Remaja Terpapar Pornografi, Bukti Rusaknya Sistem


            Era teknologi, akses internet cepat dan bahaya penyebaran konten berbau porno tengah mengancam kalangan milenial. Hampir semua kalangan kini bisa mengakses internet dengan mudah. Tak terkecuali generasi muda yang ada di kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) yang mulai liar dengan pemanfaatan internet dalam mengakses konten berbau porno bahkan paham radikal. Beberapa pekan terakhir ini angka kasus pencabulan meningkat di Muna. Hal itu beberapa di antaranya akibat menonton konten pornografi di Handphone (HP) mereka. Untuk meminimalisir bahaya penggunaan internet, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikmudora) kabupaten Muna, bakal mengatur penggunaan HP di sekolah bagi siswa. “Kita akan atur, karena saat ini penggunaan internet untuk mengakses konten porno lebih mudah. Namun dampaknya sangat berbahaya,” terang Kepala Dikmudora, kabupaten Muna, Ashar saat dikonfirmasi melalui telepon selularnya, Minggu (3/3/2019). (https://zonasultra.com/pornografi-ancam-generasi-milenial-di-muna.html) 

Sengkarutnya Sistem Pergaulan Remaja 

Realita saat ini, tidak terlepas dari berbagai aspek. Mulai dari sistem pendidikan, sistem hukum dan aturan, sistem sanksi dan sistem sosial yang diterapkan di negeri ini. Sekulerisme, anak dari kapitalisme, telah membuka kran seluas-luasnya agar kehidupan hedonisme mampu mempengaruhi generasi remaja kita. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise mengatakan ada 25 ribu remaja Indonesia yang mengakses situs pornografi setiap hari. Jumlah itu, kata dia, diketahui dari tamu asal Thailand yang membidangi cyber crime. (Tempo.co, 4/5/2018)

Beberapa literatur yang terkait dengan kenakalan remaja (Maria: 2007, Kienhuis: 2009, Joanna dalam Ruby: 2009, dan Willis dalam Sujoko 2011: 2) menjelaskan bahwa jenis kenakalan yang dilakukan oleh remaja di bawah usia 17 tahun sangat beragam, mulai dari perbuatan yang bersifat amoral maupun anti sosial. Perbuatan tersebut dapat berupa berkata jorok, mencuri, merusak, kabur dari rumah, indisipliner di sekolah, membolos, membawa senjata tajam, merokok, berkelahi dan kebut-kebutan di jalan sampai pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum, seperti pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, seks bebas, pemakaian obat-obatan terlarang dan tindak kekerasan lainnya yang sering diberitakan di media masa.

Perkembangan teknologi informasi yang cepat memberikan multiplier effect terhadap pertumbuhan warung internet (warnet) di Indonesia. Ironisnya dengan menjamurnya warnet, tidak dapat dimanfaatkan oleh sebagian besar remaja untuk mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan. Saat ini, warnet (terutama yang memiliki bilik atau semi tertutup) menjadi salah satu tempat untuk mengakses pornografi dan melakukan aktivitas yang mengarah kepada aktivitas seks bebas.

Segala sistem yang mengatur kehidupan, seolah berdiri sendiri dan menyelesaikan sendiri persoalan terkait remaja ini. Dalam sistem hukum kita, remaja yang melakukan tindak kriminal atau perbuatan melanggar hukum, cenderung digolongkan sebagai hukuman dibawah umur. Sehingga tidak memberikan efek jera bagi pelakunya. Belum lagi sistem pendidikan yang ada. Karena berdasarkan materi dan memisahkan agama dengan kehidupan, siswa sekolah cemderung didorong untuk mendapatkan nilai yang bagus, tanpa melihat adab dan etika yang ada. Padahal, ilmu tidak akan membekas tanpa adanya adab dan amal. Tentu ini tak lepas dari penanaman nilai agama dalam keluarga dan masyarakat. Oleh karenanya, wajar, jika sengakarutnya persoalan remaja kian lama kian banyak, bahkan seperti fenomena gunung es. Setiap saat akan meledak sewaktu-waktu. Apakah kondisi seperti ini akan kita biarkan terus terjadi? Tentu tidak. 


