Oleh: Kunthi Mandasari
Media elektronik maupun cetak selalu memiliki daya pikat. Tak heran jika banyak orang berlomba-lomba memanfaatkannya. Termasuk kaum LGBT, guna mendapatkan penerimaan serta pengakuan dari lingkungannya. Seperti baru-baru ini media sempat dihebohkan dengan tersebarnya komik muslim gay. Dimana pemerannya digambarkan sebagai lelaki muda yang berkulit cokelat serta memakai kopiah.
Deskripsi dari akun yang tertera adalah 'Gay Muslim Comics'. Sontak mebuat netizen gaduh. Bahkan ada pengunjung akun itu me-mention akun kementrian Kominfo, Humas Polri serta Kementrian Agama. Serta berharap akun tersebut segera ditutup.
Syaifullah Tamliha yang merupakan Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PPP juga bereaksi keras. "Tidak ada tempat bagi LGBT di Indonesia, sebab negara kita memang bukan negara agama, tapi negara yang memiliki agama. Semua kitab yang dibaca, Alquran bagi muslim, Injil bagi Nasrani dan Taurat bagi Yahudi dan lain-lain melarang perkawinan sejenis," tegas Tamliha, (m.detik.com,10/2/2019).
Bukan hanya terang-terangan mempropagandakan gaya hidup mereka melalui komik, novel, film tetapi juga melalui fenomena Drag Queen. Bahkan yang dijadikan target adalah anak-anak. Tahukah kamu tentang Drag Queen? Drag Queen adalah seniman laki-laki yang menghibur orang lain melalui dandanannya sebagai wanita. Mereka handal dalam menyuguhkan pertunjukan menyanyi, menari, akting dan cat walk layaknya wanita. Barat memperkenalkan Drag Queen kepada anak sebagai salah satu budaya. Kini videonya tersebar kemana-mana.
Layaknya manusia yang memiliki akal, jika menemukan sesuatu yang baru akan mendorong rasa ingin tahu. Begitulah sosok alami seorang anak. Dengan terus gencar dipromosikan tanpa ada sikap tegas melarang, akan menanamkan pemikiran bahwa seorang lelaki yang berdandan menyerupai wanita atau sebaliknya merupakan hal yang wajar. Jika terus dibiarkan akan sangat berbahaya. Apalagi perkembangan teknologi semakin canggih, sekali sentuh apa pun bisa tersaji.
Tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan teknologi sangat mempermudah kehidupan. Namun disisi lain juga memiliki efek yang mengerikan. Jika tak bijak dalam menggunakan bisa-bisa salah jalan. Belum lagi banyak grup yang menyesatkan, mengajak pada penyimpangan. Minimnya pengetahuan dan kurangnya curah perhatian yang diberikan terhadap anak bisa menyeret pada arus kebebasan yang kebablasan.
Ide kebebasan yang selalu diagung-agungkan Barat nyatanya juga melahirkan berbagai permasalahan. Seperti kebebasan orientasi sex yang kini sedang hangat diperbincangkan. Efek yang ditimbulkan mulai dari penyakit mematikan hingga ancaman serius kepunahan.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Al-Bukhari no. 5885, 6834).
Melalui hadis Rasulullah SAW tersebut, Allah melarang dengan tegas lelaki yang menyerupai perempuan. Baik dalam berpakaian, cara berperilaku dan juga cara berbicara. Apalagi dengan sengaja gencar dipromosikan untuk menarik minat. Hal ini jelas sebuah kekeliruan. Namun kemampuan orang tua dalam membentengi anak-anaknya terbatas, oleh pengetahuan yang minim tentang teknologi. Sedangkan anak jaman sekarang lengket dengan kecanggihan teknologi.
Hanya peran negara yang mampu mengontrol media dengan leluasa. Melalui setiap kebijakan, menutup seluruh akses penyebaran opini LGBT, zina serta berbagai bentuk kemaksiatan lainnya. Serta pemberian sanksi hukum yang mampu memberikan efek jera. Sayangnya kebijakan semacam ini tidak bisa lahir dari sistem demokrasi. Yang menuhankan manfaat, menakar setiap kebijakan berdasarkan untung dan rugi saja.
Sesungguhnya tak ada kebebasan mutlak seperti yang gencar disuarakan oleh Barat. Karena setiap kebebasan setiap orang sejatinya dibatasi oleh kebebasan orang lain. Namun kebebasan setiap orang mampu berjalan beriringan dengan kontrol sebuah aturan. Sehingga setiap hak tidak tumpang tindih. Jika saja jalan yang dipilih itu benar yakni mengikuti panduan hidup yakni Alquran. Wallahu 'allam bishowab.