Oleh : Tri Silvia
.
.
Wanita itu unik, keberadaannya adalah istimewa. Allah sendiri telah memberikan aturan khusus baginya yang tidak Allah berikan kepada kaum pria. Seperti kewajiban memakai kerudung, jilbab, pun terkait dengan tabarruj atau berhias diri.
.
Selain aturan, Allah pun berikan tugas mulia kepadanya yang tak Allah berikan kepada kaum pria, yakni sebagai ummu wa robbatul bait atau ibu dan pengatur rumah tangga. Dengan tugas tersebut, kaum wanita mengalami berbagai fase yang sulit dalam kehidupannya, seperti hamil, melahirkan dan menyusui. Belum lagi terkait pengasuhan dan pengurusan rumah tangga. Tak heran Allah sediakan pahala berlimpah kepada kaum wanita yang tentunya merupakan keistimewaan baginya dibanding kaum pria. Sebagaimana yang tercantum dalam sebuah hadis yang artinya,
.
Dari Abu Hurairah RA., Rasulullah bersabda, “Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktunya, melaksanakan shaum pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki.” (HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya)
.
“Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak bagi aku untuk berlaku baik kepadanya?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ayahmu.”(HR. Bukhari dan Muslim)
.
Luar biasa keistimewaan yang Allah berikan kepada wanita, walau hanya sebab tugas utamanya sebagai ummu wa robbatul bait di rumah suaminya. Meskipun tugas utamanya adalah mendidik anak-anak dan mengatur rumah tangga, namun tidak berarti bahwa kaum wanita tidak bisa berkiprah di dunia luar. Pasalnya ada banyak sekali kisah para sohabiyah dan muslimah generasi setelahnya yang mereka diberi keleluasaan untuk mengaplikasikan ilmu dan keahlian dalam hal-hal yang tidak menyangkut dengan urusan rumah tangga. Meskipun bukan pula urusan kekuasaan.
.
Pada masa Rasulullah saw, tersebutlah ummul mukminin Khadijah ra yang rela mengorbankan semua harta bendanya untuk keberlangsungan dakwah Rasulullah. Aisyah ra, istri Rasulullah SAW termasuk dalam lima terbanyak penghafal hadis. Selain itu, beliau pun aktif dalam hal berdakwah di jalan Allah. Lalu ada pula Ummu Salamah, salah satu ummul mukminin yang selalu aktif berpartisipasi dalam berbagai peristiwa yang terjadi di masyarakat muslim kala itu, salah satunya adalah pada saat terjadinya perjanjian Hudaibiyah.
.
Lalu ada pula para muslimah generasi selanjutnya yang turut memberikan kontribusi dalam pembangunan peradaban emas selama belasan abad lamanya bahkan hingga saat ini. Sebutlah Zubaida binti Jafar al-Mansur, istri dari Khalifah Harun al-Rasyid yang juga merupakan cucu dari khalifah Abu Jafar Abdullah bin Muhammad Al Mansur Khalifah kedua dari Bani Abbasiyah. Beliau mendirikan Darb Zubaida yakni jalan raya penghubung antara Kuffah dan Makkah. Jalan ini dilengkapi dengan sumur-sumur air dan menara api di kiri-kanannya. Ini tentunya sangat berguna untuk memudahkan perjalanan dari para jama'ah haji yang hendak berangkat ke Makkah. Beliau memperbaiki persediaan air di kota Makkah dan sekitarnya, pun membangun saluran air yang terbentang dari Baghdad ke Makkah. Darb Zubaida kini telah didaftarkan sebagai situs peradaban dunia oleh Pemerintah Saudi Arabia.
.
Lalu ada pula Fatimah Alfihri. Beliau merupakan pendiri Universitas tertua di dunia. Namanya adalah Universitas Qairouan. Bertempat di kota Fes, Maroko. Universitas yang didirikan pada tahun 859 M, telah dinyatakan sebagai Universitas pertama di dunia oleh Lembaga UNESCO dan The Book Guinness of World Records. Banyak sekali lulusan terbaik yang dihasilkan dari universitas ini, salah satunya adalah Sylvester II. Sylvester II diangkat menjadi Paus (pemimpin spiritual tertinggi umat Katholik) pada tahun 946 M. Ia adalah orang yang memperkenalkan sistem desimal dan angka Arab ke Eropa, yang kemudian dipakai oleh hampir seluruh dunia.
.
Itu adalah beberapa nama muslimah yang memiliki kontribusi yang sangat penting pada masa dulu, yakni masa ketika Khilafah masih berjaya di muka bumi. Mereka berkontribusi tanpa meninggalkan kewajiban utamanya sebagai ummu wa robbatul bait atau ibu dan pengatur rumah tangga. Hal ini tentunya sangat jauh berbeda dengan apa yang difikirkan oleh kaum feminis yang mengatakan bahwa Islam mengekang wanita, menjadikannya budak di rumahnya sendiri, tanpa mampu berkontribusi apapun di ranah publik.
.
Itu adalah pendapat yang sangat salah. Apalagi dengan ide-idenya yang mengatakan bahwa wanita harus sejajar dengan pria. Hal tersebut memiliki dampak yang sangat buruk bagi wanita itu sendiri, sebab bagaimanapun Allah telah menciptakan wanita dengan berbagai keistimewaan. Selain itu, Allah telah mengatur jalan rezeki baginya lewat jalan yang memang diridai-Nya.
.
Begitulah kontribusi wanita pada saat sistem Islam masih berjaya di muka bumi. Hal serupa insyaAllah akan kembali terjadi, yakni kelak saat sistem Islam kembali diterapkan di kehidupan secara kaffah. Di bawah naungan Khilafah atas jalan kenabian, yang akan terwujud sebagai realisasi atas janji kemenangan yang telah Allah beri. InsyaAllah.
.
Wallahu A'lam bis Shawab
*(Pemerhati Wanita dan Generasi)
.