Negara Maju Dalam Demokrasi, Fakta Atau Dusta?

By : Messy (Member Penulis Ideologis)


Jargon 'Indonesia Maju' yang diiusung pasangan calon 01 diklaim sebagai aplikasi optimisme.

"Untuk Indonesia maju, kita harus menang. Untuk menang, kita harus memiliki modal besar. Oleh karena itu, kita optimistis maju dan menang," kata Ma'ruf Amin di International Convention Center, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Minggu (24/2/19) di lansir RMOL.CO pada (25/2).


Senada dengan itu, pernyataan yang dilontarkan oleh Erick Thohir selaku Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Maruf mengatakan, "Indonesia maju bukan hanya slogan. Indonesia maju adalah wujud optimisme. Sebuah tranformasi dari harapan besar bangsa Indonesia," ujarnya. 


Selain itu, Erick Thohir memastikan bahwa pasangan calon 01 mendengarkan kebutuhan rakyat. Sebab, dia salah satu capres yang berasal dari rakyat biasa sehingga dinilai mampu membawa perubahan untuk bangsa Indonesia.

Karena Pak Jokowi mendengarkan kebutuhan rakyatnya dengan hati yang jujur. Beliau memastikan pemerintah yang berpihak kepada rakyat dan mampu segera mewujudkan program kerja nyata," jelasnya.


Menyoal Indonesia Maju, Hanya Khayalan Semu?


Slogan 'Indonesia Maju' kini tengah terbang mengudara. Slogan ini masif disiarkan oleh salah satu pasangan calon. Jika demikian, apakah selama ini Indonesia tidak pernah mengalami kemajuan?.


Dari banyaknya pengangguran yang terus meningkat kian hari bagai rentetan piramida. Seperti yang dilansir dari Dkatadata.co.id pada (6/11/18), Badan Pusat Statistik (BPS) merilis jumlah pengangguran pada Agustus 2018 bertambah 130 ribu jiwa menjadi 7 juta jiwa dibanding posisi  Februari 2018 sebanyak 6,87 juta jiwa. Demikian pula jika dibanding posisi Agustus 2017 jumlah pengangguran bertambah 40 ribu jiwa. Jumlah jumlah pekerja yang berkurang lebih cepat (3,06 juta jiwa) dibanding  berkurangnya jumlah angkatan kerja (2,93 juta jiwa) memicu kenaikan pengangguran pada semester kedua tahun ini.


Selain itu, kasus korupsi yang silih berganti memenuhi tontonan publik. Seperti yang dilansir dari JawaPos.com pada (8/3/19), kasus suap yang dilakukan oleh Bupati Kotawaringin Timur Supian Hadi dikecam banyak pihak. Bukan tanpa sebab, kader PDI Perjuangan itu diduga telah merugikan negara dengan angka yang fantastis dari praktik haramnya tersebut, yakni Rp 5,8 triliun.


Tak berhenti disitu, sumber daya alam Indonesia kerap disalahgunakan oleh segelintir orang hanya untuk memuaskan kesenangan individual.

"Banyak sekali sumber daya di Indonesia dijual murah oleh para pejabat. KPK mencatat, lebih dari 12 kasus korupsi di sektor sumber daya alam sepanjang 2004-2017," kata Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M. Syarif dalam acara diskusi 'Melawan Korupsi di Sektor Sumber Daya Alam' di gedung KPK, Jakarta Selatan pada Jumat, 25 Januari 2019 yang dilansir Tempo.co pada (25/2/19).


Berharap negara bisa maju dengan berbagai permasalahan yang menghimpit? Bisakah? Dengan pejabat yang banyak koruptor dan masyarakat yang menganggur. Sekali lagi, bisakah negara bisa maju?.


Berharap kemajuan pada sistem demokrasi-sekularisme sebenarnya hanya khayalan semata. Ibarat abu yang bertebaran, tiada berguna sama sekali. 

Sebab, asas yang digunakan dalam demokrasi adalah kapitalis. Hanya orang yang memiliki modal yang berkuasa.


Penguasa hanya bertugas memenuhi kepentingan asing dan aseng. Memenuhi kepentingan golongannya dan memenuhi keinginan para pendukungnya. Sedangkan, rakyat dijadikan sebagai alat politik saja. Suara rakyat hanya didengar saat pemilu saja. Setelah itu, telinga seakan tidak berfungsi lagi.


Meskipun ada penguasa yang memiliki tampang yang sederhana dan merakyat. Tak menjamin hati dan pemikirannya terlintas tentang rakyat. Sebab, tampang tak mampu menjamin rakyat menjadi sejahtera dan negara menjadi maju. Sudah cukup rakyat menderita menjadi babu dinegeri sendiri. Apalagi kekayaan yang ada dikuras oleh asing dan aseng.

Banyak rakyat yang menjerit sebab kebijakan sistem saat ini.


Jika tidak lagi mau terjun dalam sistem demokrasi yang bobrok. Sudah saatnya rakyat sadar dan mencampakkan sistem buatan manusia yang jelas rusak dan menimbulkan berbagai dampak buruk. Demokrasi telah menyatakan dirinya gagal dalam mensejahterakan rakyat dan memajukan negara.


Kembali Pada Islam


Islam sejatinya bukan hanya agama melainkan juga sebagai ideologi. Memiliki aturan secara lengkap yang berasal langsung dari Sang Pencipta. 


Dalam sistem Islam, negara menjamin pemenuhan kebutuhan setiap rakyatnya baik muslim maupun non muslim. Memastikan semua rakyat mendapatkan haknya. Negara memfasilitasi kepentingan rakyat.


Kekayaan alam dikelola langsung oleh negara tanpa sedikitpun memberi celah kepada asing dan aseng. Lalu, hasilnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat dan memajukan negara.


Sistem Islam berhasil membuktikan diri berjaya selama tiga belas abad dan mampu menguasai dua pertiga dunia. Negara Islam merupakan negara yang kaya, super power, sejahtera dan perekonomiannya sangat makmur dan menjadi adidaya dunia pada saat itu.


Hanya Islam yang bisa mewujudkan kepemimpinan yang tunduk pada ketetapan syariah dan memfungsikan diri sebagai pengurus dan penjaga rakyat. Ketakwaan yang akan menjadi sebab dibukanya pintu berkah bukan hanya berkah takwa dalam masalah ritual individual saja, namun takwa yang tercermin dengan sikap waspada dari melanggar aturan Allah dalam aspek apapun dan senantiasa tunduk kepada semua perintah Allah SWT disertai keyakinan bahwa hanya aturan Allah yang layak untuk mengatur manusia. 


Dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah akan bisa mendatangkan kebaikan dan menjauhkan keburukan  bagi umat manusia. Tidak ada pilihan lain selain menerapkan Islam dalam bingkai negara Islam. Allahu Akbar.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak