Oleh : Lilik Yani
Pagi ini kami menikmati udara pantai di wilayah Jawa Tengah. Suasana masih sepi, ada beberapa anak saja yang main di tepi pantai. Matahari mulai bersinar menghangatkan badan. Beberapa orang bapak-bapak yang berjalan-jalan, sambil olah raga pagi menapaki pinggiran pantai dengan pasir putihnya yang lembut.
Kami berdua tak mau ketinggalan. Kuayunkan kaki menyisiri pantai. Sesekali ombak datang, membawa deburan air hingga membasahi kaki kami. Sungguh, suatu pemandangan alam yang menyejukkan. Karya-Mu begitu indah, yaa Allah.
Hingga, ada seorang bapak pengemudi delman yang menawari kami. Sebenarnya kami masih mau berjalan kaki saja. Tapi menolak tawarannya hingga berkali-kali kok merasa tak tega. Mungkin bapak itu perlu uang untuk sarapan anak istrinya.
"Baik, pak. Kami naik satu putaran saja nggih, " jawabku setelah mendapat persetujuan suami.
"Ehm, tapi sebelum jalan, kami minta tolong difotokan dulu, nggih pak?" Kataku kepada bapak pengemudi delman itu.
"Inggih, Bu. Saya fotokan dengan latar belakang pantai saat ada deburan ombak, nggih. Biar hasilnya bagus." Demikian bapak itu mengusulkan.
Setelah mengabadikan gambar dari beberapa sisi, kami pun naik ke tempat duduk yang dipersiapkan. Perlahan kaki kuda melangkah mengantar kami menyisiri tepi pantai. Terkadang ombak besar datang menerpa kami. Deburan airnya sesekali membasahi kami. Wow, seru. Melihat kekuasaan Allah.
"Pak, apa setiap hari ombaknya besar seperti ini?" tanyaku memecah keheningan.
"Wah, inggih Bu. Ombaknya cukup besar di sini. Makanya anak-anak dilarang bermain di dekat pantai. Khawatir tergulung ombak. Seperti kapan hari, pernah kejadian ada beberapa anak yang main-main di pantai. Sudah ada batasnya. Tidak boleh melewati batas itu karena berbahaya. Eh, mereka malah menengah. Kemudian hilang terbawa ombak." Cerita bapak pengemudi delman.
"Yang lebih membahayakan justru yang di bagian yang tampaknya tak berombak. Banyak orang terlena di situ. Mereka merasa di situ aman. Banyak yang melakukan foto-foto. Kemudian ditarik ombak dibawa ke tengah. Yach sudah, hilang tak kembali." Demikian bapak itu melanjutkan ceritanya. Sambil menghentikan delmannya, karena tak terasa sudah satu putaran, hingga kami harus turun.
Aku jadi merenung. Mendapat hikmah dari obrolan singkat dengan bapak pengemudi delman ini. Saya tidak berfikir pemaparan kejadian secara ilmiahnya. Saya mengambil hikmahnya saja.
Ketika tampak ombak besar, yang datang saling bergantian. Ombak itu menjadikan manusia sadar, dan akan berhati-hati melangkah. Sehingga manusia waspada dan berfikir masalah keamanan diri, keluarga, orang-orang sekitar dan umat. Terbukti dengan saling memberi peringatan, agar tidak menengah menerjang badai.
Justru yang harus diwaspadai ketika tampak tenang tak ada ombak. Terkadang membuat kita terlena, nikmat, jalan mulus tanpa hambatan. Karena berada dalam zona nyaman. Hingga lupa bersyukur, lupa Allah Maha Berkehendak. Ketika sedang berleha-leha dalam kenyamanan, bisa saja deburan ombak datang tiba-tiba, menghempaskan segala kesenangan. Bahkan terkadang diiringi badai yang bisa meluluhlantakkan semua impian.
Wahai saudaraku, sudah banyak kejadian yang bisa kita jadikan pelajaran. Dalam hitungan detik badai bisa datang tiba-tiba. Tanpa ada permisi atau memberikan alarm pemberitahuan. Saat manusia sedang berhura-hura, adakan pesta kesuksesan. Atau mau mengadakan syukuran dengan bersedekah pada alam, ternyata ada unsur kesyirikan. Hingga Allah tak rela diduakan.
Apa susahnya bagi Allah untuk membuat perubahan. Sejuta manusia hiruk pikuk mencari bahagia. Jika Allah tak meridloi niatnya, maka dalam sekejap bisa berubah petaka. Sebagai bentuk peringatan dan ujian dari Allah, agar manusia kembali ke jalan yang benar.
Wahai saudaraku, mari saling mengingatkan. Dalam keadaan apapun, hendaklah selalu dalam ketaatan. Jangan sekali-sekali berani melawan aturan Allah. Dan hendaklah selalu bersyukur atas semua nikmat yang diberikan.
Adanya ombak di lautan, adalah karya indah Allah yang tetap harus disyukuri. Agar kita berhati-hati dalam menjalani aktivitas hidup ini. Selalu menyandarkan setiap masalah kepada Allah, bukan minta tolong paranormal atau andalkan kekuatan diri.
Hikmah yang bisa kita petik dari perjalanan ini adalah agar selalu hati-hati dalam kondisi apapun. Adanya ombak bahkan badai menjadikan kita waspada dan selalu bersandar pada Allah. Sementara ketika laut tenang, tidak berarti dalam kondisi aman. Tetap waspada dan melibatkan Allah agar selalu dalam bimbingan-Nya.
Jadi dalam keadaan apapun, dalam situasi apapun, jadikan Allah sebagai tempat sandaran utama. Hanya Allah yang mengatur segala urusan, dengan kita melibatkan Allah maka akan mendapat keselamatan dunia akherat. In syaa Allah.
Surabaya, 9 Maret 2019
#OmbakLautPengingatDiriAgarHatiHati
#LautTenangBisaJadiPetakaJikaTerlena