Oleh : Ummu Himmah
Bendera perang gagasan pada hajatan akbar lima tahunan semakin hangat, persaingan untuk menduduki kursi kedigdayaan makin terasa, konstelasi politik makin memanas, bukan hanya di dunia nyata bahkan juga dunia maya. Perburuan sudah dimulai dan akan berakhir menjelang detik dimulainya acara hajatan. Apapun akan dilakukan demi meraup suara dan menaikkan elektabilitas.
Seperti dilansir di laman media Eramuslim.com (7/3/2019) Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), M Romahurmuziy menuding bahwa kelompok yang menginginkan khilafah dan mengubah Pancasila saat ini berkumpul semua di kubu paslon nomor urut 02, Prabowo-Sandiaga. Diantara kelompok tersebut, sebut Romahurmuziy, adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang telah menjadi organisasi yang dicabut BHP. Menurut Rommy, jika Prabowo menang, HTI berharap bisa mengembangkan paham khilafah ini termasuk paham intoleran lainnya.Sebuah pernyataan tanpa bukti. Hanya karena tidak satu gerbong, tuduhan berada di gerbong sampingpun di alamatkan pada HTI. Padahal HTI tidak pernah menyatakan dukungannya pada salah satu paslon.
HTI bukanlah salah satu parpol yang duduk di parlemen, juga bukan partai oposisi. Masyarakat sudah lama mengenal HTI adalah ormas islam yang mendakwahkan penerapan syariah secara total di bawah naungan Khilafah.
Bukan tanpa sebab adanya pernyataan ini. Pasca dicabutnya BHP Ormas HTI, banyak partai politik yang mengharapkan kader HTI ikut terjun dalam politik praktis dengan menjadi anggota partai politik tersebut. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menyatakan siap menerima para bekas kader Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), yang organisasinya telah dibubarkan pemerintah, dengan catatan dapat tunduk terhadap NKRI dan Pancasila.(republika.co.id 21/72017)
Bukan hanya PPP yang kepincut, PKB dan PBB menyatakan siap untuk menampung mantan kader dan simpatisan HTI setelah putusan majelis hakim Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang menolak gugatan pencabutan badan hukum organisasi tersebut. Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengatakan sikap partainya itu sudah dilakukan jauh hari sebelum polemik pencabutan badan hukum HTI diproses di pengadilan. (CNN Indonesia.com 9/5/2018) Karena kader HTI punya kapabilitas dalam olah massa. Namun HTI tidak pernah menerima tawaran tesebut. Sehingga HTI harus menerima pil pahit pernyataan sikapnya. Pinangan ditolak, pelamar menyalak.
Berbagai upaya dilakukan. Bukan lagi kader HTI yang dipersekusi, namun dakwah islam yang disampaikanpun dibidik, dicaci dan bahkan dimonsterisasi. Hal ini lumrah dalam sistem demokrasi dengan asas manfaatnya. Selama mendatangkan manfaat, ambil cepat dan siapapun disikat. Selain takut kehilangan suara, sejatinya ada yang lebih ditakutkan oleh rezim. Ketakutan tersebut adalah Adanya kesadaran umat atas kondisi salah urus oleh negara.
Umat sudah mulai sadar diri dan mau membela masalah agamanya. Lihatlah percik-percik kebangkitan umat, dimulai sejak peristiwa penistaan surat al maidah, pembelaan terhadap bendera tauhid, dukungan terhadap persekusi ulama dan kriminalisasi tokoh umat dan isu-isu keumatan lainnya. Hingga umat merasa perlu adanya sebuah perubahan, perubahan untuk kehidupan yang lebih baik. Pijar perubahan itu datang dari Islam . Dalam ajaran islam, Islam. memiliki sistem pemerintahan yang khas yaitu khilafah. Khilafah berbeda dengan kerajaan, sistem kekaisaran atau republik. Khilafah adalah sebuah institusi yang menerapkan Islam secara keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan. Khilafahlah yang akan mencabut hegemoni sistem kapitalis sekuler yang nyata menjadi sebab terjadinya multikrisis yang menyengsarakan kehidupan umat manusia di seluruh dunia.
Sayangnya, rezim memilih untuk memalingkan umat dari kerinduannya terhadap Khilafah. Khilafah sebagai bagian dari ajaran islam dimonsterisasi. Khilafah yang tercatat dalam lembaran sejarah dianggap utopis. Khilafah yang pernah mengayomi berbagai etnik, suku, ras dan agama dalam payung negara diisukan sebagai negara yang intoleran. Padahal wilayah yang menjangkau dua pertiga belahan dunia adalah bukti nyata keagungan Islam dalam tatanan negara. Dengan adanya khilafah manfaat dirasakan oleh umat manusia. Khilafah yang dengannya umat manusia terlindungi harta, jiwa dan akidahnya. Bukan seperti digambarkan pembenci Islam sebagai negara bar-bar yang mengekang kebebasan sosial bagi warganya. Khilafah yang pernah menjadi mercusuar dunia di saat eropa terkungkung pada masa kegelapan. Khilafah punya jasa besar mengeluarkan Eropa dari masa kegelapan, misalanya dengan memberikan izin putra -putri raja Eropa menimba ilmu di negeri Islam..
Perlu upaya penyadaran yang terus menerus pada umat, bahwa Khilafah adalah ajaran islam. Khilafah pernah ada dan akan ada kembali, karena Khilafah adalah kabar gembira dari Rosululloh dan janji Alloh yang pasti. Khilafah adalah milik umat dan semua elemen umat harus bersatu memperjuangkan tegaknya. Karena hadirnya akan membawa rahmat bagi seluruh dunia.