Oleh Erwina MA
Al-ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq.” Ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik. "Sekolah utama" itu telah dimulai sejak seorang wanita dinyatakan positif hamil. Itulah awal waktu yang penting untuk mulai mendidik anak. Mulai nol bulan hingga mencapai dewasa.
Pendidikan yang diberikan disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Di usia dini 0-6 tahun, mumayyiz usia 7-10 tahun, pra baligh usia 10 - 15 tahun, dan baligh lebih dari 15 tahun. Usia dini menjadi pijakan pendidikan untuk usia berikutnya, terutama di dua tahun pertamanya. Betapa tidak, perkembangan otak untuk pembentukan sinaps terjadi sangat cepat di dua tahun pertamanya. Struktur perkembangan otak dikatakan telah mencapai 80% otak dewasa di usia 2 tahun dan mencapai 95% hingga usia 6 tahun.
Ada dua aspek penting yang berpengaruh yaitu pemberian nutrisi yang baik dan seimbang serta pemberian stimulasi yang tepat untuk keoptimalan tumbuh kembangnya. Hal ini untuk mewujudkan kecerdasan berfikir dan bertingkah laku pada diri anak kelak.
Berikan Stimulasi Terbaik
Stimulasi terbaik dimulai sejak dalam kandungan. Peran ibu sangat penting. Bekal ilmu dan tsaqofah menjadi pondasi ibu untuk menanamkan pemahaman Islam bagi anaknya. Pun termasuk bapaknya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw "Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, maka ibu bapaknya yang menjadikan agamanya yahudi atau nasrani atau majusi." (Muttafaq alaih).
Dibutuhkan amunisi untuk memberikan stimulasi terbaik pada anak. Maka seorang ibu dituntut untuk memiliki keilmuan dan wawasan yang luas sesuai dengan pandangan Islam. Demi mendapatkan amunisi itu, seorang ibu menuntut ilmu dan tsaqofah tiada henti. Bahkan proses pembelajaran itu terus berlanjut walau buah hati telah hadir. Semata-mata untuk menghasilkan generasi yang berkualitas dan berkepribadian Islam.
Dukungan Banyak Pihak
Generasi penerus yang berkualitas kelak akan melanjutkan estafet perjuangan penerapan Islam kaffah. Karenanya tidak cukup hanya membebankan tugas itu pada para ibu, sekalipun tugas sebagai ummu ajyal ada padanya. Butuh dukungan banyak pihak, seperti keluarga, masyarakat, dan negara melalui sistem yang diterapkan.
Para suami terlibat dalam proses pendidikan generasi seraya bekerja keras demi memperoleh nafkah yang halal untuk diberikan kepada istri dan anak-anaknya. Nafkah yang haram akan berpengaruh pada pendidikan generasi. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya “Setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram, maka nerakalah yang patut baginya.”(HR. Tirmidzi).
Kontrol sosial masyarakat ikut memberikan andil dalam pendidikan generasi. Aktivitas amar ma'ruf nahi munkar menjadi kebiasaan sehari-hari. Ketika nampak penyimpangan perilaku generasi yang lolos dari pengawasan keluarga, maka akan dikontrol oleh masyarakat sehingga kembali di jalan yang benar.
Adapun negara dengan sistem yang diterapkan membawa pengaruh dalam pendidikan generasi. Dalam negara yang menerapkan sistem Islam, terdapat jaminan terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat, seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Karenanya ibu tidak disibukkan dengan urusan ekonomi yang sulit dan membuat terlilit, tapi bisa fokus mendidik generasi.
Negara juga berperan memahamkan para wanita tentang tugas dan kewajiban utamanya sebagai Al umm wa rabbatun bait serta ummu ajyal, menyadarkan para wanita bahwa menjadi ibu rumah tangga mendapatkan pahala yang senilai dengan pahala syahid di medan perang, Selain itu setiap paham yang memalingkan ibu dari tugas utamanya, dicounter oleh negara seperti ide kesetaraan gender. Dengan demikian tugas ibu sebagai pencetak generasi menjadi optimal sehingga muncullah generasi yang berkualitas dan berkepribadian Islam. Wallahua'lam bisshowab.