PERANAN IBU TANGGUH



Oleh: Bunda Rini

Ibu Rumah Tangga, Member Akademi Menulis Kreatif

Sangat disayangkan kondisi masyarakat saat ini sangat jauh dari aturan Islam sehingga terjadi banyak penyimpangan-penyimpangan, seperti korupsi yang merajalela, pergaulan bebas lelaki-perempuan, munculnya LGBT, ekonomi ribawi yang terus mencekik, kemiskinan di mana-mana, Rupiah yang selalu dikalahkan Dollar, kriminalitas makin mencengkeram, gaya hidup hedonis, hingga bencana asap yang berulang setiap tahun. Seluruh lapisan masyarakat menjadi korban, baik lelaki maupun perempuan, dari mulai balita hingga manula tidak terkecuali. Tidak ada yang tidak menderita di dalam kondisi yang buruk ini. 


Melihat kondisi umat Islam yang terpuruk di mana-mana, kaum Muslim berharap penderitaan ini segera berakhir dan berubah menjadi kondisi yang nyaman nan membahagiakan. Tapi tahun berganti tahun cita-cita untuk perubahan ke arah yang lebih baik hanya cita-cita khayalan semata, malah bertambah buruk, perilaku-perilaku menyimpang bertambah buruk, seorang siswa berani melawan gurunya hanya karena di tegur merokok di dalam kelas selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Lantas bagaimana sebenarnya peranan wanita Islam dalam membangun keluarga atau masyarakat? Bagaimana seharusnya wanita membangun sebuah keluarga bahkan negara?


Keluarga merupakan pondasi dasar penyebaran Islam. Dari keluargalah, muncul pemimpin-pemimpin yang berjihad di jalan Allah, dan akan datang bibit-bibit yang akan berjuang meninggikan kalimat-kalimat Allah. Dan peran terbesar dalam hal tersebut adalah kaum wanita.


Pertama: Wanita sebagai seorang Istri

Ketika seorang laki-laki merasa kesulitan, maka sang istrilah yang bisa membantunya. Ketika seorang laki-laki mengalami kegundahan, sang istrilah yang dapat menenangkannya. Dan ketika sang laki-laki mengalami keterpurukan, sang istrilah yang dapat menyemangatinya. Tergambar kecintaan Rasulullah kepada Khadijah, ketika berkata kepada Aisyah yang cemburu pada Khodijah, Rasulullah marah dan bersabda: "Bagaimana engkau berkata demikian? Sungguh dia beriman kepadaku pada saat orang-orang menolakku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dia mendermakan seluruh hartanya untukku pada saat semua orang menolak membantuku, dan Allah memberiku rizki darinya berupa keturunan." (HR Ahmad dengan sanad yang hasan). Demikianlah seharusnya bagi seorang wanita muslimah di dalam keluarganya. Tidak ada yang diinginkan bagi seorang suami melainkan seorang istri yang dapat menerimanya apa adanya, percaya dan yakin kepadanya dan selalu membantunya.


Kedua: Wanita sebagai seorang ibu

Rasulullah SAW bersabda ketika ditanya oleh seseorang: "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang berhak untukku perlakukan dengan baik?" Beliau berkata, "Ibumu". Laki-laki itu kembali bertanya, " Kemudian siapa?", tanya laki-laki itu. "Ibumu". Laki-laki itu bertanya lagi, " Kemudian siapa?", tanya laki-laki itu. "Ibumu", " Kemudian siapa?" tanyanya lagi. "Kemudian ayahmu", jawab beliau." (HR. Al-Bukhari no.5971 dan Muslim no.6447)

Ibu mempunyai banyak waktu, pengaruh terbesar dan orang yang paling dekat dengan anak-anaknya. Seorang ibu merupakan seseorang yang senantiasa diharapkan kehadirannya oleh anak-anaknya. Baik buruknya seorang anak dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya. Seorang ibu menentukan masa depan anak-anak. Ketahuilah, banyak kalangan orang-orang besar, bahkan sebagian para imam dan ahli ilmu merupakan orang-orang yatim, yang hanya di besarkan oleh seorang ibu. Sebut saja, Imam Syafi'i, Imam Ahmad, Al-Bukhori dan lainnya adalah para ulama yang dibesarkan hanya dari seorang ibu.


Ketiga: Peran Wanita/Ibu dalam Masyarakat dan Negara

Ibu di samping perannya dalam keluarga, ia juga bisa mempunyai peran lainnya di dalam masyarakat dan negara. Sebagai seorang muslimah wajib baginya untuk mendakwahkan apa yang ia ketahui kepada kaum wanita lainnya. Begitu pula jika ia merupakan seorang ahli dalam bidang tertentu, maka ia mempunyai andil dalam urusan tersebut namun dengan batasan-batasan yang telah disyariatkan dan tentunya setelah kewajibannya sebagai ibu rumah tangga telah terpenuhi.


Bila faktanya sampai hari ini kondisi kaum muslim tidak berubah, penyebabnya tidak lain karena tiga hal:

1. Diterapkannya sisitem kufur di tengah kaum Muslim yaitu sistem Kapitalisme-Sekularisme yang membuat umat sibuk dengan urusan dunia semata tanpa di iringi dengan taqorrubilallooh (pendekatan kepada Allah SWT). 

2. Agama Islam dipahami sebagai urusan ibadah ritual saja bukan sebagai aturan untuk seluruh aspek kehidupan.

3. Kalaupun ada yang berupaya mengubah kondisi kaum Muslim, upaya perubahannya tidak menyeluruh dan tidak menyentuh akar masalah yang sebenarnya.


Keutamaan-keutamaan yang diberikan Allah untuk kaum wanita, menjelaskan bahwa wanita sebagai tumpuan dasar kemuliaan suatu masyarakat bahkan negara. Masyarakat atau negara yang baik dapat terlihat dari baiknya perempuan di dalam negara tersebut dan begitupun sebaliknya. Karenanya peran ibu baik dalam keluarga, masyarakat maupun negara merupakan peran yang sangat agung yang dapat merubah peradaban menuju perubahan hakiki menjadi Islam sebagai Rahmatan lil Alaamaiin.


Kini sudah saatnya kaum muslimah khususnya ibu menyadari perannya sebagai penyangga peradaban Islam. Dengan menyelaraskan fungsi domestik dan publiknya. Ibu punya kewajiban yang sama dengan kaum laki-laki atau bapak yaitu berdakwah, mengubah pemikiran masyarakat dari tidak islami menjadi islami. Mewujudkan peradaban mulia dengan penerapan Islam secara kaffah dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyah.


Wallahu a'lam bi ash showwab

2 Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Bagus,,bisa menginspirasi semua perempuan (khususnya yg telah menjadi seorang ibu),,
    sukses ya bunda Rini,,semoga semangat terus dlm berdakwah,,amin yra 😇

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak