Oleh Rifdatun Aliyah *
Perempuan di dunia 8 Maret lalu merayakan Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day. Tuntutan atas hari perempuan tahun ini adalah balance for better. Yakni kesetaraan gender dalam dunia politik dan urusan negara, kesempatan dalam dunia pekerja, perlindungan dan kenyamanan, kebebasan berkarya dan berekspresi, melanjutkan pendidikan dan kesetaraan bagi sesama perempuan (kumparan.com/08/03/2019).
Memang tak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan kaum perempuan saat ini masih jauh dari kata baik. Sebagian dari kaum hawa masih mendapatkan perlakuan kasar dan menjadi korban pelecehan seksual. Bahkan perempuan tak jarang masih dianggap manusia kelas dua dan sarat menjadi komoditas yang patut diperdagangkan. Lantas, mengapa ini bisa terjadi?
Pada dasarnya, dalam penciptaan manusia Allah swt memberikan karakter khas antara laki-laki dan perempuan. Perempuan dapat mengandung, melahirkan dan menyusui. Sedangkan laki-laki tidak. Laki-laki diciptakan memiliki fisik yang lebih kuat dari perempuan. Sedangkan perempuan cenderung memiliki perasaan yang lebih lembut dari pada laki-laki. Oleh karena itu, mencari nafkah memang diwajibkan untuk laki-laki. Sedangkan mengasuh anak diwajibkan untuk perempuan. Namun jika saat ini perempuan menginginkan kesetaraan dengan laki-laki dalam segala aspek jelas ini akan bertentangan dengan fitrah manusia.
Kondisi perempuan yang menyebabkan dirinya terlibat dalam ranah publik bukanlah tanpa alasan. Sistem kapitalisme yang mengikat manusia saat ini menjadi penyebabnya. Sistem kapitalisme yang berasaskan sekularisme yakni paham yang mengharuskan adanya pemisahan agama dalam kehidupan menilai kebahagiaan seseorang dari materi belaka. Perempuan akan bahagia jika ia mampu memiliki pendapatan sendiri, memiliki prestasi atau nilai lebih diranah publik. Bukan sekedar menjadi ibu rumah tangga.
Hal ini sangat bertentangan dengan pandangan Islam terhadap perempuan. Islam memandang sama derajat laki-laki dan perempuan dilihat dari ketakwaannya kepada Allah swt. Bahkan Islam memberikan penghormatan kepada para ibu dengan memberikan 3 kali lebih tinggi kedudukannya didalam ketaatan seorang anak kepada kedua orang tuanya. Tentu saja setelah sang anak menaati Allah swt dan Rasulullah saw.
Islam melalui penerapan syariat Islam secara total melalui institusi Negara Islam telah mampu menjaga dan memuliakan perempuan dari masa ke masa. Banyak imam dan ilmuwan besar lahir dari para ibu sholihah. Hal ini dimulai sejak Daulah Islam yang didirikan oleh Rasulullah saw di Madinah hingga Khilafah Islamiyah Utsmani yang berakhir pada 3 Maret 1924. Runtuhnya institusi Khilafah Islamiyah menyebabkan umat Islam mengalami masa kelam hingga saat ini.
Khilafah adalah kepemimpinan umum atas kaum Muslim untuk menerapkan syariat Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia (pena-pejuang.club/14/03/2019). Hilangnya sistem Khilafah berarti hilangnya sebuah sistem peradaban Islam yang menyatukan Dunia Islam di bawah satu kepemimpinan berlandaskan syariat Islam. Hilangnya sistem Khilafah juga berarti hilangnya Negara Islam yang menurut Dr. Yusuf Qaradhawi, merupakan perwujudan dari ideologi Islam ( https://mediaumat.news/di-balik-keruntuhan-khilafah-3-maret-1924/).
Sejak runtuhnya Khilafah, kaum Muslimin terpecah belah menjadi sekitar 60-an negara nasionalis walau sebagian dengan sebutan negara Islam, tapi tidak ada ikatan satu sama lain dengan kesatuan Islam. Sehingga kaum muslim di suatu negara begitu mudah dihinakan, wilayahnya diduduki penjajah, darahnya ditumpahkan, kehormatannya dilecehkan, dan agamanya dinistakan (minanews.net/07/03/2019).
Begitupun dengan perempuan. Sejak runtuhnya Khilafah Islam perempuan menjadi salah satu obyek perusakan. Di Bosnia, Kosovo dan Chechnya (1992-sekarang) lebih dari 500.000 wanita muslim dan anak perempuan diperkosa. Selama 8 tahun terakhir, pasca invasi Amerika ke Irak, lebih dari 1 juta meninggal termasuk 575.000 anak-anak dan perempuan (https://hminews.com/.../pembantaian-umat-islam-sepanjang-sejarah.../). Selama 1 dekade terakhir, wanita muslim dan anak perempuan menjadi korban pelecehan, penyiksaan dan pembunuhan di Myanmar, Palestina, dan Cina. Sedangkan di negeri lain, perempuan dijadikan sebagai alat untuk memperkokoh hegemoni kapitalisme dengan dijadikan sebagai target pasar, buruh upah murah, dieksploitasi dan dijadikan layaknya komoditas yang mampu diperjualbelikan. Akibatnya peran perempuan khususnya para ibu rusak sehingga menyebabkan runtuhnya bangunan keluarga. Anak menjadi kurang terurus, maraknya perceraian, keluarga tidak harmonis dan lain sebagainya.
Sudah saatnya umat Islam khususnya muslimah meninggalkan sistem kapitalisme. Sudah saatnya umat kembali kepada aturan Allah swt dengan menerapkan syariat Islam secara total. Muslimah juga harus turut aktif untuk terjun ke dalam aktivitas dakwah Islam. Bersama dengan umat untuk menegakkan Khilafah Islamiyah yang sesuai dengan manhaj kenabian. Semua itu merupakan bukti keimanan kita kepada Allah swt. Bukankah aturan Allah swt merupakan yang terbaik untuk semua hambaNya? Wallahu A'lam Bishowab.
*(Anggota Komunitas Sahabat Surgawi)