Oleh : Ummu Aqeela
Menjelang pilpres bulan April 2019 suasana politik di Indonesia makin memanas. Berbagai langkah-langkah masif dilakukan oleh kedua kubu yaitu petahana dan oposisi. Mulai dari mengambil hati rakyat untuk meraih suara sebanyak-banyaknya, sampai menjegal lawan politik dengan masalah-masalah hukum yang berimbas untuk menurunkan pamor salah satu kubu. Semua langkah baik didunia nyata maupun maya dilakukan secara gencar dan intensif, masing-masing pendukung paslon bergerilya mengejar waktu yang semakin dekat. Dunia maya memiliki perhatian khusus dalam politik di tahun ini. Perang opini yang berlalu-lalang hampir setiap hari berubah titik pembahasannya. Seperti yang baru-baru ini terkuak, jagat media sosial.diriuhkan dengan adanya cuitan akun twitter @opposite6890. Akun ini menuding bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia terlibat mengerahkan pasukan buzzer untuk mendukung salah satu pasangan Capres dan Cawapres 2019. Seperti dikutip dari VIVA, Jumat 8 Maret 2019, ditemukan jaringan buzzer polisi se-Indonesia saling follow di media sosial yakni Twitter, Instagram dan Facebook. Di organisir satu akun @AlumniShambar, dalam penelusurannya akun ini hanya mengikuti satu akun saja yaitu akun resmi Presiden Joko Widodo.
Apa yang bisa kita garis bawahi dari kejadian diatas?
Bahwa masing-masing kubu dengan berbagai caranya mempunyai tujuan yang sama yaitu kekuasaan. Dalam pandangan Islam sendiri, kekuasaan bukan hanya menggenggam sebuah jabatan dan dukungan rakyat saja, akan tetapi lebih utama dari itu adalah bahwa ada tatacara dari Allah untuk menerima amanah sebuah kuasa juga untuk menjalankannya menurut syari'atNYA. Memang benar sudah ada partai-partai berlandas Islam yang terjun dalam politik praktis secara langsung, namun dari partai-partai tersebut belum ada yang mampu menggungguli partai-partai berbasis sekuler dan nasionalis. Ini dipandang bahwa partai Islam yang ada belum dapat menunjukkan kredibilitasnya secara sempurna untuk dapat menghantarkan kondisi Umat Islam kearah yang lebih baik lagi. Ini membuktikan bahwa cengkeraman sekulerisme dan kapitalisme begitu kuat hingga mampu membungkam langkah partai Islam yang ada saat ini dan dibuat seolah menyerah dengan keadaan yang ada. Hal tersebut bisa ditunjukkan dengan beberapa elite politik dari partai Islam yang terjerat kasus korupsi. Belum lagi masalah perpecahan internal di tubuh partai itu sendiri, semakin membuktikan bahwa racun sekulerisme sudah menodai tujuan awal partai tersebut.
Untuk itu umat Islam harus dipahamkan bahwasannya partai politik hanyalah sebuah kendaraan yang dijalankan untuk menerapkan hukum-hukum Allah SWT. Banyak orang-orang yang tidak senang dengan kejayaan Islam, dan akan selalu berupaya mengahalau siapa saja yang mewujudkan kejayaan tersebut. Maka tidak heran jika begitu banyak umat Islam yang memandang aktifitas politik bukan bagian dari Islam, dan harus dipisahkan dari kehidupan umat. Islam hanya dipandang sebagai aktifitas dengan ibadah-ibadah ritual saja sedangkan aspek yang lain dilupakan. Hal tersebut tidak lepas dari konspirasi internasional sebagai desainernya sejak lama dengan tujuan memisahkan umat islam secara perlahan dari agamanya. Ini dilakukan dengan satu tujuan yaitu menghalangi tegaknya Syari'at Islam secara kaffah melalui bingkai khilafah.
Dalam sejarah tidak ada satupun peradaban yang bertahan lebih dari 13 abad lamanya kecuali Khilafah Islamiyah. Sejak Rosululloh SAW mendirikan negara Islam di Madinah dan kemudian dilanjutkan oleh para khalifah, saat itu Islam diterapkan di kondisi masyarakat yang majemuk dan hasilnya berbagai kemajuan yang luar biasa lahir dari sana mulai dari pendidikan, tekhnologi,ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Dan ini semua bukan hanya teori namun sebuah peradaban yang nyata bahkan peradaban Islam tersebut memberi warna terhadap peradaban yang lain yang ada saat itu. Islam sebagai Rahmatan Lil'Alamin memang pernah terwujudkan, itu semua diraih karena umat hanya berpegang teguh pada satu syariat yaitu Syari'at Allah.
Itu semua dapat terwujudkan ketika masing-masing dari kita mempunyai kesadaran bahwa tidak ada satupun aturan yang penerapannya mampu mengayomi umat secara adil selain syariat Allah. Memulai langkah untuk berdakwah kepada umat untuk memahamkan secara mendetail tentang kewajiban dan ketelibatan semua pihak untuk ikut berperan dalam menuju sebuah peradaban yang memuliakan semua umat yaitu peradaban Islam dalam bingkai Khilafah.
Wallahu'alam Bishowab