Oleh: Yuli Ummu Raihan
( Member Akademi Menulis Kreatif)
Ada pelangi yang indah setelah hujan.
Begitulah kiranya ungkapan yang cocok untuk menggambarkan hikmah pasca teror berdarah di Christchurch, New Zealand. Aksi biadab itu mengakibatkan 50 orang tewas dan puluhan orang luka-luka. Peristiwa itu terjadi pada Jumat, 15 Maret lalu, saat umat Islam sedang beribadah di dua masjid setempat.
Kecaman, kutukan, serta kemarahan umat Islam datang dari seluruh dunia kepada pelaku teror tersebut. Ternyata, pelaku menaruh dendam kesumat terhadap Islam.
Gelar syuhada dan surga insya Allah layak bagi para korban yang meninggal. Semoga ketabahan selalu diberikan kepada keluarga korban yang ditinggalkan.
Teroris itu mungkin berharap aksi kejamnya akan membuat ketakutan pada umat Islam serta perpecahan di antara umat manusia. Di luar dugaan, aksi keji ini justru membawa banyak hikmah bagi umat Islam, khususnya umat Islam New Zealand.
Jacinda Ardern, PM New Zealand, bersama 4,5 juta rakyatnya bertafakkur di taman Hagley Park yang berdampingan dengan masjid Al Noor. Mereka mengenang pembantaian yang terjadi di dua masjid di Christcurch tersebut. Dukungan dan simpati yang ditunjukkan PM Ardern ternyata mendapat ancaman pembunuhan lewat media sosial.
Seperti dilansir New Zealand Herald, Jumat (22/3/2019), ancaman pembunuhan itu disampaikan dalam sebuah postingan berupa foto senjata api dengan tulisan "You are next". Postingan di Twitter tersebut dibiarkan selama dua hari. Namun, akun tersebut dinonaktifkan oleh pihak Twitter karena banyaknya laporan dari para penggunanya. Postingan lain dari akun yang sama juga memberi ancaman kepada Ardern dan Kepolisian New Zealand.
Akun tersebut berisi konten anti Islam dan membahas topik yang penuh kebencian serta menjunjung supremasi kulit putih.
Pasca pembantaian itu, Australia menjadi sorotan dunia karena warga negaranya telah melakukan tindakan teror paling sadis yang pernah terjadi.
Masyarakat hingga politikus pro maupun oposisi pemerintahan bersatu padu atas tragedi ini untuk menjaga stabilitas keamanan dan kenyamanan. Tak terkecuali sekumpulan geng motor seperti Mongrel. Geng motor terbesar di negara itu memiliki lebih dari 1.000 anggota. Mereka bersumpah untuk melindungi 'saudara Muslim' mereka yang beribadah di masjid. Dengan mengenakan rompi kulit hitam dan merah, mereka menari Haka. Sebelumnya, mereka berdiri membentuk rantai manusia berjaga di luar masjid. Tarian Haka siap berperang menghadapi teror. Sumpah geng motor ini bukanlah sumpah politikus menjelang pemilu yang hanya sebagai pemanis tanpa bukti.
Ribuan orang menghadiri sebuah khotbah yang menggetarkan dunia yang disampaikan oleh Imam Gamal Foud. Di antara mereka juga terdapat 5.700 pasang mata yang menyaksikan secara daring dari seluruh penjuru dunia, serta masyarakat Selandia baru yang nonmuslim, termasuk PM Jacinda Ardern pada 22 Maret 2019.
Dalam khotbahnya ia menyampaikan bahwa aksi teror ini justru memperlihatkan cinta dan persatuan serta dukungan moril bagi keluarga korban. Kejadian ini membuka lembaran baru bagi Selandia Baru dan peluang kemakmuran bagi banyak orang. Sang imam juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dan simpati pada tragedi ini, khususnya PM Ardern dan kepolisian setempat.
Bahkan beberapa sumber menyebutkan, pasca kejadian ini azan disiarkan di televisi setempat. Pada saat pembukaan sidang parlemen juga dibacakan ayat suci Alquran. Masya Allah.
Hikmah lainnya adalah bertambahnya jamaah masjid hingga 3 kali lipat. Sebagian umat Islam di sana, kini berbondong-bondong datang ke masjid. Sebelumnya, mereka tidak pernah atau jarang ke masjid. Mereka melakukan hal itu bukan sekedar sebagai bentuk solidaritas. Tapi, mereka mengadu pada Allah tentang kezaliman yang terjadi sejak hari-hari sebelum itu dan puncaknya di New Zealand. Mereka berdoa, berharap perlindungan dan memasrahkan diri atas yang telah terjadi dan yang akan datang.
Sejumlah postingan di media sosial juga mengabarkan antusiasme perempuan nonmuslim disana untuk menggunakan jilbab sebagai bentuk solidaritas.
Mereka mencoba membuat makar, tapi Allah adalah sebaik- baik pembuat makar. Teroris kalah telak karena aksinya gagal membuat ketakutan dan perpecahan di kalangan kaum muslim.
Kejadian ini juga membuka mata dunia, khususnya mereka yang fobia terhadap Islam, yang menuduh Islam radikal, dan teroris.
Mereka melihat sendiri siapa teroris yang sesungguhnya. Islam adalah ajaran yang sesuai fitrah manusia, menentramkan jiwa, memuaskan akal, dan tidak ada kekerasan di dalamnya. Islam agama yang cinta damai, membawa rahmat bukan hanya untuk umat Islam tapi seluruh alam.
Cukup sudah umat Islam menjadi korban. Jangan ada lagi darah dan air mata yang harus tertumpah, serta nyawa tak berdosa yang menjadi korban. Untuk itu, kita membutuhkan sebuah institusi pelindung yang akan melindungi umat Islam dari musuh-musuhnya. Perisai yang akan memberi rasa aman dan nyaman bagi semua warganya. Institusi yang mengemban Islam sebagai rahmatan lil 'alamin ke seluruh penjuru dunia. Perisai itu tak lain dan tak bukan adalah Khilafah.
Ayo kaum muslimin, kita bersatu. Jika kita bersatu, tak akan mudah dikalahkan. Allahu Akbar.