Oleh. Reni Tresnawati.
Belum lama ini berakhirlah ujian sekolah atau lebih dikenal dengan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Para siswa pun merayakan kelulusannya. Namun dibalik perayaan kelulusannya itu mereka justru bingung mau melanjutkan kuliah dimana. Perguruan Tinggi atau Universitas yang ada tidak terjangkau oleh mereka yang tidak mampu secara ekonomi. Akhirnya mereka mengurungkan niatnya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Riset yang dilakukan Haruka Evaluasi Digital Utama (Haruka EDU) di 2019 menyebutkan 79% lulusan SMK/SMA yang sudah bekerja tertarik untuk melanjutkan kuliah lagi. Namun 60% responden diantaranya urung kuliah karena mengaku terkendala biaya.
Pada malam pagelaran budaya rakyat wayang kulit, di lapangan Munggung, Kecamatan Karangdowo, Kabupaten Klaten. Hadir sekertaris Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Prof. Rina Indriastuti, mewakili Kemenristekdikti. Ia hadir dalam acara sesi dialog interaktif dengan masyarakat, khususnya masyarakat kurang mampu terkait bantuan pendidikan Bidikmisi sebagai Program unggulan. Program ini memberikan kesempatan kepada anak Indonesia yang cerdas tetapi memiliki keterbatasan ekonomi yang mau melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi untuk bisa menerima beasiswa Bidikmisi.
Bagi yang memiliki Kartu Indonesia Pintar (PIP) dan ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi berhak mendaftarkan diri ke program ini", ujar Rina Indriastuti dalam sambutannya. Beasiswa ini dapat berlaku di semua Perguruan Tinggi di Indonesia. Salah satu tujuan diadakannya program ini adalah dapat menurunkan angka kemiskinan di Indonesia lewat pendidikan, lanjut Rina. Seperti dilansir di medcom.id. 7 Maret 2019.
Program Bidikmisi membiayai studi di Perguruan Tinggi hingga masa studinya selesai.
"Kalau di Politeknik sampai 6 semester, di Perguruan Tinggi sampai 8 semester. Artinya bantuan ini cukup hingga para penerima program ini menyelesaikan studinya", ujar Rina. Ia berharap semakin banyak masyarakat yang bisa melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi, mengingat hal ini juga merupakan upaya pemerintah untuk membentuk Indonesia agar memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik. Seperti dikutip Belmawa. Ristekdikti.go.id. 9/3/2019.
Dengan adanya program beasiswa ini, menteri keuangan Sri Mulyani meminta kepada penerima beasiswa atau awerddee dari negara tidak mengkhianati Indonesia. Pernyataan ini disampaikan saat membuka acara sarasehan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) tahun 2019 di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan. Jakarta Pusat, Jumat malam. Seperti dilansir detik.com 15/3/2019.
Bantuan pemerintah berupa program beasiswa bagi siswa yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi bagi yang tidak mampu, memang cukup membantu, tapi itu berlaku untuk sebagian orang, sedangkan untuk yang lainnya masih terkendala biaya, sehingga tidak bisa melanjutkan ke universitas. Ternyata bantuan pemerintah tentang program beasiswa tidak bisa dinikmati oleh semua kalangan bawah. Bantuan ini hanyalah *tebang pilih* atau pencitraan saja. Dan pencitraan bukan bentuk tanggung jawab negara pada rakyatnya. Karena yang diperhatikannya hanya segelintir orang saja.
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) nya. Kekayaan alam yang melimpah ruah akan lebih bermanfaat jika dikelola orang pribumi, karena akan terasa sekali hasilnya untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Untuk bisa mengelola SDA dengan benar dan baik, berarti SDM nya juga harus dididik dan dilatih. Namun untuk mewujudkan semua itu membutuhkan pendidikan yang memadai dan bisa menunjang pada pekerjaannya nanti. Tapi untuk saat ini biaya pendidikan sangat mahal sehingga cuma bisa dinikmati oleh orang yang mampu secara ekonomi. Sementara orang yang cerdas tapi tidak mampu melanjutkan kuliah karena terbentur biaya hanya bisa menjadi pembantu orang-orang yang beruang. Pendidikan mahal saat ini buah dari rezim kapitalis yang hanya dimiliki orang bermodal besar. Itulah sistem kapitalisme.
Pendidikan yang terjangkau oleh masyarakat, khususnya masyarakat kecil. Fasilitas yang ada diberikan dengan cuma-cuma dan kalau pun ada yang harus bayar, itu semurah murahnya pembayaran. Tidak akan memberatkan masyarakat.Itu semua hanya ada di dalam sistem Islam. Sistem Islam memiliki mekanisme jaminan layanan pendidikan tinggi secara adil tanpa pencitraan kepada rakyatnya. Pelayanan pendidikan dalam Islam benar-benar ingin memajukan dan mensejahterakan rakyat. Agar anak-anak bangsa menjadi cerdas dan kreatif sehingga bisa memberikan karya yang bisa mengharumkan nama bangsa dan negara melalui perubahan peradaban Islam yang bisa menghantarkan kepada Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Wallahu a'lam