Oleh : Hafidhah Silmi S.AP (Alumni Kebijakan Publik Universitas Brawijaya Malang)
Beberapa hari ini, publik Indonesia dihebohkan dengan berita pernikahan seorang penyanyi kontroversial Syahrini dengan pengusaha Reino Barack. Banyak pihak yang pro dan kontra dengan pernikahan mereka hingga banyak pengguna sosial media membanjiri kolom komentar di instagram syahrini.
Dari puluhan ribu komen yang membanjiri ig mba syahreino, saya nemu 2 komen ini gaes. Yang menurut saya, bisa mewakili 2 kubu yang pro dan kontra. Dari pihak yang kontra, ada yang menulis komen yang intinya mendoakan syahrini dan reino barack sakinah, mawaddah warahmah sama ke jahannam. Dan yang pro membela syahrini dan mendoakan agar pasangan baru ini langgeng dan bahagia.
Dari kasus pernikahan syahrini yang menghebohkan ini, sebenarnya kita bisa mengetahui jika ternyata, masyarakat indonesia yg mayoritas muslim ini, masih belum menjadikan islam sebagai standart dalam menjalankan kehidupan.
Apa buktinya?
Lihat saja komen netizen paling benar ini. Rata rata mereka komen berdasarkan like and dislike. Bukan berdasarkan standart halal haram, benar salah, baik buruk, terpuji tercela yang sesuai dengan standart Islam.
Segala sesuatu masih ditimbang berdasarkan nafsu dan belum tunduk pada standart Allah dan RasulNya.
Seandainya mereka paham konsep bahwa pacaran haram menikah halal, pastinya tidak akan ada yang menyumpahi syahrini, reino barack masuk kedalam neraka jahannam. Karena orang yang menikah adalah orang yang ingin menghalalkan yang diharamkan. Jadi bagaimana mungkin bisa nyemplung jahannam jika dia melaksanakan kehalalan?
Seandainya netizen paham bahwa jodoh adalah qodho Allah, pasti mereka akan ridho dengan pilihan syahreino untuk bersatu dalam janji suci pernikahan. Bukan malah menentang dengan hastag #BoikotSyahreino.
Itu menandakan bahwa perasaan dan pemikiran mereka belum sesuai dengan Islam. Apalagi peraturan yang mengatur mereka. Masih jauh dari standart Islam.
Dan tugas kita bersama untuk membenahi masyarakat lndonesia tercinta yang mayoritas muslim ini agar mereka memiliki perasaan, pemikiran dan peraturan yang satu. Yaitu Islam. Agar terwujud masyarakat Islam yang unik, yang khas, yang berbeda dari masyarakat Kafir.
Harapan saya, mari sama sama menjadi smart netizen. Jadilah netizen ideologis yang tidak gampang melempar komen tanpa pikir panjang. Karena apa yang kita ketik, kelak akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT. Tentunya kita tidak ingin menjadi orang yang bangkrut ketika di akhirat kelak. Maka jangan mudah mengobral pahala untuk orang lain yg kita dzolimi. Karena dzolim dalam perbuatan, perkataan dan tulisan itu dosanya berat. Kita tidak akan kuat menanggung bebannya di akhirat.
Kita harus senantiasa ingat jika kita mendzolimi orang lain, maka doa orang yang terdzolimi itu akan melesat bagai anak panah. Tidak ada hijab antara Allah SWT dengan orang yang terdzolimi.