Sumber: Google |
Yusra Ummu Izzah
(Pendidik Generasi)
“ Para khalifah telah memberikan rasa aman kepada manusia (muslim dan non muslim) hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka…” (Will Durant-The story of civilization)
Tidaklah berlebihan seorang Will Durant menggambarkan demikian, saat khilafah Islam memimpin dunia dengan diterapkanya sistem Islam dalam kehidupan khilafah mampu memberikan rasa aman bagi manusia. Lebih dari 1300 tahun khilafah melindungi seluruh warganya, bahkan juga melindungi muslim yang diluar negeri, termaksud orang-orang kafir yang meminta perlindungan. Khilafah benar-benar dapat meningkatkan taraf hidup warganya baik muslim maupun kafir. Kualitas kota-kota besar maupun kecil saat itu menjadi mercusuar bagi dunia. Khilafah juga berkontribusi positif yang signifikan di kancah dunia, khilafah bahkan menjadi penengah dalam berbagai konflik yang terjadi antara sesama negeri kafir.
Sebuah kewajaran bagi siapapun yang mengetahui sejarah emas kegemilangan peradaban Islam pasti merindukan untuk hidup dalam naungan sistem Khilafah Islamiyah
Dunia Nestapa Tanpa Khilafah
Setelah khilafah Islamiyah diruntuhkan pada tanggal 3 maret 1924 oleh laknatullah alaih_Mustafa Kemal Atartuk, umat islam hidup terpecah belah, negeri-negeri muslim terpisah-pisah atas dasar nasionalisme dilebih dari 50 negara. Akibatnya kaum muslim menjadi lemah walaupun secara jumlah sangat besar.
Sampai saat ini kita masih menyaksikan bagaimana umat islam di Uighur mengalami penindasan. Hal yang sama juga dialami oleh umat Islam Rohingya di Myanmar yang sampai sekarang terus dibantai oleh rezim disana. Mereka terusir dari tanah yang sudah ratusan tahun mereka tempati. Muslim di Kashmir mengalami penganiayaan dan penyiksaan. Demikian pula penderitaan umat Islam di Suriah sampai sekarang pun masih terjadi, sudah ratusan ribu warga sebagai korban yang meninggal tidak sampai disitu kota-kota diluluhlantakkan. Saat inipun saudara-saudara kita di Palestine yang berjuang untuk membebaskan negerinya yang dicaplok oleh yahudi Israel terus diintimidasi dan dibombardir.
Semua ini adalah tragedi kemanusiaan yang luar biasa. Anehnya, para pemimpin negeri-negeri muslim diam seribu bahasa mereka tak bereaksi, seolah mulut mereka terkunci dan mata mereka buta. Sementara tekanan kaum muslim diberbagai belahan dunia termaksud Indonesia dengan menggelar aksi unjuk rasa ke kedutaan-kedutaan negara yang melakukan penindasan terhadap kaum muslim seolah hal biasa tanpa memberikan perhatian. Melihat kenyataan ini, tampak nasib umat Islam tak akan berubah dalam waktu dekat. Ini adalah sebuah pelajaran berharga betapa kaum muslimin membutuhkan kepemimpinan sejati yang akan melindungi seluruh umat muslim di dunia. Tanpa itu, kaum muslimin akan menjadi santapan bagi negeri-negeri kafir yang rakus.
Ulama Mewajibkan Khilafah
Kewajiban menegakkan khilafah telah menjadi ijmak para ulama, khususnya ulama Ahlus Sunnah wal jamaah.
Iman Al-Qurthubi menegaskan, “Tidak ada perbedaan pendapat mengenai kewajiban mengangkat khalifah dikalangan umat dan para imam mazhab, kecuali pendapat yang diriwatkan dari ai-ahsam (yang tuli terhadap syari’a)” (Al-Qurthubi,Al-jami’li Ahkam al-Qur’an, 1/264)
Imam An-Nawawi juga menyatakan, “Mereka (para imam mazhab) telah besepakat bahwa wajib bagi kaum muslimim mengangkat seoarang khalifah” (An Nawawi, syarah shahih muslim, 12/205)
Imam Al Ghozali mengungkapkan pentingnya kekuasaan dan Negara. “Agama dan kekuasaan ibarat saudara kembar,- agama adalah pondasi dan kekuasaan adalah penjaganya. Sesuatu yang tanpa pondasi niscaya runtuh dan sesuatu tanpa penjaga niscaya lenyap. (Al ghozali, Al-Iqtishad fi al-I’tiqad)
Hal senada juga disampaikan oleh al Mawardi dalam kitabnya Al-Ahkam ash-Shulthoniyah hal 5.Imam Ibnu Hajar al Haitami dalam kitabnya Ash-Shawa’iq al-Muhriqah hal 17.
Karena itu sungguh aneh bin ajaib jika ada kaum muslimin mengatakan bahwa khilafah adalah ilusi dan utopis, apalagi orang-orang barat justru sedang menghadang kebangkitan kembalinya khilafah. Mereka justru begitu yakin akan berdirinya khilafah dalam waktu dekat. Dewan Intelijen Nasional AS (National Intelligent council/NIC) merilis laporan berjudul mapping the global future: report of the national intelligence council 2020 project. Dokumen ini berisikan prediksi tentang masa depan dunia tahun 2020 salah satunya adalah kebangkitan kembali kembali khilafah Islam, yakni pemerintahan global Islam yang akan mampu melawan dan menghadapi hegemoni nilai-nilai peradaban barat yang kapitalistik.
Dunia Butuh Khilafah
Tanpa khilafah, kondisi umat Islam diseluruh dunia sangat memprihatinkan di bawah hegemoni penjajahan kapitalisme sekuler . Nasib umat Islam terjajah ,tertindas dan miskin.
Tanpa khilafah sebagian umat Islam terjebak dalam kesesatan beragama. Muncul berbagai aksi penghinaan dan penistaan terhadap Islam, ulama, kitab suci al –Qur’an bahkan penghinaan terhadap Allah dan Rasulullah SAW.
Tanpa khilafah, sebagian umat Islam terjebak budaya hedonisme dan pragmatisme yang mengukur segala sikap dan prilaku berdasarkan nafsu duniawi semata. Hedonisme dan pragmatisme telah melahirkan seks bebas, pornografi porno aksi, pelacuran, homoseksual, miras, narkoba dan pergaulan bebas. Hedonisme inilah yang telah menghancurkan generasi muda islam.
Lebih dari itu tanps khilafah, saat ini kondisi kaum muslimin di dunia terzholimi, teraniaya, terusir, terfitnah, tertuduh, terbunuh, termiskin, terpecah, tersiksa, terhina, terpuruk dan tertindas.
Padahal kaum muslimin menurut Allah SWT adalah umat terbaik dan termulia. Allah SWT berfirman, “Kamu(umat islam)adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk amnesia, (karena kamu)menyuruh (berbuat)yang makruf, dan mencegah dari yang munkar , dan beriman kepada Allah.” (QS.Ali Imran {3}: 110)
Alhasil tidak ada jalan lain kecuali umat Islam harus kembali pada Islam sebagai idiologi yang memancarkan siatem hukum dan pemerintahan dengan itu umat Islam kembali merdeka , kuat, dan mulia.
Alhasil, tegaknya khilafah, selain sebagai kewajiban bagi kaum muslimin juga merupakan kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan problem multi dimensi manusia.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.