Oleh Tawati
"Tubuh manusia adalah keindahan yang merupakan anugerah dari Tuhan sehingga perlu disyukuri dan dinikmati".
Pernah dengar kalimat itu? Ya. Itulah salah satu kesesatan berpikir kaum sekularis. Terdengar aneh dan lucu, argumentasi ini jelas merupakan logika orang yang 'kurang iman' dan 'kurang waras'. Seharusnya ketika menyadari bahwa tubuh adalah keindahan yang diciptakan sang Pencipta maka harus dipahami juga bagaimana sang Pencipta mengatur tubuh manusia. Jelas Allah Swt, Pencipta dan Pemilik manusia Yang Maha tahu, Maha adil dan Maha sempurna, telah melarang kita memamerkan keindahan tubuh di tempat umum, dengan memberikan batasan-batasan aurat tertentu, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Allah Swt, misalnya memerintahkan kaum wanita untuk menutup seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan dengan kerudung/khimar.
Allah Swt berfirman,
وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ
"Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya (QS. An-Nur: 31) dan jilbab atau pakaian sejenis abaya/gamis yang longgar dan tidak tipis ketika mereka hendak keluar rumah. Allah Swt berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
"Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang Mukmin, "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal sehingga mereka tidak diganggu" (QS. Al-Ahzab: 59).
Taat terhadap perintah seperti inilah yang justru merupakan manifestasi rasa syukur kita kepada Allah Swt sang Pencipta.
Paham sekular, untuk yang belum matang akidahnya akan terasa manis pada mulanya. Penampakannya menarik. Seolah itu benar, padahal dampaknya lebih dahsyat dari racun yang paling mematikan sekalipun. Karena sekularisme diaplikasikan untuk memisahkan urusan dunia dan urusan akhirat.
Ia meyakini bahwa dunia, alam semesta dan kehidupan ini ada yang menciptakan. Pencipta itu ada! Allah itu ada. Ia pun yakin akan adanya akhirat. Namun, ia juga berkeyakinan bahwa sang Pencipta hanyalah bertugas menciptakan saja. Tidak berhak mengatur. Urusan dunia, menurut keyakinannya, haruslah diatur sendiri oleh manusia. Hukum ditentukan oleh akal dan logika manusia. Allah, dalam keyakinannya, tidak menurunkan aturan apapun untuk mengatur seluruh bidang kehidupan manusia. Dia hanya menurunkan aturan dan tatacara ibadah ritual yang mengatur hubungan manusia denganNya. Dengan kata lain, sikap dan tindakannya tersebut dipimpin oleh keyakinan bahwa agama harus dipisahkan dari kehidupan masyarakat dan negara.
Salah satu akibat sekularisme adalah inkonsistensi perilaku. Seperti, seorang penghuni lokalisasi mengatakan, "Saya kalau hari Senin puasa. Malam Jumat tidak menerima tamu." Di tempat tinggalnya pun terlihat ada sajadah dan mukena. Namun ia tak merasa berdosa saat melakukan perbuatan zina. Saat beribadah ia merasa dekat dengan sang Pencipta, Allah Swt. Sementara saat bermaksiat tak merasa bersalah sedikitpun. "Saya hanya menjalani profesi mencari nafkah," dalihnya.
Itulah kenyataan yang acapkali terjadi di lapangan. Banyak sekali orang yang melaksanakan shalat, namun maksiatnya jalan terus. Memprihatinkan memang. Tapi itulah yang terjadi di tanah air kita. Terutama pada orang-orang yang berpikir sekularis. Sebab, umat nyatanya sudah dilanda gelombang sekularisme.
Maka selama umat Islam masih terkungkung oleh paham-paham sekular, masih terbius oleh hembusan sekularisme, niscaya bisa diprediksi, keterpurukan umat tidak akan pernah terentaskan. Maka, masihkah mempertahankan sekularisme? Ide sesat yang menyesatkan. Sadarlah wahai umat Islam! Kembalilah kepada aturan sang Pencipta, Yang Maha Mengatur alam semesta, manusia dan kehidupan. Wallahu a'lam []