PARIWISATA DILEMA ANTARA DEVISA DAN AGENDA GLOBAL

Oleh : Siti Ruaida.S.Pd


Demam destinasi wisata barangkali merupakan istilah yang tepat untuk menggambarkan arah geliat pemerintah daerah yang lagi jor-joran membangun destinasi wisata. Bagaimana tidak hal ini terlihat dari bertaburannya  destinasi wisata yang ada diwilayah Kalimantan Selatan, mulai dari destinasi wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan. Mulai dari Geopark Gunung Meratus, kawasan Konservasi Bekantan, Pasar Terapung Lok Baintan sampai Kiram Park, Mandiangin dan Lembah Kahung, belum lagi destinasi lainnya seperti destinasi wisata pantai yang juga tidak kalah banyaknya.


Bertumbahnya destinasi wisata tentu bukan sebuah kebetulan tapi pasti ada perencanaan bahkan bisa jadi adalah sebuah agenda global asing. Mengingat bahwa pariwisata bukanlah kebutuhan mendasar rakyat, apalagi mengacu pada kondisi lemahnya ekonomi masyarakat yang tentunya mereka akan lebih mengutamakan kebutuhan perut atau kebutuhan pokok dibandingkan kebutuhan yang lain. Hal ini berbanding terbalik dengan arah dan kebijakan pemerintah yang merencanakan peningkatan angka kunjungan wisàta domestik maupun mancanegara. Dengan menganggarkan dana yang tidak sedikit untuk membangun dan memoles berbagai destinasi wisata bahkan sampai membuka lebar pintu bagi masuknya para  investor lokal maupun investor asing. 


Eksplorasi dan pembangunan infrastruktur telah dilakukan untuk menyambut rencana besar menjadikan sektor pariwisata sebagai pundi-pundi pendapatan baik bagi negara maupun daerah yang digadang-gadang menjadi penyumbang devisa utama Indonesia seperti yang disampaikan Menteri  Pariwisata pada wawancara di laman finance. detik. com (17/10/2017) bahkan  mengacu pada riset Bank Dunia bahwa sektor pariwisata penyumbang paling mudah untuk devisa dan pendapatan  domestik bruto (PDB) pada suatu negara. Kementrian Pariwisata(Kemenpar) bahkan menargetkan tahun 2019 pariwisata menyumbang devisa US$ 20 miliar dari kunjungan wisatawan mancanegara 20 juta orang dan wisatawan domestik 275 juta orang. Dengan harapan bisa menstabilkan defisit pada keuangan negara (www. liputan6.com.;27/9/2018).


Bahkan presiden telah menetapkan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan kedua setelah pertanian, sedang unggulan ketiganya adalah sektor perikanan. Hingga  harus menaikkan budget promosi hingga 4 sampai 5 kali dalam rangka meraih target kunjungan wisatawan. Sejalan dengan itu Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor di tahun 2019, beliau mengatakan bahwa Pemprof Kalsel melakukan pergeseran (shifting ) dari sektor pertambangan ke sektor  non tambang  salah satunya yaitu pariwisata, untuk itu diadakan event pariwisata Kalsel sesuai standar internasional dan masuk dalam seratus event nasional sesuai ketentuan Kementrian Pariwisata. Seperti Festival Loksado dan Festival Pasar Terapung (banjarmasin.tribunnews.com/28 Desember 2018) dalam rangka menyongsong Kalsel Visit Year 2020. Untuk itu dihadirkan para investor baik lokal maupun asing untuk mengeksplorasi potensi Kalsel. Dengan nilai investasi bernilai  triliunan untuk membiayai proyek strategis dan promosi.


Banyak anggaran telah dialokasikan untuk meningkatkan perbaikan destinasi wisata daerah guna memperoleh pemasukan bagi daerah dari para pelancong yang berkunjung. Kearifan lokal juga diangkat sebagai pemikat untuk daya tarik pengunjung. Berbagai event kebudayaan telah digelar. Dan semua fasilitas juga telah dibangun agar bisa dinikmati para wisatawan lokal dan luar daerah dengan berbayar. Inilah harapan untuk menambah pundi-pundi pemasukan kas daerah untuk keberlangsungan kehidupan daerah.  Apakah rencana dan arahan Bank  Dunia telah sesuai dengan harapan atau hanya menguntungkan sesaat. Mengingat wisata bukanlah hajat asasiah yang kalau tidak dipenuhi bisa menghantarkan pada kematian. Tentu masyarakat yang cerdas mereka akan mendahulukan kebutuhan pokok baru kebutuhan lainnya seperti pariwisata.


Hendaklah ada kesadaran pada penguasa yang tugasnya mengurusi urusan rakyat untuk mendahulukan mana yang pokok dari pada yang cabang. Ada keseriusan dan tanggung jawab dalam mengurusi rakyat agar tidak terjebak pada agenda global asing yang memiliki kepentingan akan potensi sumber daya Indonesia sehingga mereka membuat strategi untuk memuluskan usaha mereka untuk menguasai Indonesia secara samar atas nama perbaikan ekonomi dengan bantuan lembaga internasional semacam Bank Dunia. Tentulah perlu kesadaran politik yang selevel dengan ideologi kapitalis Tentulah tidak ada solusi lain yang sempurna hanyalah Islam solusinya .  Islam telah mengatur sumber pemasukan negara dan pengeluarannya secara jelas dan terperinci. SDA suatu daerah akan diekplorasi dan hasilnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat seluruhnya. Tempat wisata tetap akan tersedia sebagai sarana rekreasi rakyat. Namun bukan untuk menambah pemasukan negara. Karena destinasi wisata bisa dinikmati secara gratis oleh rakyatnya. Sedangkan pos pemasukan lain dari negara bisa dari zakat, jizyah, kharaj, dsb yang secara syar'i dibolehkan. Karenanya, negara Islam lebih fokus pada pos-pos utama pemasukan negara tersebut bukan yang lainnya. Dan tentu saja  dengan kemandirian  berdiri diatas kaki sendiri tidak dikendalikan orang lain apalagi negara asing sang penjajajah.


Wallahua'lam

Penulis adalah Pengajar di MTs. Pangeran Antasari

Member AMK

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak