Oleh:Yani Suryani (Pengajar di Tangerang)
Saat ini siapa tak mengenal sosok Dilan. Pemeran utama dalam film “Dilan 90” dan 91 yang diperankan oleh Iqbal Ramadhan. Iqbal berpasangan dengan Vanesha Prescilia sebagai Milea dalam film ini. Film ini telah sukses menjadi idola banyak remaja. Tokoh Dilan yang berpasangan dengan Milea sungguh nyaris membuat banyak remaja saat ini begitu terharu biru saat menontonnya. Style gaya Dilan dengan gaya pacaran, rambut, dan motor jadul akan menjadi rujukan remaja. Begitu pun Milea sosok remaja yang menjadi pacar Dilan dengan wajah cool, sederhana, namun setia pada pacarnya akan banyak ditiru oleh kaum hawa berbarengan dengan mulai ditayangkannya “Dilan 91” saat ini.
Film ini diangkat dari novel yang ditulis oleh Pidi Baiq di akun youtube MaXpicture sudah ditonton sebanyak 14 Juta kali (Bangkapos.com). Sungguh luar biasa. Ini menunjukkan bahwa akan diprediksi film Dilain 1991 akan mengikuti kesuksesannya seperti yang tejadi pada film Dilan 1990.
Tahun lalu film yang berjudul “Dilan 1990” telah meraih sukses dengan angka penonton 6, 2 juta dihari ke 39. Bahkan disinyalir film tersebut berada diposisi puncak kala itu (Tirto.id)
Tahun ini pun tepatnya di tanggal 28 Februari “Dilan 1991” perdana tayang di seluruh bioskop di seluruh Indonesia . Gombalan dan rayuan ala Dilan untuk Milea, gaya pacaran mereka, akan kembali menjadi tontonan dan tuntunan bahkan contoh yang akan dilakukan oleh remaja di Indonesia.
Kedua film ini menggambarkan fenomena remaja yang menjalankan sebuah hubungan dengan mengatasnamakan cinta. Hubungan ini seolah menjadi biasa dan lumrah bagi banyak remaja saat ini. Remaja dianggap sebuah masa yang tepat untuk memulai mengenal lawan jenis lebih dekat dengan sebuah hubungan yang biasa di sebut pacaran.
Remaja saat ini seolah terbuai dan terhipnotis oleh alur cerita yang ada dalam film ini. Dimana seorang lelaki seolah harus berusaha untuk memperjuangan cinta untuk wanita yang dicintainya. Mereka seolah lupa bahwa cinta seperti apa yang seharusnya kita jalani. Cinta suci yang bagaimana yang seharusnya kita jalin.
Islam sebagai sebuah agama yang sempurna sangat mengatur akan arti sebuah cinta. Cinta yang dibangun bukan didasarkan pada sebuah hawa nafsu yang hanya membuat pelakunya terbuai sehingga lebih didominasi oleh syahwat yang sebenarnya tidak suci lagi. Cinta seorang laki-laki dan perempuan yang hakiki hanya ada dalam bingkai yang bernama pernikahan.
Islam sangat mendorong untuk saling kasih mengasihi, sayang menyayangi dan cinta mencintai. Islam mengatur bagaimana seorang laki-laki atau perempuan untuk mewujudkan cinta kepada lawan jenis dalam sebuah pernikahan yang sah. Sehingga yang dilakukannya akan menjauhkan dari nafsu yang banyak didominasi oleh syetan, ketika kita mewujudkannya dalam sebuah ikatan yang tidak ada ridho dari sang Kholik yang menciptakan cinta yang hakiki .
Islam pun melarang seorang manusia baik itu laki-laki atau perempuan untuk melakukan pacaran. Karena aktivitas yang dilakukan saat pacaran adalah aktivitaas yang sangat bertentangan. Islam sangat melarang berkholwat. Kholwat artinya berdua-duan antara laki-laki dan perenpuan tanpa ada mahrom. Biasanya mereka tidak menginginkan akan adanya keikutsertaan, pendengaran dan juga penglihatan orang lain, Karena mereka berbicara hanya empat mata saja. Aktivitas ini sungguh dilarang, sebagaimana Rosulullah menjelaskan bahwa ketika berduaan maka yang ketiga adalah syetan.
Rosulullah bersabda dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad “ Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang wanita yang tidak bersamanya mahromnya karena yang ketiganya ialah syetan “.
lslam pun melarang perbuatan yang mendekati zina sebagaimana yang banyak dilakukan oleh pasangan yang mengikrarkan dirinya pacaran . Perbuatan pacaran ini sesungguhnya adalah perbuatan yang akan mendekatkan bagi pelakunya untuk berzina. Dalam surat Al-Isra ayat 32 yang artinya “Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”.
Saat di usia remaja seharusnya kita lebih mengedepankan aktivitas yang penuh mamfaat dan terlebih diridhoi oleh Allah. Masa remaja adalah masa yang tak kan pernah teulang kembali. Pada fase ini energy yang muncul adalah energy yang penuh semangat. Bagaimana para pengukir tinta sejarah berhasil menuliskan peradaban Islam dengan cemerlang dan gemilang. Kita mengenal Muhammad Al Fatih yang pada usia 21 tahun mampu menjadi sebaik-baik panglima ketika mampu menaklukan konstantinovel yang Rosulullah telah memberi kabar. Dan baru setelah 600 tahun baru kabar tesebut menjadi bukti dan kenyataan.
Usamah bin Zaid di usia 18 Tahun sanggup menjadi Jendral tentara pasukan Rosulullah, karena berhasil menaklukan tentara Romawi yang menjadi Negara adidaya kala itu.
Kita pun mengenal Kholid bin Walid yang sepanjang hidupnya menjadi Panglima tak pernah terkalahkan. Padahal beliau awalnya adalah panglima perang kaum kafir. Namun begitu terpesona dengan Islam. Islamlah yang telah mengubah kehidupan panglima ini. Hingga dalam pertempuran memimpin pasukan kaum muslimin nyaris tak pernah terkalahkan.
Jika kita hanya mengikuti trend yang ada dengan sama-sama menjadi pemuda yang hanya mampu berpuisi kata-kata rayuan, akankah peradaban emas akan terwujud saat ini. Pilihan ada pada kita wahai para remaja. Menjadi Remaja yang hebat dan penuh prestasi dalam mengharap Ridho Allah atau remaja yang terus galau karena tak punya pendirian untuk menentukan sikap. Wallahu a’lam.