Oleh: Ita Mumtaz
Kaum muslimin semakin geram dengan ulah para pelaku suka sesama jenis. Sudah cukup banyak para tokoh agama yang menyampaikan tentang kerusakannya. Namun bukan mengurangi aksinya, justru semakin berani dan percaya diri. Kali ini menggunakan cara apik untuk melebarkan sayapnya. Mencari perhatian dari generasi kita, yakni membuat komik muslim.
Akun Instagram @alpant**i 'Gay Muslim Comics' yang bergambar profil seorang pria muda berkulit cokelat memakai peci membuat gerah netizen muslim. Akun per-tanggal 10 Februari 2019 telah memiliki 3.708 ribu followers itu diduga berasal dari Malaysia.
Postingannya kebanyakan tentang tokoh komik, yakni pria kulit cokelat berpeci tadi. Setiap posting, pemilik akun melampirkan hashtag #gaymalaysia #gayindonesia #gaymuslim #gaycomics #komikmalaysia. Patut diduga akun ini dikelola oleh negara tetangga.
Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PPP Syaifullah Tamliha juga bereaksi keras. Beliau menegaskan tak ada tempat bagi LGBT di Indonesia. (Detikcom, 10/02/2019).
Siapa anak-anak hingga remaja yang tak menyukai komik? Rerata dari kalangan mereka sangat menikmati ketika membacanya. Dengan pemberian label muslim, perbuatan kriminal ini seolah menjadi aktivitas baik-baik saja bahkan legal. Itulah cara busuk mereka untuk menyebarkan racunnya. Berbagai upaya keji akan dilakukan demi mendapatkan simpati dari generasi muslim. Anak-anak muda memang menjadi sasaran empuk. Bagi mereka, pemuda merupakan aset berharga yang bisa menjadi agen strategis. Jiwa senantiasa dinamis, semangat menyala berkobar, sikapnya selalu manis.
Mengapa pelaku kelainan ini semakin merajalela, padahal sudah mendapatkan penolakan dari berbagai elemen muslim? Karena sistem sekuler, yakni memisahkan agama dari kehidupan telah menjadi gaya hidup masyarakat saat ini. LGBT yang jelas merupakan perilaku maksiat dan menyimpang. Masih ada saja yang membelanya. Dengan dalih hak asasi manusia. Bahkan ada yang mencari dalil demi mencari pembenaran akan argumen sesatnya.
Padahal kisah bencana dahsyat kaum sodom yang merupakan azab dari Allah telah dikabarkan oleh-Nya dalam Alquran. Allah juga memberikan label kepada pelaku perbuatan menjijikkan itu sebagai kaum yang melampaui batas. Demikian pula hadits Rasulullah telah melaknat adanya praktik keji ini.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Allah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Nabi Luth. Allah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Nabi Luth, beliau sampaikan sampai tiga kali ”. (HR. Imam Ahmad)
Bagi pelakunya, perbuatan menyimpang ini pasti akan membuatnya menderita. Jauh dari ketenangan dan kebahagiaan hidup karena telah menyalahi fitrahnya sebagai manusia. Jikalau ada kalangan yang menikmati, maka sejatinya itu adalah kenikmatan semu dan sementara. Dia belum menyadari ada bencana besar yang di hadapannya. Banyak fakta, ketika ditinggalkan pasangannya, menyisakan rasa dendam yang teramat. Akibatnya, terjadilah kerusakan mental. Sehingga dengan mudahnya melakukan pembunuhan, mutilasi, sodomi mayat dan lain-lain. Belum lagi ancaman HIV/AIDS yang begitu mudah menjangkiti mereka. Na'uzubillah.
Untuk itulah, Islam tak menyisakan ruang sedikitpun bagi perbuatan hina di sisi Allah. Bahkan berbagai tatanan telah diberlakukan sedemikian demi mencegah terjadinya perbuatan yang mengarah ke sana. Misalnya ada larangan menyerupai perbuatan perempuan bagi seorang laki-laki atau sebaliknya. Pun ada larangan memakai benda-benda khas milik lawan jenis. Bandingkan dengan kondisi saat ini yang seolah ada aksi pembiaran dari negara.
Masyarakat serta lingkungan harus dijaga dari hal-hal yang berbau kerusakan ini. Upaya penyebarluasan virus ini harus dicegah dari awal. Akun media sosial milik kaum menyimpang ini tak seharusnya marak sebagaimsna yang kita saksikan. Komik muslim dengan tokohnya seorang laki-laki berpeci tak layak muncul di tengah-tengah kaum muslimin. Jika negara serius untuk memberangus itu semua, pasti akan sangat mudah dilakukan.
Abainya penguasa terhadap kondisi memprihatinkan ini sebagai bukti bahwa negara terlalu lemah di hadapan musuh. Hingga mengorbankan idealismenya sebagai seorang muslim. Serta membunuh karakter pemimpin negeri muslim yang seharusnya peduli dan cepat tanggap akan bahaya yang mengancam rakyat dan generasinya.
Ada dukungan dari negara bahkan dunia di belakang laju penyebaran virus tersebut yang kian masif. Ideologi kapitalis pantang surut dalam memaksakan kehendaknya. Bahkan tak akan pernah padam menyeret kaum muslimin untuk mengikuti jalannya. Terjadi perang opini antar ideologi yang bisa kita saksikan saat ini. Pejuang ideologi Islam melawan pengusung ideologi kapitalis. Sebagaimana yang telah disampaikan Allah dalam Firman-Nya:
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. al-Baqarah 120)
Wallahu A'lam bish-Shawwab
Ilustrasi kabarkota.com