Islam Memberikan Solusi Bagi Remaja

Remaja merupakan generasi penerus bagi generasi sebelumnya. Karena itu, ada ungkapan dalam bahasa Arab, “Syubanu al-yaum rijalu al-ghaddi” [pemuda hari ini adalah tokoh pada masa yang akan datang]. Karena itu, Islam memberikan perhatian besar kepada mereka, bahkan sejak dini. Di masa lalu, banyak pemuda hebat, karena generasi sebelumnya adalah orang-orang hebat. Karena itu, Islam memberikan perhatian besar pada generasi muda ini. 

Negeri ini adalah negeri dengan mayoritas muslim terbesar di dunia. Amat disayangkan ketika Islam ditinggalkan dan tidak menjadi pilar dalam kehidupan. Sengkarutnya berbagai problematika yang muncul butuh 3 pilar pokok agar keberlagsungan hidup generasi remaja di negeri ini mampu menjadi yang terbaik bagi seluruh umat di dunia. Pertama, dibutuhkan peran individu. Ketakwaan individu warga negeri ini, khususnya remaja. Pendek kata, mereka harus benar-benar menyibukkan diri dalam ketaatan. Hanya dengan cara seperti itu, mereka tidak akan sibuk melakukan maksiat. Dengan menyibukkan diri dalam ketaatan, waktu, umur, ilmu, harta dan apapun yang mereka miliki menjadi berkah. Karena itu, dalam usia 20 tahunan, Imam an-Nawawi, misalnya bisa menghasilkan berjilid-jilid kitab. Bahkan, Imam Ahmad, bisa mengumpulkan dan hafal lebih dari satu juta hadits. Imam Bukhari juga begitu. Yang kedua, peran masyarakat, sebagai pengontrol keberlangsungan kehidupan harus berjalan. Senantiasa bermuhasabah, memberikan masukan kepada penguasa negeri. Kehidupan pria dan wanita pun dipisah. Tidak ada ikhtilath, khalwat, menarik perhatian lawan jenis [tabarruj], apalagi pacaran hingga perzinaan. Selain berbagai pintu ke sana ditutup rapat, sanksi hukumnya pun tegas dan keras, sehingga membuat siapapun yang hendak melanggar akan berpikir ulang. Pendek kata, kehidupan sosial yang terjadi di tengah masyarakat benar-benar bersih. Kehormatan [izzah] pria dan wanita, serta kesucian hati [iffah] mereka pun terjaga. Semuanya itu, selain karena modal ilmu, ketakwaan, sikap dan nafsiyah mereka, juga sistem yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat. Teknologi yang ada digunakan seoptimal mungkin untuk keperluan umat. Konten-konten negatif ditiadakan bahkan difilter sejak awal oleh negara. Sehingga tidak akan beredar bebas di masyarakat. Karena teknologi dalam Islam bertujuan untuk memberikan kemudahan akses informasi bagi penyebaran dakwah Islam. Kehidupan masyarakat yang bersih ini juga bagian dari tatsqif jama’i yang membentuk karakter dan kepribadian generasi muda di zaman itu. Peran negara, masyarakat dan keluarga begitu luar biasa dalam membentuk karakter dan kepribadian mereka. Selain kesadaran individunya sendiri. Karena itu, tradisi seperti ini terus berlangsung dan bertahan hingga ribuan tahun.

Semuanya ini memang membutuhkan negara dengan sistemnya yang luar biasa. Sejarah keemasan seperti ini pun hanya pernah terjadi dalam sistem Islam yang rahmatan lil alamin, bukan yang lain. 


Drg Endartini Kusumastuti 

Praktisi Kesehatan Kota Kendari 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak