Oleh : Aning (ibu rumah tangga, pembelajar Islam kaffah)
Menabur janji. Menebar harapan. Demikian yang biasa dilakukan para calon penguasa dan wakil rakyat disetiap pemilu dalam sistem demokrasi. Janji-janji begitu ringan diucapkan. Harapan-harapan demikian enteng dinyatakan. Tentu demi meraih suara dan kepercayaan rakyat. Tak jarang, itu dipropagandakan dengan penuh kepercayaan diri. Tak merasa ada beban. Meski janji-janji sebelum nya kepada rakyat tidak tertunaikan.
Terkait itu, akhir-akhir ini di negeri ini banyak orang percaya dan terbuai dengan janji-janji pasangan calon yang berlaga di pilpres 2019. Dengan itu mereka berusaha memilih, mendukung dan bertekad kuat dengan segala cara dan pengorbanan yang luar biasa untuk memenangkan calon pasangan Capres-Cawapres yang mereka yakini dan mereka percayai janji-janji nya. Padahal tak ada sedikit pun jaminan bahwa janji-janji mereka bakal terwujud nanti. Apalagi sudah terbukti ada yang biasa berdusta, tanpa sedikit pun merasa berdosa.
Padahal janji adalah hutang. Hutang wajib dibayar. Allah SWT menegaskan: Penuhilah janji kalian. Sungguh janji itu pasti dimintai pertanggung jawaban (TQS Al-Isra 17: 34).
Hal ini sangat kontras dengan sikap banyak orang saat ini. Khusus nya penguasa/pejabat dan para calon penguasa/pejabat. Mereka begitu ringan mengumbar janji-janji manis tanpa pernah takut tak dapat mewujudkan janji-janji itu. Berkali-kali mereka menebar janji. Berkali-kali pula mereka ingkar janji. Begitulah akhlak iblis. Sebagaimana kita ketahui, sejak terusir dari surga. Iblis menyimpan dendam kepada Adam As. Sejak itu ia bertekad untuk menggelincirkan Adam As. Lalu dia menyiapkan perangkap. Salah satu nya janji-janji manis yang sebetulnya palsu kepada Adam As. Adam As, pun terperdaya hingga melakukan pelanggaran terhadap larangan Allah SWT. Allah SWT.lalu mengusir Adam As, dari surga. Sukses lah iblis dengan janji-janji dustanya. Karena itu siapapun yang gemar menebar janji dan gemar pula melanggar nya, dia sungguh sedang mempraktikkan akhlak iblis. Dia adalah orang munafik.
Sebab sabda Nabi SAW: "Tanda-tanda kaun munafik itu ada 3: jika berbicara, biasa dusta: jika berjanji, biasa ingkar: jika diberi amanah, bisa berkhianat.! (HR Muslim).
Tak hanya manusia, Allah SWT.dan RosulNya pun banyak berjanji kepada manusia. Allah SWT, misalnya, berfirman: Siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menunjuki dia jalan keluar dari kesusahan dan memberi dia rejeki dari jalan yang tidak dia sangka-sangka. Siapa saja yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluan nya(TQS At-Thalaq 65: 2-3).
Demikian pula Rosulullah SAW, beliau banyak berjanji kepada kita. Sebagian janji nya benar-benar telah terbukti, antara lain. " Kalian akan memerangi jazirah Arab lalu Allah menaklukkan nya. Kemudian kalian akan memerangi Romawi lalu Allah menaklukkan nya." (HR Muslim). Adapun janji Rosulullah SAW, yang belum terbukti, tetap pasti akan terbukti antara lain sebagaimana yang beliau sabdakan, "... Setelah itu akan muncul kembali khilafah yang tegak atas manhaj kenabian." (HR Ahmad). Pertanyaannya: lalu bagaimana dengan janji-janji Allah SWT dan Rosulullah nya didalam Al-Quran dan As-Sunnah? Percaya dan yakin kah mereka? Lebih dari itu, sanggup kah mereka berjuang dengan sungguh-sungguh, total dan mengorbankan apa saja demi mewujudkan janji Allah SWT dan Rosulullah? Diantara nya mewujudkan kembali khilafah 'ala minhaj an-nubuwwah. Yang akan menerapkan syariah secara khafah. Yang pasti nya dengan itu Allah SWT.akan mendatangkan aneka berkah dari langit dan bumi sebagaimana janji nya(QS al-Araf 7: 96).