriminalisasi para ulama yang memberikannya nasehat, karena nasehat tersebut adalah upaya untuk memajukan negara yang dipimpinnya.
Takut pada Allah SWT itu bukan sekedar retorika belaka. Karena dalam Islam, saat memilih pemimpin tidak lah sama dengan sistem Demokrasi, siapa yang punya banyak uang, banyak dukungan akan menang. Sehingga meskipun tidak memiliki kemampuan mengelola negara ikut mencalonkan diri. Dalam Islam sudah ada syarat-syaratnya sehingga tidak sembarang menjadi pemimpin. Tanpa disebut bahwa dirinya hanya takut pada Allah SWT. Dengan Islam akan hadir pemimpin yang shaleh, yang senang melayani kebutuhan rakyatnya. Bukan senang melayani kebutuhan para asing dan aseng
Maka dari itu kita harus berjuang untuk menumbangkan sistem kapitalisme, sistem yang membuat manusia tidak takut lagi pada Allah SWT. Sistem yang membuat manusia berani membuat aturan sendiri dan mengesampingkan aturan dari Sang Pencipta. Jika sistem Islam sudah tegak nanti, maka tidak akan adalagi pemimpin yang senang ingkar janji, berbohong, zalim pada rakyat dan anti Islam.
“WALLAHU’ALAM BISHOWAB”