Demokrasi Lahirkan Rezim Ingkar Janji

Oleh : Ummu Ziyad


Seperti kata pepatah janji adalah hutang. Maka, hutang harus dibayar. Sayangnya tidak semua orang memiliki kesadaran untuk menepati janji-janjinya termasuk para pemimpin di negeri ini.


Pada saat kampanye obral janji seakan jadi tradisi namun minim realisasi. Yang ada hanya janji-janji palsu yang membuat rakyat lesu. Janjinya mensejahterakan buktinya malah menyengsarakan. 


Masih terekam dalam ingatan pada awal periode rezim sekarang ini. Rakyat diberi harapan besar karena dijanjikan lapangan kerja dibuka seluas-luasnya. Harapan itu ternyata tidak pernah terjadi. Sebaliknya PHK lah yang semakin menjadi.


Persiden Konfederasi Sarikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan gelombang PHK diberbagai daerah sedang terjadi. Terdapat catatan KSPI terkait beberapa kasus PHK yang terjadi sepanjang tahun 2018. 


Dari catatan yang ada, total buruh yang di-PHK mencapai 15 ribu lebih. Menurut dia tidak ada upaya yang sungguh-sungguh untuk menyelesaikan kasus-kasus PHK yang terjadi. 


Berdasarkan catatan KSPI, sektor industri yang akan terancam meliputi garmen, tekstil, elektronik, otomotif, farmasi, industri baja, semen dan sebagainya (Republika.co.id, 15/1/2019).


Perluasan lapangan kerja bagi ekonomi rakyatpun pernah dijanjikan pemerintah dibalik gencarnya pembangunan infrastuktur seperti jalan tol. Janji hanya sebatas janji. Pembangunan infrastuktur seperti jalan tol tidak pernah memberikan keuntungan bagi rakyat. Keuntungan itu hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Tentunya mereka yang menguasai modal.


Pemerintah tidak pernah serius menangani permasalahan rakyat. Dibenak mereka hanya terpikir bagaimana meraih keuntungan dan kekuasaan. Oleh karenanya berbagai cara dia lakukan termasuk menginjak rakyat demi mengangkat para pemilik modal lebih bermartabat.  


Kondisi ini sejalan dengan apa yang disampaikan Ekonom dari Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manan. Manan membenarkan bahwa orang-orang kaya di Indonesia merupakan kelompok utama yang menikmati pertumbuhan ekonomi di tanah air. Hal ini diketahui dari distribusi kekayaan dan pengeluaran.


Menurut Manan, berdasarkan lembaga keuangan Swiss, Credit Suisse, 1 persen orang terkaya di Indonesia menguasai 46 persen kekayaan di tingkat nasional. Hal ini menjadi pertanda adanya ketimpangan distribusi kekayaan.

“Ini menunjukkan bahwa yang menikmati pertumbuhan ekonomi adalah mereka yang memiliki faktor produksi terutama modal dan akses sumber daya alam,” tegas Manan kepada reporter Tirto, Kamis (13/12/2018), Tirto.id


Inilah fakta demokrasi. Sistem yang hanya mampu melahirkan pemimpin neo liberal dan ingkar janji. Karena pada hakikatnya yang menjadi Pemimpin dalam sistem demokrasi adalah para Kapitalis.


Padahal Rasulallah SAW bersabda : 

"Setiap kalian adalah pemimpin, dan pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannaya." (HR. Bukhari dan Muslim).


Mengacu pada hadits di atas kepemimpinan dalam sistem Islam jelas berbeda dengan kepemimpinan dalam sistem kapitalis demokrasi. Dalam Islam kepemimpinan bukan masalah persaingan untuk meraih keuntungan dan kekuasaan melainkan amanah dan tangung jawab yang harus dilaksanakan sesuai syariah Allah. 


Pemimpin dalam Islam bertugas sebagai Ar-Rain (pelayan). Seorang pemimpin bertanggung jawab terhadap pemenuhan setiap kebutuhan dasar warga negaranya, tanpa membedakan agama dan suku. Setiap warga negara berhak untuk mendapatkan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan yang berkualitas, murah bahkan gratis.


Fasilitasi 6 kebutuhan pokok tersebut tidak akan terlayani dengan baik untuk semua lapisan masyarakat, apabila kemerdekaan seorang pemimpin telah tergadaikan dan pengelolaan sumber daya alam sebagai sumber pendapatan terbesar dikelola oleh kekuatan korporasi asing. 


Pemimpin seperti ini tidaklah mungkin lahir dari mekanisme Demokrasi-Sekular, yang menjadikan keuntungan materi sebagai standar keluarnya setiap  


Oleh karenanya, sudah saatnya kita campakan sistem kapitalis demokrasi dan menggantinya dengan sistem Islam. Sistem yang akan memberikan rahmat tidak hanya bagi manusia, tetapi bagi seluruh penghuni alam semesta.


 "Dan tidaklah Kami utus Engkau (Muhammad), melainkan membawa rahmat untuk seluruh alam." (Qs. Al-Anbiya :107)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak