Spirit Saja Tidak Cukup untuk Membangkitkan Umat


Oleh: Sumiati  (Praktisi Pendidikan dan Member AMK )


Pendakwah Yusuf Mansur menilai Capres 01 Joko Widodo ( Jokowi) adalah sosok yang memberikan harapan, sebagai kepala negara maupun pemimpin keluarga yang sukses.

Ustaz YM, sapaannya, bercerita kisah Nabi Musa bagaimana dalam Islam pemimpin harus menghadirkan harapan. Musa, saat terpojok dikejar tentara Firaun, tampil tegar dan memberikan harapan.

"Apa kata Musa AS? Beliau dengan yakin menjawab, "Sekali-kali tidak akan tersusul. Sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku," kata Ustaz YM mengutip surah asy-Syu'araa' ayat ke-62.

Ustaz YM menilai Jokowi memiliki spirit kenabian yang layak ditiru. Dia juga mengajak masyarakat meneladani kebaikan pemimpin, tanpa terkecuali Jokowi.

"Jika beliau memiliki spirit Nabi Musa ikuti, jika beliau miliki spirit Nabi Adam ikuti, jika beliau miliki spirit Nabi Muhammad SAW ikuti," katanya, yang juga berpesan agar bangsa Indonesia menghargai siapapun pemimpinnya, serta tak mudah menghujat dan menyematkan fitnah.

Ustaz YM juga bercerita sisi religius Jokowi berdasarkan pandangan pribadinya.

"Saya sudah sering sampaikan di banyak kesempatan, bagaimana Jokowi tetap menjaga shalat dan puasa Senin-Kamis di tengah kesibukannya," kata dia.

Menurut pendiri Paytren ini, penuturan ihwal keislaman Jokowi juga banyak disampaikan orang-orang terdekatnya, termasuk sejumlah menteri di Kabinet Kerja. Di antaranya Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi dan sang istri.

"Keduanya adalah teman dekat saya dan bercerita suatu ketika Jokowi malah pernah menyarankan menunaikan salat hajat kepada Imam Nahrawi dan sang istri agar keinginan mereka terkabul. Kurang religius apalagi sosok presiden seperti beliau," kata dia.


Apa yang diungkapkan beliau sungguh menyakitkan. Bagaimana tidak, ungkapannya itu tidak mewakili perasaan rakyat Indonesia pada umumnya. Disatu sisi rakyat menahan derita akibat kebijakan-kebijakannya, disisi lain Ulama panutan umat memujanya. Sungguh ironi yang terjadi dalam sistem kapitalis ini. Siapapun yang hidup nikmat dalam sistem ini berat untuk beranjak beralih pada sistem yang shalih.

Membuat lidah kelu prinsippun ragu, hingga menjadi manusia yang tidak jelas mana yang akan dituju. Dunia begitu menggiurkan, lupa dari apa dia diciptakan, dari  mana dia berasal. Racun kapitalis telah benar-benar menghancurkan segalanya. Terkadang sikap masyarakat atau para ulama sekalipun menutup mata terhadap segala kedzalimannya mereke berdalil, taat terhadap ulil amri wajib, padahal yang dimaksud ulil amri dalam al Quran adalah ulil amri yang taat pada Allaah SWT dan Rasul-Nya. Sebagaimana FirmanNya: 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا ﴿٥٩﴾


"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."


(Q.S.4:59)

Sehingga jelas disini bahwa tidak asal membenarkan penguasa walaupun ibadah seperti biasa, namun dzalim terhadap umat, tidak serta merta dengan mudah mengatakan dia kurang agamis darimananya? Karena taat dan semangat ibadah saja tidak cukup untuk mencapai derajat taqwa. Haruslah kaffah dalam menjalankan Islam, sehingga tuntas permasalahan umat, dan harus memurnikan aqidah hingga tidak tercampur dengan aqidah kapitalis yang menjadikan umat itu beragama Islam tetapi aktivitasnya kapitalis.


يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَكُمُ ٱلرَّسُولُ بِٱلْحَقِّ مِن رَّبِّكُمْ فَـَٔامِنُوا۟ خَيْرًا لَّكُمْ ۚ وَإِن تَكْفُرُوا۟ فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا ﴿١٧٠﴾


"Wahai manusia! Sungguh, telah datang Rasul (Muhammad) kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah (kepadanya), itu lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena sesungguhnya milik Allah-lah apa yang di langit dan di bumi. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana."


(Q.S.4:170)

Wallaahu a'lam bishawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak