Oleh: Silmi Kafhah
Sudah seminggu umat muslim di penjuru dunia mengalami kesedihan yang mendalam atas terjadinya peristiwa penembakkan muslim di New Zealand tepatnya di Christchurch. Peristiwa tersebut terjadi ketika umat muslim disana hendak melaksanakan shalat Jum’at. Penembakan yang dilakukan oleh teroris Kristen ini dilakukan secara live streaming di media social guna menciptakan ketakutan pada kaum muslim di seluruh dunia. Tapi, kini pelaku dan komplotannya telah berhasi dibekuk oleh aparat setempat.
Darah seorang muslim kini sangat murah. Selain di Christchurch, pembantaian juga sudah terjadi di beberapa negara muslim di dunia, seperti di Suriah, Irak, Rohingya dan masih banyak lagi. Islam adalah satu-satunya agama yang memberikan penghargaan amat tinggi terhadap jiwa manusia. Allah SWT menetapkan membunuh satu nyawa sama dengan menghilangkan nyawa seluruh umat. Allah pun mengancam dengan keras orang yang menghilangkan nyawa seorang muslim dengan Firman-Nya : “ siapa saja yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, balasannya adalah neraka Jahanam. Dia kekal di dalamnya dan Allah murka kepada dia, mengutuk dia, dan menyediakan bagi dia azab yang besar”. (QS: An-nisa [4] : 93)
Dalam agama islam harga setiap nyawa sangat dimuliakan. Seperti dikisahkan oleh Ibnu Hisyam dalam sirah-nya pada suatu masa ada seorang pedagang muslim yang dibunuh beramai-ramai oleh kaum Yahudi Qainuqa karena membela kehormatan seorang muslimah yang disingkapkan pakaiannya oleh pedagang Yahudi. Rasul pun segera mengirim para sahabat untuk memerangi mereka dan mengusir mereka dari Madinah setelah mengepung perkampungan mereka selama 15 malam. (sirsh Ibnu Hisyam, 3/9-11). Begitulah islam memuliakan nyawa setiap umatnya.
Perlu kita sadari bahwa kita tidak mampu melindungi diri kita sendiri maupun orang lain ketika tidak adanya sosok penguasa yang mampu menjadi perisai bagi setiap rakyatnya. Sebagaimana pesan Nabi Saw: “ Sungguh Imam (khalifah) itu (laksana) perisai; orang-orang akan berperang di belakang dia dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya” (HR al-Bukhari, Muslim, an-Nasa’i, Abu Dawud dan Ahmad).
Rasulullah saw selaku imam kaum muslim semasa menjadi kepala negara islam Madinah telah melindungi setiap tetes darah kaum muslim. Demikian pula Khulafaur-Rasyidin dan para khalifah setelah mereka. Jika dibandingkan dengan kondisi saat ini, banyak pemimpin muslim yang tidak menyadari akan tanggung jawab mereka. Bahkan sekelas Raja Saudi Muhammad bin Salman justru mendukung pemerintah komunis Cina melanjutkan program ‘deradikalisme islam’ terhadap muslim Uighur.
Akankan mereka lupa terhadap Firman Allah SWT: “Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama, kalian wajib memberikan pertolongan. (QS: Al-Anfal [8]:72). Tidakkah juga mereka membaca sabda Nabi saw : “Seorang Muslim adalah saudara muslim yang lain. Janganlah menganiaya dia dan jangan pula menyerahkan dia (kepada musuh) (HR al-Bukhari).
Masih banyak lagi fakta yang memperlihatkan bahwa kepemimpinan pada masa sekarang tidak ada yang menjurus pada sosok pemimpin yang sesuai dengan hadist Nabi diatas, sekalipun dia beragama islam. Mereka hanya bisa gertak sambal berisi kecaman kosong. Padahal Allah SWT tegas berfirman: “ karena itu siapa saja yang menyerang kalian, maka seranglah dia, seimbang dengan serangannya terhadap kalian. (QS. Al-Baqarah [2]: 194).
Umat sangat butuh pemimpin yang sanggup melindungi dan membela mereka. Bukan pemimpin yang hanya menonton dan berkoar-koar di belakang meja sementara tangannya tidak pernah terulur menyelamatkan kaum muslim. Jelas, umat membutuhkan khilafah yang dipimpin oleh seorang imam/khalifah yang akan menjadi perisai kita. Khilafahlah yang akan menghukum siapa saja yang berani menganiaya kita.
Wallahu’alam bish shawab.