Oleh: Sri Eni Purnama Dewi, S.Pd.Si (member revowriter dan pemerhati sosial)
Mulianya seorang perempuan, bagaikan berlian yang harus dijaga agar tetap berkilauan. Tercipta sebagai pasangan laki-laki. Bukan untuk budak ataupun pemuas nafsu birahi.
Sangat mengenaskan nasib perempuan pada zaman Jahiliyah. Dipandang rendah sebagai budak nafsu. Aib besar bagi keluarga bila memiliki anak perempuan. Mereka tega menguburnya hidup-hidup. Ada yang membiarkan mereka dalam keadaan terhina dan dihinakan. Sebagaimana firman Allah Subhaanahu Wata’ala, yang artinya; “Dan bila salah seorang dari mereka diberitakan dengan (kelahiran) anak wanita, berubah kecewalah wajahnya dan dia dalam keadaan marah. Dia berusaha menyembunyikan dari masyarakatnya apa yang diberitakan kepadanya. Apakah dia biarkan hidup dalam keadaan hina atau dia kubur. Alangkah jahatnya apa yang mereka hukumi.” (QS. An Nahl: 58-59).
Dalam riwayat shahih Muslim, Umar RA berkata “Demi Allah” pada masa Jahiliyah wanita tidak kami anggap sebagai apapun, hingga Allah memberikan tuntunan terhadap mereka dan memberi mereka bagian dalam warisan.” Demikian keji perlakuan kaum Jahiliyah terhadap perempuan sebelum Islam. Hingga Islam datang untuk mengangkat derajat dan memuliakan perempuan dengan segala keistimewaannya.
Perempuan di Era Kapitalisme
Carut marut kondisi perempuan era kapitalisme terpampang nyata. Eksploitasi perempuan terjadi di setiap lini. Perempuan diperlakukan dan dipandang sebagai komoditas "mesin pencetak" uang. Sebagian pemilik perusahaan menjadikan perempuan sebagai alat pelaris dagangan. Perempuan dijadikan model baik foto maupun video yang menampakkan aurat. Akibatnya mereka lupa akan kewajiban menutup aurat dan melalaikan tugasnya di rumah. Tak heran kini kasus trafficking serta pelecehan perempuan kian marak.
Standar kebahagiaan kaum kapitalis diukur dengan kebahagiaan dunia. Sebagian orang mengartikan bahagia itu jika mempunyai banyak uang, gelar, kedudukan tinggi, dan hal lainnya. Sekilas hal ini mungkin biasa. Namun, di balik manisnya propaganda ternyata ada dampak bagi perempuan, anak-anak, keluarga dan masyarakat.
Pemerintah terkesan mengabaikan fenomena yang menimpa perempuan. Seakan mendukung kondisi yang mendzalimi perempuan. Membiarkan perusahaan-perusahaan mengeksploitasi pekerjanya. Melegalisasi prostitusi sebagai jalan untuk pemberdayaan ekonomi perempuan.
Kapitalisme didukung oleh negara Barat. Menuntut hak-hak perempuan untuk bebas. Mencabut fitrah perempuan dan merusak kehormatannya. Barat berusaha menutupi sejarah sistem Islam yang benar dalam mengurus perempuan dan menggantinya dengan info yang menjelekkan ajaran dan sistem Islam.
Stigma negatif yang dialamatkan Barat terhadap ajaran Islam, bahwa Islam tidak menghargai kedudukan perempuan. Memasung kebebasannya. Menjadikannya sebagai manusia kelas dua yang terkungkung dalam kekuasaan laki-laki serta hidup dalam kehinaan. Perempuan Islam dicitrakan terbelakang dan tersisihkan dari dinamika kehidupan tanpa peran nyata di masyarakat. Mereka menganggap Islam sebagai hambatan utama bagi perjuangan kesetaraan gender.
Anehnya, sebagian kaum muslimin ada yang terpengaruh dengan stigma itu. Alih-alih membantah, mereka malah menjadi bagian dari penyebar pemikiran negatif tersebut. Dengan dalih emansipasi wanita dan kesetaraan gender, mereka ingin agar kaum muslimah melepaskan nilai harga diri mereka yang selama ini dijaga oleh Islam.
Perempuan dalam Sistem Islam
Cahaya Islam menerangi kegelapan. Memerangi kezaliman dan menjamin setiap hak manusia tanpa terkecuali, termasuk perempuan. Dalam Islam, perempuan sangatlah istimewa. Bahkan di Alqur'an ada surat An Nisa' yang artinya perempuan atau wanita.
Pada masa Rasulullah dan khulafaur rasyidin, peran strategis perempuan sangat ditonjolkan. Fungsi trategis itu sesuai fitrah, sehingga tidak muncul kerusakan dan eksploitasi. Sejarah Islam mencatat beberapa perempuan berperan dalam perjuangan dan perkembangan Islam.
Sebut saja, Khodijah binti Khuwailid (istri pertama Rasulullah SAW). Beliau rela mengorbankan hartanya untuk dakwah Islam. Istri setia dalam suka maupun duka. Serta mendukung penuh perjuangan suami. Perempuan lain yakni Aisyah binti Abu Bakr ash-Shiddiq. Perempuan yang paling banyak meriwayatkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Banyak sahabat dan tabi’in yang berguru kepada beliau. Ada sekitar 299 orang sahabat dan tabi’in yang meriwayatkan hadits dari beliau. Masih banyak deretan nama muslimah yang memiliki kontribusi besar dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat tanpa mencabut kehormatan dan fitrahnya sebagai perempuan.
Islam membentuk hubungan laki-laki dan perempuan sebagai kerjasama dalam arti tolong menolong dengan penuh kasih sayang. Perempuan sebagai pendamping dan teman hidup yang sejajar, bukan bawahan atau pun atasan. Hak dan kewajiban perempuan sama, hanya laki-laki mempunyai kelebihan atas mereka. Allah berfirman yang artinya; "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita)." (QS. An Nisa’: 34).
Kehormatan perempuan dijaga dengan mewajibkan untuk menutup aurat. Islam melarang membunuh wanita dan anak-anak dalam perang. Begitu tinggi penghargaan Islam kepada perempuan. Ketika menjadi seorang ibu maka ia mendapat derajad tiga kali lebih tinggi dibanding ayah.
Sudah jelas, tak ada perlindungan spesial dari sistem kapitalisme terhadap perempuan. Yang ada negara hanya sebagai regulator semata. Bukan sebagai pelindung, pengayom, dan penanggung jawab nasib perempuan. Selayaknya kita meninggalkan sistem rusak tersebut. Menggantinya dengan sistem yang terbukti nyata melindungi kehormatan dan fitrah perempuan. Hanya dengan menerapkan sistem Islam secara kaffah maka perempuan akan mulia dan sejahtera.
#PerempuanRinduKepemimpinanIslam #PerempuanButuhPemimpinJujurdanAmanah.
*sumber gambar : independent.com