"Indonesia Maju": Realisasikan, Jangan Tambah Lagi Kebohongan!


Oleh: Yati Kusmiati (Ibu Rumah Tangga)


Slogan 'Indonesia Maju' yang digaungkan pasangan calon presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin merupakan sebuah wujud optimisme. Demikian disampaikan Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Erick Thohir, dalam Konvensi Rakyat yang mengangkat tema 'Optimis Indonesia Maju' di Sentul Internasional Convention Center, Minggu (24/2).


Erick Thohir memastikan bahwa petahana Jokowi adalah capres yang mendengarkan kebutuhan rakyat. Sebab, dia salah satu capres yang berasal dari rakyat biasa sehingga dinilai mampu membawa perubahan untuk bangsa Indonesia, "Karena Pak Jokowi mendengarkan kebutuhan rakyatnya dengan hati yang jujur. Beliau memastikan pemerintah yang berpihak kepada rakyat dan mampu segera mewujudkan program kerja nyata," jelasnya.


Seperti yang kita ketahui baru-baru ini Majelis Ulama Indonesia  (MUI) memperbolehkan Bank Syariah memakai dana non halal untuk kemaslahatan umat. Hal itu diputuskan dalam rapat pleno Dewan Syariah Nasional  (DSN) MUI di Ancol. Sudah jelas ini adalah riba, dan dalam Islam tidak diperbolehlan memakan uang riba, haram.


Sebelumnyapun dana umat juga pernah dipakai untuk anggaran negara yang diambil dari dana zakat atau dana talangan haji misalnya. Sudah semakin terlihat peran ulama saat ini yang seharusnya membimbing umat ke jalan syariat ini malah melegitimasi kebijakan yang bertentangan dengan syariat.


Miris, jika umat yang kurang paham bagaimana Islam mengatur perekonomian yang semestinya, maka mereka akan mudah terpengaruh dan terjerumus serta ikut membenarkan hal tersebut dalam artian juga ini menghalalkan yang namanya riba.


Islam telah merinci tata kelola sebuah negara. Pengurusan umat adalah perkara yang penting. Kesesuaiannya dengan syariat, mutlak diperlukan. Agar tercipta sebuah bangunan negara yang kokoh. Yang kebal dengan intervensi asing. Yang pemimpinnya ikhlas melayani umat. Yang rakyatnya akan taat syariat.


Sistem yang menerapkan syariat itu bernama sistem Khilafah. Sistem khilafah adalah bentuk tata kelola negara yang sesuai dengan syariat Islam. Keberadaannya pastilah bermanfaat. Seperti aturan Islam lainnya. 


Demokrasi, walau dipoles oleh bingkai Islami. Tetap saja, hakikatnya demokrasi. Sebuah sistem yang mengesampingkan agama. Pencipta tak terlibat dalam pengaturannya. Sesuai slogannya. Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Kedaulatan ditangan rakyat. Suara rakyat adalah tuhan mereka. Sebaliknya Khilafah, walaupun keberadaannya ditolak oleh rezim ini. Keberadaanya dicap sebagai makar yang harus diberangus. Bahkan sejumlah ulama su’ yang menjadi antek rezim, terus meringsak.


Mengopinikan Khilafah adalah sebuah ancaman. Sungguh, sistem ini ada pemiliknya. Mekanisme penjagaan-Nya diluar nalar manusia. Sistem yang dibuat oleh pencipta manusia. Sesuai janji-Nya, akan tegak melibas sistem-sistem kufur buatan manusia kufur.


Allaahu a'lam bi ash-shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak