BERPOLEMIK DENGAN KATA KAFIR

                        

Oleh : Ummu Aqeela




Kata kafir bukanlah hal yang asing lagi ditelinga kita, khususnya untuk umat Islam. Bahkan secara sadar umat muslim sering sekali melafadzkan kata tersebut dalam bacaan Al Quran sehari-hari. Pasalnya istilah Kafir itu sendiri disebut berulang kali oleh Allah Ta'ala dalam kalamnya, yaitu Al Quran. Sebutan itu sebagai pembeda bagi orang-orang yang membuka hatinya untuk Islam atau mereka yang menutup hatinya dari Islam. Namun belakangan kata kafir menjadi polemik segelintir orang karena dianggap memiliki konotasi negatif. PengurusPengurus Besar Naudlatul Ulama (PBNU) berencana mensosialisasikan usulan penhapusan sebutan Kafir menjadi Non Muslim. Ketua PBNU Robikin Emhas mengatakan sosialisasi ini akan dilakukan kepada pihak-pihak terkait. Usulan penghapusan sebutan kafir ke non muslim Indonesia tercetus dalam sidang komisi bahtsul masail maudluiyyah Musyawarah Nasional Alim Ulama NU. Dalam sidang tersebut mengusulkan agar NU tidak menggunakan sebutan Kafir untuk warga negara Indonesia yang tidak memeluk Islam karena dianggap menyakiti hati para non muslim di Indonesia. (Tempo.co 03/03/2019). Wacana inipun bergulir dan menjadi perbincangan banyak umat, terutama para muslim di Indonesia. Sindiran bahkan terguran pun banyak berseliweran di media sosial tentang wacana tersebut.



Istilah kafir itu sendiri merupakan istilah umum dalam ajaran islam dan bahkan disebutkan hingga lebih dari 390 kali dalam terjemahan Al Quran. Kata kafir dalam Islam digambarkan sebagai seseorang yang mengingkari Allah sebagai satu-satu dzat yang berhak disembah dan mengingkari keRosulan Muhammad sebagai utusanNYA. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kafir artinya orang yang tidak percaya Allah SWT dan RosulNYA. Apa yang menjadi akar permasalahannya sehingga ada sebagian orang yang berani mengotak-atik satu kata yang sebenarnya kata tersebut kita mengenalnya dari kalam Allah yaitu Al Quran. Tidak lain dan tidak bukan adalah karena pemahaman sekulerisme dan kapitalisme yang sudah mendarah daging disebagian besar umat di Indonesia. Pemahaman yang memisahkan kita dari agama kita dan memfokuskan kebahagiaan hanya  di materi semata. Sedikit demi sedikit kita dijauhkan dari pemahaman agama kita, mungkin saat ini satu persatu kata akan dihapuskan dari kita dan bisa jadi kedepannya keyakinan kita akan Islam akan dicabut juga. 




Apa yang bisa kita lakukan untuk menangkal supaya pemahaman itu tidak makin bercokol dan menggerogoti pemikiran kita. Lebih memperdalam lagi ilmu tentang Islam, karena satu-satunya penyebab kita terbawa arus sekulerisme adalah karena kebodohan kita dan lemahnya pemahaman kita tentang agama kita sendiri. Satu-satunya jalan untuk melawannya adalah dengan berpegang kuat pada syaria'at Islam yang tidak hanya menyelamatkan kita dari pemahaman sekulerisme saja, tapi bisa menyelamatkan kita di dunia dan akhirat nantinya. Dan menyebarkan pemahaman kita tentang Islam yang kaffah dan mendakwahkan ke seluruh umat bahwa hanya Islamlah yang memuliakan dan mampu meri'ayah segala tindak tanduk umat mulai dari hal terkecil hingga yang terbesar sekalipun. Takutlah akan Allah dan azabnya karena sekecil apapun perbuatan kita pasti ada balasannya, tinggal pilihan mau berpegang syari'at Allah atau syari'at manusia. 




Wallahu'alam bishowab




Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak