Oleh Risma Choerunnisa, S. Pd.
(Pengajar di MTs. Manba’ul Huda Bandung)
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, telah Kucukupkan bagi kalian nikmat-Ku dan telah Kuridhai Islam menjadi agama kalian” (Q. S. Al-Maidah:3).
Dari ayat tersebut, jelaslah bahwa Islamlah satu-satunya agama yang sempurna dan yang Allah ridhai. Karena dalam Islam, Allah adalah pencipta segala sesuatu. Dialah yang mengutus para Nabi dan Rasul dengan membawa agama-Nya untuk seluruh umat manusia. Dan bahwa kelak manusia akan di-hisab atas segala perbuatannya di hari kiamat. Karena itu, akidah Islam mencakup iman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, dan hari kiamat, serta qadla-qadar, baik buruknya dari Allah SWT.
Islam adalah agama yang berasal dari Allah yang harus diterapkan secara kaffah dalam kehidupan. Baik dalam hubungan dengan Allah (hablumminallah), hubungan dengan manusia (hablumminannas), dan hubungan dengan diri sendiri (hablumminafsi). Karena tidak ada satupun persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh Islam. Karenanya, kaum muslim diperintahlan untuk melaksanakan seluruh perintah Allah.
Semangat menjalankan perintah Allah ini tidak sekadar hadir dalam melaksanakan ibadah ritual semata, seperti sholat, puasa, zakat, dll. Tapi semangat ini haruslah juga hadir dalam menerapkan seluruh perintah Allah. Seperti pada firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 208 yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kedalam Islam secara menyeluruh (kaffah), dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syaitan. Sungguh, ia adalah musuh yang nyata bagimu.”
Maka, jelaslah bahwa kita harus berislam secara menyeluruh, tanpa memilih-milih mana yang ingin kita jalankan atau tidak. Karena semua itu harus sesuai dengan perintah Allah, bukan berdasarkan keinginan kita semata. Agar Islam tidak diambil sekadar spirit, akhlaq dan simbol.
Untuk itu umat harus menghujamkan keimanan bahwa Islam adalah agama yang paripurna, yang mengatur urusan dunia dan akhirat, bukan sekadar spiritual. Umat juga haruslah mengkaji Islam sebagai ideologi, bukan sekadar ilmu pengetahuan. Dengan mengkaji Islam ideologis maka umat akan mudah terikat dengan syariat Islam sebagai slah satu kewajibannya. Kemudian, haruslah senantiasa memiliki sikap berpihak pada Islam, bukan netral, apalagi oportunis demi mencari keuntungan duniawi. Dan terakhir, umat haruslah terlibat dalam dakwa Islam demi tegaknya syariah dan Khilafah Islam.
Sungguh, kemuliaan Islam akan tampak bila umat senantiasa berdakwah untuk menegakkan Islam. Maka dari itu tidak ada lagi alasan untuk kita tidak ikut kedalam barisan dakwah dalam memperjuangkan Khilafah Islamiyah yang sesuai dengan metode kenabian.
Wallahu'alam bishowab