Valentine tiba, Maksiatpun Merajalela

Oleh : Dini Azra 


Yang muda yang bercinta, seakan dunia milik berdua. Jika sepasang remaja tengah dimabuk asmara, seringkali berpikir tanpa logika apalagi nilai-nilai agama. Terlebih lagi jika ada momentum tertentu untuk bebas mengekspresikan rasa cinta mereka. Yaitu hari kasih sayang atau lebih dikenal dengan nama Valentine's day (Vday). Hari dimana para pasangan biasanya menghabiskan waktu bersama, dimana si lelaki memberikan hadiah cokelat dan seikat bunga sebagai tanda sayang buat pacarnya. Jauh-jauh hari mereka sudah mempersiapkan diri menyambut kedatangan V day ini, merencanakan akan kemana, bikin acara seperti apa, atau menyiapkan hadiah spesial tentunya.


Benar, Valentine's day tanggal 14 februari akan segera tiba. Inilah fakta yang selalu kita hadapi sebagai fenomena tahunan. Yang sebenarnya tak ada faedahnya dan cukup meresahkan .  Bagaimana tidak, karena perayaan ini bukan seperti acara pesta dengan nuansa merah muda. Tapi satu hari dimana para pemuda dan pasangannya, merasa punya kebebasan mengekspresikan cinta. Mencari tempat untuk berduaan, bermesraan hingga berujung pada perzinahan. Astaghfirullah !!


Sebagaimana perayaan-perayaan yang datang dari peradaban barat, Valentine's Day (V day) adalah budaya asing yang tidak terkait dengan Islam, dan justru sangat bertentangan. Meski ada beberapa versi sejarah yang berbeda, tapi tidak ada selisih pendapat bahwa asal muasal V day yaitu dari tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi kuno, yang sarat akan legenda, mitos dan penyembahan berhala. Sebagai seorang muslim kita dilarang mengikuti perayaan agama lain, ataupun kebiasaan suatu kaum, atau kita akan menjadi bagian dari mereka . 


Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda : “Orang yang menyerupai suatu kaum, ia bagian dari kaum tersebut” (HR. Abu Daud)


Larangan tasyabuh bil kufar atau mengikuti kebiasaan kaum kafir ini mutlak, tanpa memperdulikan niat pelakunya. Boleh saja mereka berkilah, kami tidak berniat untuk bertasyabuh, ini hanya hiburan saja, ekspresi kasih sayang terhadap sesama, dan sebagainya. Mengapa kasih sayang harus diberi perayaan khusus, bukankah setiap saat bisa saling menyayangi terhadap sesama? Dan faktanya, V day selalu diwarnai dengan kegiatan maksiat terutama bagi kaum muda. Perayaan V day dijadikan moment special yang menjadi puncak kasih sayang mereka. Bahkan seperti legalitas bagi perilaku seks bebas.


Moment ini juga dimanfaatkan oleh para pebisnis, untuk mempromosikan dagangannya. Produsen coklat, kartu ucapan, buket bunga, aneka kado, dan pernak-pernik valentine lainnnya. Dengan gencar mereka pasarkan lewat iklan, secara masif dan provokatif. Sehingga hingar bingar perayaan V day, sudah terlihat sejak awal februari tiba. Lihat saja, dekorasi di supermarket, mall, dan ritel-ritel banyak diwarnai hiasan bernuansa pink. Lengkap dengan simbol dewa cupid, yang disimbolkan dengan sosok bayi bersayap dengan busur panah yang siap melesat menembus jantung hati. Semakin membangkitkan hasrat mereka yang telah menantikan momentum ini.


Yang memprihatinkan, ada barang yang juga laris manis penjualannya, dan banyak diburu jelang V day. Survey diberbagai kota menyebutkan, menjelang hari valentine permintaan kondom melonjak, dan selalu menigkat di tiap tahunnya. Contohnya saja di kota Malang, tahun 2018 kemarin. Dilansir dari hasil pantauan MalangVoice, dengan mengunjungi beberapa toko modern di daerah Sukun, bahwa penjualan kondom meningkat hingga dua kali lipat pada tanggal 14 februari 2018. Menurut seorang pegawai yang mereka tanyai, alat kontrasepsi hanya dijual kepada pembeli berusia 18 tahun keatas. Namun kebanyakan pembeli tampak seperti pelajar. 


Kenapa seorang gadis bisa mudah dipikat dengan sebatang coklat dan seikat bunga, sehingga rela melepas kehormatannya yang sangat berharga? Hal itu tak lepas dari racun liberalisme dan sekularisme yang dihembuskan oleh barat. Untuk menghancurkan sebuah bangsa melalui generasi mudanya. Lewat dunia hiburan, film, musik, bacaan yang selalu diwarnai dengan kisah percintaan, dan kebebasan. Sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan, jelas kian menggerus akidah generasi muda kita. Liberalisme mengajarkan kebebasan berekspresi, dalam meraih kebahagian hidup, yang bersifat materialis dan hedonis. Sungguh jauh dari tujuan mulia kehidupan manusia, yaitu beribadah untuk meraih ridho Allah Subhanahu wataala.


Sementara itu, orang tua kurang memperhatikan pergaulan anak-anaknya diluar rumah. Mereka sudah cukup membesarkan, menyekolahkan, dan memenuhi kebutuhan anaknya. Tanpa memberikan bekal akidah dan didikan agama dari awal, menjadikan anak tidak memahami tujuan hidupnya. Tidak juga menyadari akan hubungannya dengan Sang Pencipta. Sehingga tidak merasa terikat dengan aturan hukum syara'. Diapun lupa bahwa setiap perbuatannya selalu dipantau oleh Rabb yang Maha Melihat, dan kelak harus dipertanggungjawabkan di akhirat. Jadi aqidah adalah dasar atau pondasi dalam beragama yang harus kita tanamkan pada diri sendiri dan anak-anak sejak dini.


Disamping itu, pemerintah abai terhadap persoalan sosial yang menimpa generasi  bangsa. Mereka hanya dipacu untuk belajar dan berprestasi secara akademik. Dengan kurikulum dan mata pelajaran yang semakin sulit, tanpa diimbangi pendidikan agama yang memadahi. Serta bebasnya budaya asing yang masuk di negeri ini, ditambah semakin maraknya tempat hiburan dan pariwisata, tak ketinggalan dunia digital yang kian canggih saja, menjadi akses tak terbatas bagi masuknya informasi, baik yang baik atau buruk.Tidak ada upaya pemerintah untuk menjadikan generasi muda menjadi shalih, dan menjadi generasi rabbani .


Membangun peradaban yang lebih baik untuk bangsa ini, hanya bisa dengan solusi Islami. Yaitu kembali menerapkan aturan Islam, disetiap lini kehidupan . Karena hanya Islam yang punya pemecahan atas seluruh problematika manusia, dan akan memberangus paham-paham asing yang merusak iman dan tatanan hidup mereka . Maka negeri baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur akan terwujud. Wallahu a'lam bishawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak