Oleh : Alvi Rusyda
( Mahasiswi Pascasarjana UIN Imam Bonjol Padang)
Setiap manusia pasti membutuhkan pendidikan, supaya tujuan hidup menjadi terarah dan bermanfaat. Dalam hadits nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wasallam: tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat. Untuk mendapatkan pendidikan yang layak, pemerintah menyediakan lembaga pendidikan formal dan non formal, mulai dari jenjang TK, SD, SMP, dan SMA, dan Perguruan Tinggi.
Permasalahan pendidikan sekarang semakin menyulitkan masyarakat dalam menyelesaikan pendidikan. Contohnya saja pelaksanaan Ujian Nasional (UN) beralih dari berbasis cetak menuju berbasis komputer. Tidak semua sekolah yang ada di Indonesia, memiliki akses internet dan komputer. Ketika siswa sudah duduk di bangku kelas XII, tentu mereka dipersiapkan untuk menghadapi Perguruan Tinggi. Calon Mahasiswa harus mempersiapkan diri menghadapi persaingan masuk Perguruan Tinggi favorit dengan jumlah pilihan terbatas, tidak sebanding dengan jumlah yang mendaftar.
Saat meninjau simulasi Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di lokasi tes Kampus Universitas Diponegoro (Undip) di Semarang, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir meminta Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) dan panitia UTBK lokal untuk menginstall aplikasi UTBK dan mengunduh seluruh soal sebelum Tes Gelombang Pertama UTBK dilakukan. Hal ini untuk mengantisipasi koneksi internet yang terlalu padat apabila semua lokasi tes mengunduh soal menjelang atau pada saat tanggal tes.
“Untuk mengatasi kendala yang terjadi, yang paling pertama soal sudah didownload sebelumnya dan diterima. Yang penting pada saat Hari H (aplikasi) diinstall di tempat ujian, tidak terjadi masalah,” ungkap Menteri Nasir pada Sabtu (9/3) di Kampus Undip.
Nasir menyampaikan semua peserta UTBK yang mendaftar akan mendapatkan kursi di lokasi ujian yang mereka masing-masing pilih. Pemerintah menjamin semua pemuda memiliki kesempatan yang sama dalam masuk ke perguruan tinggi negeri.
“Kapasitas kursi 30 ribu sudah tersedia untuk dua gelombang. Jumlah peserta 16.479 sejauh ini untuk gelombang pertama,” ungkap Menristekdikti yang meninjau lokasi didampingi oleh Ketua Pelaksana Eksekutif LTMPT Budi Prasetyo Widyobroto.
Saat ini sedang berlangsung pendaftaran UTBK untuk Gelombang Pertama pada 1 Maret hingga 24 Maret 2019. Berikutnya, pendaftaran Gelombang Kedua UTBK pada 25 Maret hingga 1 April 2019.
Waktu pelaksanaan Tes untuk peserta pendaftar gelombang pertama dan gelombang kedua akan digabungkan pada 13 April hingga 4 Mei 2019 pada setiap lokasi lokal UTBK di setiap provinsi.
Peninjauan ini dilakukan oleh Menristekdikti Mohamad Nasir bersama Ketua Pelaksana Eksekutif LTMPT Budi Prasetyo Widyobroto, Rektor Universitas Diponegoro (Undip) Yos Johan Utama, Koordinator UTBK Undip Agus Sofian, serta para eselon Kemenristekdikti dan eselon Undipb
https://ristekdikti.go.id/kabar/antisipasi-koneksi-internet-padat-soal-utbk-harus-diunduh-panitia-sebelum-hari-h/#mJ7GIiyIOqzDdmj3.99
Namun faktanya tidak semua siswa bisa mewujudkan impiannya untuk duduk di Perguruan Tinggi. Karena sebagian keluarga mereka memiliki ekonomi lemah. Biaya masuk Perguruan Tinggi sangat mahal. Upaya yang dilakukan Pemerintah dengan mengadakan program-program beasiswa, untuk membantu siswa yang cerdas berprestasi. Sayangnya untuk mendapatkan beasiswa tersebut membutuhkan berbagai persyaratan yang harus dilengkapi oleh calon mahasiswa. Karena yang menerima beasiswa terbatas, sebagian mereka mengurungkan diri untuk tidak melanjutkan pendidikan, menjadi pengangguran, dan ada juga yang bekerja mengumpulkan dana demi melanjutkan pendidikan.
Riset yang dilakukan Haruka Evolusi Digital Utama (HarukaEDU) di 2018 menyebutkan, 79% lulusan SMA/SMK yang sudah bekerja tertarik untuk melanjutkan kuliah lagi. Namun 66% responden di antaranya urung kuliah karena mengaku terkendala biaya.
CEO HarukaEDU, Novistiar Rustandi mengungkapkan, tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap dunia pendidikan tergolong masih rendah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah siswa di Indonesia yang melanjutkan ke perguruan tinggi meningkat setiap tahunnya, yakni pada tahun ajaran 2010/2011 terdapat 1,08 juta mahasiswa baru dan di tahun 2014/2015 mencapai 1,45 juta mahasiswa baru.
Salah satu kendala yang banyak ditemui oleh para lulusan SMA dan SMK untuk langsung melanjutkan ke perguruan tinggi di antaranya adalah persoalan biaya. Bahkan persoalan biaya juga masih membayangi para lulusan SMA/SMK tersebut, meskipun mereka telah bekerja dan memiliki penghasilan.
Dari hasil riset kami, ada 66% pekerja lulusan SMA/SMK kesulitan biaya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. meskipun mereka ingini sekali kuliah lagi," terang Dia
Hasil riset ini juga yang mendorong HarukaEDU bekerja sama dengan PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) untuk mewujudkan visi meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui pendidikan. PT Haruka Evolusi Digital Utama (HarukaEDU), sebuah perusahaan teknologi yang fokus pada pengembangan e-learning bagi perguruan tinggi.
Kemitraan ini membuka akses bagi masyarakat untuk memperoleh pendidikan tinggi dan meningkatkan kompetensi diri melalui produk “BFI Education” milik BFI Finance. Program ini mengakomodir pembiayaan cicilan kuliah blended learning di platform “Pintaria”, portal pendidikan yang didirikan oleh HarukaEDU. ( m.medcom.id/24/12/2018)
Mahalnya biaya pendidikan di negeri ini sangat mencekik kalangan masyarakat menengah ke bawah untuk melanjutkan pendidikan. Pendidikan dijadikan sebagai komersialisasi oleh kalangan elit penguasa. Seolah-olah yang berhak mendapatkan pendidikan hanya orang-orang yang berkantong tebal saja. Mahalnya biaya pendidikan hari ini juga tidak akan menjamin bagusnya Pendidikan hari ini. Fasilitas yang didapat Mahasiswa juga tidak memadai dan output dari Perguruan Tinggi juga banyak yang menjadi pengangguran karena sulitnya lapangan pekerjaan.
Dalam menghadapi banyaknya calon peminat Perguruan Tinggi setiap tahunnya, pemerintah memberikan solusi yaitu memberikan program beasiswa, untuk meringankan beban hidup keluarga mereka. Namun sayangnya beasiswa tersebut tidak rata pembagiannya, yang mendapatkan hanya segelintir orang saja. Bahkan dana yang didapat itu tidak bisa mencukupi biaya hidup sehari-hari yang begitu mahal, seperti: biaya kos, makan, beli buku, untuk biaya tugas dsb, sehingga menuntut mahasiswa untuk bekerja demi tercukupi kebutuhan hidup.
Sistem yang diterapkan hari ini sistem Kapitalis, dimana penguasa meraup keuntungan sebanyak mungkin. Pendidikan dijadikan salah satu bidang untuk dijual. Pengurusan pendidikan diserahkan kepada penguasa, tentu aturan serta kurikulum yang dibuat untuk menghasilkan lulusan yang siap untuk menjadi pekerja. Jadi mental yang dibentuk adalah bagaimana hasilnya untuk menghasilkan keuntungan sebanyak-banyaknya, sekalipun harus memeras rakyat. Maka wajar Pendidikan hari ini terjadi diskriminasi antara yang kaya dengan yang miskin.
Untuk mendapatkan fasilitas infrastruktur pendidikan yang memadai seolah hanya angan-angan saja, ketika sistem Pendidikannya masih menggunakan sistem kapitalis seperti sekarang ini. Karena pada faktanya ketika ingin mendapatkan fasilitas terbaik dan terlengkap maka harus mampu merogoh kocek yang dalam. Jika tidak, maka gagal dalam melanjutkan pendidikan.
Pendidikan yang berada dalam sistem Kapitalis berbeda dengan pendidikan dalam sistem Islam. Dalam Islam semua orang berhak dan wajib mendapatkan pendidikan. Tidak ada perbedaan antara muslim dan non muslim. Orang kaya dan orang miskin. Semuanya berhak mendapatkan layanan pendidikan secara gratis dari negara.
Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk manusia yang berkarakter, yang berkepribadian Islam, menguasai tsaqafah Islam, dan menguasai ilmu kehidupan ( ilmu sains dan teknologi dan keahlian yang memadai). Kurikulumnya pun mencakup ilmu-ilmu Islam tentang al-Quran, fiqih dan ilmu agama lainnya,, sebagai dasar bagi ilmu-ilmu alam seperti matematika, kedokteran, geometri, astronomi, seni, dan Bahasa Arab.
Pembiayaan pendidikan dalam Islam diberikan secara gratis kepada pelajar. Pembiayaannya berasal dari pengelolaan Sumber Daya Alam, dananya disimpan di Baitul mal, sebagai khas negara. Dalam Islam anggaran pendidikan diperoleh dari Baitul mal yang bersumber dari dua sumber, yaitu: (1) pos kepemilikan umum yang dikelola negara, seperti tambang minyak, emas, dan gas, pengolahan hasil hutan, laut dan hima (milik umum yang penggunaannya telah dikhususkan). (2) pos fai' dan kharaj yang merupakan kepemilikan negara, seperti ghanimah, khumus (seperlima dari harta rampasan perang), jizyah (pajak) dan dharibah (pungutan khusus).
Fasilitas sekolah tinggi Islam dilengkapi dengan diwan (auditorium, gedung pertemuan), asrama pelajar/mahasiswa lengkap dengan perumahan dosen dan ulama. Negara juga menyediakan laboratorium lengkap, perpustakaan dengan koleksi lengkap, serta fasilitas pendukung lainnya.
Maka wajar dalam pendidikan Islam, melahirkan ulama yang menguasai ilmu agama juga menguasai ilmu sains. Mereka menghasilkan banyak karya yang bermanfaat. Ilmunya menjadi rujukan ilmiah hingga sekarang, kita pasti kenal dengan Ibnu Sina yang terkenal dengan bapak kedokteran, Imam Syafi’i ulama Mazhab, Ibnu Haiyan, Al-Khawarizmi yang terkenal dengan bapak matematika Islam. Dikalangan wanita juga tidak ketinggalan, Fathimah al-Fihri pendiri Universitas pertama di dunia di Maroko, Aisyah seorang ahli hadits, masih banyak lagi ilmuan yang berjasa dalam Islam.
Tentu kita ingin permasalahan negeri ini terutama dalam bidang pendidikan cepat selesai. Solusi tuntasnya adalah dengan menerapkan sistem Islam. Karena tiada kemuliaan tanpa diterapkan Islam di muka bumi ini. Wallahua’lam.